"Nata pulang sama Kavin kan?" tanya Nata sambil menatap Kavin polos, sebenarnya Nata sangat senang bisa pulang bersama Kavin. Nata juga tidak tau kenapa.

"Iya," sahut Kavin singkat.

"Ayo,"

***

"Kavin jangan langsung pulang," ucap Nata sedikit berteriak karena suaranya teredam bising kendaraan.

Kavin menghentikan motornya, lalu laki-laki itu melepaskan helmnya. Karna laki-laki itu tau jika dia berbicara tanpa melepas helm, Nata tidak akan bisa membaca bibirnya.

"Kemana?"

"Mampir dulu ke taman komplek ya?"

Kavin hanya mengangguk tanpa menolak ajakan Nata. Membuat Nata semakin bingung, sebenarnya ada apa dengan Kavin.

Kavin melajukan motornya menuju taman komplek yang memang dekat dengan rumah mereka. Setelah sampai, Kavin menghentikan motornya dan melepas helmnya.

"Lo ngapain minta ke sini?"

Nata tidak menjawab, gadis itu turun dari motor Kavin kemudian tanpa ragu menarik tangan Kavin menuju penjual es krim.

"Paman, es krimnya dua ya? Yang coklat satu terus yang vanilla satu." ujar Nata sambil tersenyum.

Nata menoleh ke arah Kavin. "Kavin masih suka coklat kan?"

Kavin hanya mengangguk kaku.

Setelah mendapatkan es krim itu, Kavin mengeluarkan uang dari dompetnya dan membayar es krim.

Nata kembali menarik tangan Kavin, mengajak laki-laki itu untuk duduk di bangku yang berada di taman. Kemudian, keduanya memakan es krim masing-masing tanpa ada yang membuka pembicaraan.

Nata menatap Kavin dari samping, gadis itu tersenyum dalam diam. "Kavin inget nggak dulu Nata, Kavin sama Alres selalu main petak umpet di taman ini?" tanya gadis itu tiba-tiba membuat Kavin hampir tersedak es krimnya sendiri.

Kavin hanya diam tidak menjawab pertanyaan Nata, membuat gadis itu mendunduk.

"Kavin, Nata bener-bener nggak tau salah Nata apa sama Kavin. Kenapa Kavin jadi benci sama Nata tiba-tiba?"

Nata benar-benar tidak tau, semenjak kecelakaan yang membuat dirinya tuli. Kavin menjauh dan membencinya terang-terangan.

"Gue nggak mau bahas ini, kita pulang aja." ucap Kavin dingin. Laki-laki itu beranjak dari duduknya.

Nata menarik tangan Kavin, memaksa laki-laki itu untuk kembali duduk. "Kalo Kavin terus nge hindar kayak gini, Nata nggak akan pernah tau salah Nata dimana?! Apa Kavin nggak pingin kita kayak dulu lagi?"

"Nata kangen..."

Setetes air mata turun begitu saja membasahi pipi Nata, dan hal itu tentu saja membuat Kavin panik. Laki-laki itu tidak pernah melihat Nata menangis.

"Lo kenapa nangis sih!" kesal Kavin, laki-laki itu menghapus air mata Nata dengan wajah juteknya.

"Kavin jelasin dulu sama Nata," ucap Nata dengan wajah memohon.

Kavin menghela nafas lelah. Laki-laki itu juga tidak bisa selamanya membenci Nata, bagaimanapun ini bukan kesalahan Nata sepenuhnya. Dan jauh di dalam hatinya, ada sesuatu yang berdebar ketika melihat wajah gadis itu. Dan Kavin tidak bisa mengelak lagi.

"Dulu, lo pernah minta gue dateng ke buat liat lo nyanyi. Lo inget?"

Nata hanya mengangguk, karena gadis itu masih mengingatnya.

"Waktu itu, gue di rumah sakit bareng bunda sama ayah. Karena ternyata bunda gue hamil. Lo tau kan impian gue dari dulu apa?" tanya Kavin sambil menatap Nata dengan senyum kecutnya.

"Kavin pengen punya adik, Kavin pengen dipanggil abang." lirih Nata.

Kavin mengangguk. "Lo bener, dan lo inget kan kenapa lo bisa kayak sekarang?"

"Waktu itu Nata dorong bunda gara-gara Nata lihat bunda hampir keserempet motor terus Nata malah yang ketabrak." ujar gadis itu.

Di sisi lain Kavin merasa bersalah dengan gadis yang ada di sampingnya ini, tapi di sisi lain Kavin masih belum ikhlas. Jika saja Nata tidak mendorong bundanya sehingga bundanya terjatuh dan keguguran, dia pasti sudah menjadi abang sekarang.

"Jadi, maksud Kavin?"

"Jadi, Nata yang bikin bunda keguguran?" tanya Nata tepat sasaran.

Melihat Kavin mengangguk kecil, membuat Nata merasa bersalah.

"Maaf, Nata nggak tau." ucap Nata dengan mata berkaca-kaca. Ingin kembali menangis.

"Seharusnya gue nggak benci sama lo, karna lo udah nyelamatin bunda dan ngorbanin diri lo sendiri. Lo kayak sekarang juga karena lo nyelametin bunda gue, harusnya gue makasih sama lo bukan kayak gini." ujar Kavin panjang lebar.

"Gue minta maaf, udah kasarin lo selama ini."

Kavin tidak menyangka, bahwa setelah mengatakan semua ini, Kavin jadi lega.

"Nata nggak marah sama Kavin, tapi bisa nggak Kavin kayak dulu lagi? Jadi sahabat Nata?" ucap Nata penuh harap.

Kavin menatap mata Nata. "Cuma jadi sahabat?" gumam Kavin pelan.

"Kavin bilang apa?" tanya Nata karena gadis itu tidak bisa membaca bibir Kavin yang bergerak tidak jelas.

"Kalo lo mau gue kayak dulu lagi, lo harus cium pipi gue dulu." ucap Kavin asal.

Nata terlihat berpikir. "Kayak yang Kavin lakuin di bianglala waktu itu?"

Kavin hanya mengangguk dengan kekehan ringan dari bibirnya. Laki-laki itu yakin, Nata tidak mungkin menci-

Cup

Nata tersenyum senang setelah mengecup pipi Kavin tiba-tiba, tidak menghiraukan wajah Kavin yang menunjukan betapa terkejutnya laki-laki itu.

"Berarti sekarang Kavin sahabat Nata lagi!"

Sial, Kavin rasanya ingin menabok wajah Nata yang biasa-biasa saja setelah mengecup pipinya padahal laki-laki itu saja sedang menenangkan jantungnya yang berdetak tidak karuan. Kenapa posisinya jadi terbalik seperti ini?!

***

Noh noh update lagii
Rajin kan ye sekarang ekekke😂

Semoga betah deh ya sama afy mwch😚
Makasii yang udah mau vote and comment❤

Makasyi semuaaa❤

Anything For YouWhere stories live. Discover now