Bagian 3.

1.1K 81 5
                                    


.
.
.

Hari sudah berlalu cepat, disini dengan ragaku menyerupai seorang raja Majapahit, lambat laun membuatku terbiasa, adik pertamaku menjadi sering bercakap denganku, Gajah Mada pun kadang ikut serta, keluarga kerajaan sudah kembali ke istana, setelah Gajah Mada berhasil menghancurkan pemberontakan Ra Kuti dan membunuhnya.

Meski sudah aman, pusing kepalaku tambah hari semakin lama semakin sering terasa, yang parahnya membuatku jatuh sakit sampai beberapa hari.

Pemerintahan yang seharusnya dipimpin oleh Jayanagara malah diwakilkan oleh adikku sendiri karena sang raja yang sering sakit-sakitan.

Pada suatu hari, aku berjalan kaki mengitari area kerajaan, sebenarnya aku ingin keluar namun Gajah Mada dan Dya Gitarja menolak mentah-mentah permintaanku, mereka kira desa masih belum aman untukku keluar.

Berdiam diri di kamar Raja membuatku sangat bosan, apalagi tak ada benda pipih yang super canggih itu didunia ini.

Sepanjang kakiku melangkah entah kemana pada pelayan dan prajurit memberi hormat padaku yang kadang membuatku risih. Aku berjalan cukup lama, entah kenapa aku tiba disuatu tempat yang sepertinya area perkebunan kerajaan, para pelayan yang sibuk memetik hasil panen sambil bercengkrama satu sama lain, membuatku tersenyum.

Kakiku terhenti mendengar para pelayan itu bicara yang membuat senyumku luntur

Hei, kau tahu akhir akhir ini banyak sekali bandit, aku jadi khawatir pada keluargaku dirumah”, ucapnya dengan nada cemas

“Kau benar, aku juga takut perampok itu melakukan hal buruk pada keluargaku”

“Kenapa Kerajaan tak melakukan tidakan? Padahal berita ini sudah tersebar luas, kurasa Raja menulikan telinganya”

“Hei, jaga bicaramu, kau tahu konsekuensimu menghina Raja itu akan dihukum mati!”

“Tapi itu benar, Baginda Jayanagara itu sering sakit-sakitan lalu bagaimana ia memerintah kerajaan jika ia sendiri tak bisa menjaga diri? kurasa aku lebih memilih Ratu Tribhuwana meski dia wanita, tapi lebih tegas!”

Aku mendengarnya jelas, sangat jelas. Telingaku sedih mendengar keluh kesah mereka, sedangkan diriku hanya berleha-leha tanpa tahu apa keresahan rakyatku.

Untuk apa aku jadi Raja?


Tbc

MAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang