Kemungkinan Terburuk

8.5K 526 9
                                    

"Astaga!"

Pekikkan itu membuat Arman terkekeh. Dia mengeratkan pelukannya pada perut ramping gadisnya. Arman bahkan menenggelamkan kepalanya di tengkuk gadisnya.

"Gio, malu, ish!" Protes Natasha.

Arman diam saja. Tidak melakukan apapun dan masih berdiam di posisi itu.

"Gio... dilihatin orang itu... malu,"

Arman masih mendiamkan gadisnya. Dia merasa kesal dan cemburu saat ada pria yang mendekati gadisnya. Pria itu adalah sektetaris dari rekan bisnisnya. Arman tidak terima dengan keberadaan pria itu di sekitar Natasha. Terlebih pria itu terang-terangan menggoda Natasha di depan matanya.

"Gio..."

Arman yang merasa kesal itu akhirnya mengangkat sedikit kepalanya. Dia melihat pria yang tadi mendekat Natasha berdiri tak jauh dari mereka. Arman menempelkan hidungnya di bahu Natasha dan menggerakkan kepalanya di sepanjang tulang bahu sampai ke belakang telinga Natasha. Setelah itu, dia mengecup Natasha tepat di bawah telinga gadis itu.

Arman menyeringai saat melihat tangan pria itu terkepal. Arman berdiri tegak dan membalikkan badan Natasha. Dia yakin gadisnya tengah merona dengan wajah yang sanggup menarik semua pria untuk menghampirinya. Karena itu, dia menyembunyikan wajah Natasha dalam pelukannya.

"Mesum!" Gerutu Natasha.

"Maaf. Aku hanya mau menegaskan kalau kamu milikku,"

"Possessive!"

"Terima kasih,"

"Itu bukan pujian!"

Arman terkekeh geli. Dia mengajak Natasha menuju ke stan makanan. Natasha mencicipi beberapa makanan disana. Sesekali tangannya menyuapkan makanan itu ke mulut Arman.

"Oh iya, kak Ardan masih marah?" Tanya Natasha.

Arman menundukkan kepalanya. Tidak menjawab. Natasha tahu kalau dia jawabannya. Baik Arman maupun sang kakak, Ardan, masih sama-sama berkeras diri.

Arman menghela kecil. Dia sedikit kesal pada kakaknya. Menurutnya kakaknya sangat paranoid. Setelah beberapa bulan lalu Maura ditemukan, tak lama berselang muncul seseorang yang katanya musuh bebuyutan kakaknya. Sang kakak sampai memboyong Maura ke Sydney demi keamanan Maura. Walaupun pada akhirnya, kakaknya sendiri yang celaka disana.

Darisanalah asal pertengkaran Arman dengan sang kakak. Dia menganggap kakaknua terlalu paranoid pada sosok yang merupakan musuhnya. Sementara menurut Arman, dia cukup bisa menangani orang itu. Jadilah, Arman pulang ke Jakarta setelah sempat berdiam di Sydney selama dua bulan bersama Natasha.

"Gio..."

Arman menoleh. Dia tersenyum pada Natasha.

"Kenapa?"

"Tidak apa. Aku hanya memanggil saja. Itu ada yang datang ke arah sini," ujar Natasha.

Arman menoleh dan melihat rekan bisnisnya memang sedang mendekat. Arman berbincang singkat dengan orang itu. Dia merangkul pinggang Natasha dengan cukup kuat. Arman sebenarnya agak kesal pada rekan bisnis di depannya ini.

"Menyebalkan!" Dengus Arman saat pria itu pergi.

Natasha terkekeh geli. Pukul setengah sepuluh, Arman mengajak Natasha kembali. Dia tidak peduli dengan pesta yang belum usai. Arman hanya mau pergi saja dari sana.

"Lelah?" Tanya Arman.

"Lumayan,"

Arman mengusap puncak kepala Natasha dengan sayang.

[DS#2] Between Me, You and WorkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang