Natasha masih menangis saat mereka di dalam mobil. Arman dengan perlahan membawa istrinya untuk duduk di pangkuannya. Arman mengusap rambut panjang istrinya dengan sayang dan menciumi puncak kepala istrinya.

"Sudah, sayang. Jangan menangis lagi!"

"Kamu tidak jadi ke Inggris, kan?"

"Jadi,"

"Kenapa?" Natasha kini mendongak dan menatap Arman dengan mata yang sudah bengkak.

"Aku harus membatalkan niat bekerja disana. Aku sudah diterima. Kalau aku tidak datang tanpa menjelaskan pada mereka, itu akan membuat citraku jelek,"

Natasha mengangguk paham.

"Kamu dan Albern ikut saja, ya?"

"Memangnya boleh?"

"Kenapa tidak? Toh, aku akan pergi dengan private jet. Lebih baik kamu dan Albern ikut,"

"Tanya pada dokter Albern dulu. Albern masih bayi,"

Arman mengangguk. Dia mencium ujung bibir Natasha dan tersenyum.

"Tentu saja, sayang. Apapun keinginanmu,"

"Kita tinggal di rumah baru?"

"Kamu mau tinggal disana?"

Natasha mengangguk. Arman tersenyum lagi.

"Besok saja, ya, kita pindahnya? Biar aku minta Bian dan yang lain merapikannya dulu,"

Natasha mengangguk paham. Mereka sampai di rumah Alvaro sekitar dua jam perjalanan karena macet. Saat mereka sampai, mereka langsung disambut suara tangis Albern. Sontak saja, Arman dan Natasha berlari masuk ke dalam.

Natasha langsung menggendong Albern yang sejak tadi sudah menangis walau, Maura sudah menimangnya. Natasha mencoba menenangkan Albern namun, tidak membuahkan hasil. Saat Natasha sedang menimang Albern, Arman memeluk istri dan anaknya dari belakang. Hanya dengan tangan Arman ada di sisi tangan Natasha yang menempel di badan Albern, anak itu langsung berhenti menangis.

"Anak daddy kangen pada daddy ternyata," ujar Arman.

Arman bergeser dan menggendong Albern dengan perlahan.

"Jangan menangis lagi, nak! Daddy tidak kemana-mana," ujar Arman.

"Sudah selesai?" Tanya Alvaro.

Arman dan Natasha mengangguk. Alvaro menghela lega. Melihat bagaimana Arman menggendong Albern dan Natasha yang menyandarkan kepala di bahu Arman membuat senyum di bibir Alvaro terkembang sempurna. Setidaknya, putranya kembali bahagia. Arman kembali mendapatkan mataharinya dan dia bisa kembali bersinar lagi.

"Astaga!" Ujar Arman saat mendengar Albern bersin dengan suara cukup besar.

"Anak daddy kedinginan, ya?" Tanya Arman dan Natasha langsung memberikan Arman sebuah kain untuk membalut badan mungil Albern.

"Albern cepat besar, ya. Biar kita bisa main bola sama-sama dan menjaga mommy sama-sama,"

Albern tersenyum. Senyum itu menular pada kedua orang tuannya. Arman dan Natasha kini tersenyum lebar. Arman dan Natasha pamit pulang saat hari mulai sore. Mereka langsung kembali ke apartment dan Albern sudah terlelap dalam gendongan ayahnya. Saat sampai di apartment, Natasha langsung disuruh Arman untuk mandi. Sementara Arman membersihkan badan Albern dengan handuk hangat. Arman memakaikan minyak telon dan juga bedak lalu, dia memakaikan anaknya baju dan celana dalam bayi. Arman juga memakaikan lotion bayi dengan tambahan anti nyamuk di tangan dan kaki Albern. Tak lupa Arman membalut badan Albern dengan kain bayi.

"Anak daddy sudah wangi. Mimpi indah, sayang," ujar Arman saat membaringkan putranya di box bayi.

"Sudah mandi Albern-nya?" Tanya Natasha.

"Sudah,"

"Maafkan aku, sayang," ujar Arman saat melihat istrinya.

Natasha tersenyum.

"Aku yang minta maaf. Aku sudah sembarangan menuduhmu,"

"Salahku juga tidak pulang berhari-hari,"

Arman memeluk Natasha lagi dan mencium puncak kepala Natasha dengan sayang.

"Aku benar-benar tidak bisa tanpamu. Semuanya hampa ketika kamu tidak ada," ujar Arman.

"Kita menyiksa diri sendiri. Kita benar-benar bodoh," ujar Natasha.

"Hn... kita masih benar-benar bodoh dalam urusan pernikahan. Tapi, kejadian ini adalah pelajaran untuk kita agar pernikahan kita lebih baik lagi ke depannya,"

"Iya, dan aku berjanji. Aku tidak akan asal menuduh lagi. Aku akan meminta penjelasanmu dulu sebelum menuduh,"

"Aku pun akan belajar dari kesalahan ini. Aku harap kamu mau menerima kesalahanku ini dan mau membantuku untuk menjadi suami yang lebih baik lagi,"

"Aku pun sama. Tolong bimbing aku menjadi istri yang baik,"

Arman terkekeh. Dia pamit untuk mandi dan setelahnya dia menyusul istrinya ke ranjang besar mereka. Arman memeluk Natasha yang sudah berbaring di ranjang mereka.

"Aku mencintaimu, sayang. Hanya kamu dan Albern juga anak-anak kita saja," ujar Arman.

"Aku juga mencintaimu, Arman,"

...........

Note:

G jadi bubar deh... kasihan Albern klo punya mama atau papa baru....

Btw, ini up terakhir buat hari ini, ya. Lanjutannya mungkin sabtu atau minggu depan...

See you soon, guys...

And,

Have a nice dream...

Ttd.
Fionna_yona

[DS#2] Between Me, You and WorkWhere stories live. Discover now