"Kau adalah menantuku"

Aku terkejut hingga tanpa sadar menutup mulutku dengan tangan kananku. Ayah Charlie, raja yang kejam dan jahat itu ada di penjara?

"Jangan ketakutan. Mertuamu ini sungguh tidak sejahat yang diceritakan oleh suamimu" katanya sambil terkekeh.

Aku terdiam. Aku tentu tidak mempercayai vampir yang sudah menyiksa anaknya sendiri hingga anaknya mendapatkan banyak bekas luka di tubuhnya. Raja terdahulu terlalu mencurigakan.

"Aku di masa lalu, sama seperti suamimu sekarang. Kami dihasut. Bimbang dengan perasaan sendiri, merasa hampa, dan terlalu banyak dikhianati"

"Apa maksud Anda?"

"Aku tau semuanya. Telingaku ada di seluruh penjuru istana ini. Aku tentu tau apa yang terjadi dengan putraku"

Aku tertegun, memikirkan bagaimana jika yang dikatakan oleh raja terdahulu itu benar. Charlie akan memutar roda kehidupan sama persis seperti ayahnya. Itu berarti, dia akan menjadi kejam dan bengis di masa depan.

Sama seperti ayahnya yang berakhir di penjara, berarti nantinya akan ada vampir lain yang memiliki semangat balas dendam seperti Charlie di masa lalu. Pada akhirnya, Charlie juga akan berakhir di penjara ini.

"Kiara!"

Lamunanku buyar saat mendengar seruan itu. Aku pun segera menoleh ke sumber suara itu dan mendapati Palet yang berjalan kemari sambil menggendong Helena.

"Palet, apa yang kau lakukan disini dan kenapa kau membawa Helena?"

Palet tidak menjawab pertanyaanku. Pria gondrong itu justru membuka gembok selku dan menarik aku keluar dari sana.

"Kiara, pergi dan bawalah Helena bersamamu. Kau tau dia tidak akan aman disini" ujar Palet sambil memindahkan Helena ke pelukanku. Sedang aku masih diam tak mengerti dengan semua ini. Semua kejadian ini membuatku seakan seperti orang bodoh.

"Dengarkan aku, Kiara. Lupakan semua ini. Kau masih harus hidup untuk Helena dan calon anakmu. Kau tidak ingin anakmu mati begitu saja, kan?"

Entah mengapa wajah Helena bersinar di kegelapan, wajah manisnya benar-benar mencerminkan Hellen. Aku mulai merindukan Hellen lagi.

Kata-kata Palet membangunkanku dari keterpurukan. Ucapannya benar, aku harus terus hidup. Aku harus kabur dari sini dan membesarkan anak-anak ini.

Aku menatap mata Palet. Aku melihat kepercayaan disana. Rupanya, masih ada yang mempercayaiku. Itu membuatku cukup senang. Aku berjanji tidak akan menghancurkan kepercayaan itu.

"Aku akan membuatkanmu portal, namun ini hanya akan mengantarmu sampai di depan istana, Kiara"

"Permisi" ucap raja terdahulu menyela obrolan kami.

"Diam, kami tidak punya urusan denganmu" ketus Palet padanya.

"Aku bisa membantu. Aku bisa membuat portal menuju kerajaan fairy"

Aku dan Palet terkejut. Kami sungguh tidak menduga bahwa vampir itu mau membantu kami.

"Jika kau bisa membuat portal, kenapa kau tidak pergi dari sini?" tanya Palet sambil menyipitkan kedua matanya.

"Dhampir Palet, kau tidak tahu ya, ini namanya menebus dosa"

Palet tidak berpikir panjang. Dia langsung mempercayai raja terdahulu dan memintanya membuat portal untukku. Mungkin, Palet dalam keadaan terdesak saat ini. Jika tidak, mana mungkin dia mau mempercayai orang yang sudah memisahkannya dari ibu kandungnya selama puluhan tahun.

Portal selesai dibuat, aku hanya tinggal masuk ke dalam sana dan aku bisa langsung tiba di kerajaan fairy. Palet memintaku untuk segera masuk kesana, tapi aku menolaknya karena dia enggan ikut bersamaku.

Aku tentu tidak ingin selamat sendiri sedangkan Palet dianggap pengkhianat dan dihukum. Bahkan mungkin, saat ini, Zycka sudah bercerita tentang hubungan Palet dan Hellen kepada Charlie. Itu membuatku semakin tidak ingin meninggalkan Palet disini. Aku tidak dapat membayangkan apa yang akan dilakukan Charlie pada Palet nanti.

"Kiara, minta pada Ratu Aldora untuk menyembunyikan aromamu dan Helena seperti dulu. Buatlah aroma menyerupai manusia, lalu pergi dan jangan pernah kembali. Biarkan Charlie menyesal dan biarkan Zycka hancur dengan sendirinya" ucap Palet sambil mengelus pucuk kepalaku.

"Bagaimana denganmu?"

"Kekasihku telah pergi. Jadi, tak ada alasan lagi untukku bertahan di dunia ini. Tidak ada cinta yang harus aku jaga lagi, Kiara" jawab Palet sambil membelai pipi Helena yang ada dalam gendonganku.

Kata-katanya sungguh membuatku tersentuh. Aku mengerti betul maksudnya. Aku tidak berhak memaksa Palet untuk ikut bersamaku jika dia memang tidak mau.

Aku kemudian teringat Charlie. Aku tidak ingin dia hancur. Aku tidak mau dia menjadi raja yang bengis.

Aku kemudian berjalan mendekat ke sel raja terdahulu. Aku membisikkan sesuatu ke telinganya.

"Tolong sampaikan itu saat dia sudah sadar, Ayah"

"Aku akan menyampaikannya" ucapnya dengan wajah berbinar. Dia kemudian membelai pipi Helena sekilas dan memandang perutku sambil tersenyum.

"Sampai jumpa, Kiara" ujar Palet sambil melambaikan tangannya saat aku mulai memasuki portal.

Raja terdahulu mengucapkan sesuatu yang tidak bisa aku pahami dan semuanya mendadak gelap.

Padahal, aku belum mengucapkan salam perpisahan pada mereka berdua.

Mulai besok, aku, Hellen, dan Palet mungkin akan disebut sebagai pengkhianat, namun di balik itu, Palet adalah seorang kekasih. Seorang kekasih yang amat mencintai pasangannya bahkan setelah pasangannya tiada. Dia bukanlah pengkhianat yang membantu seorang mixed lari dari hukuman mati. Dia pahlawan.

"Terima kasih, dhampir Palet, kekasih Hellen. Di kehidupan selanjutnya, aku berdoa agar kau dan Hellen dapat hidup bersama".

*****

Charlie POV

Aku hanya duduk di kursi takhtaku. Apa lagi yang bisa aku perbuat? Mengetahui pengkhianatan Hellen dan Palet membuat pisau yang tertancap di dadaku semakin terasa sakit. Mengapa mereka tidak jujur saja? Jika dari awal mereka jujur, aku bisa melepaskan Hellen, tapi kenapa mereka menyembunyikan ini dariku?

Pengkhianatan adalah hal yang paling tidak aku sukai dan karena itulah tadi pagi Palet di hukum mati. Aku sudah memaksanya untuk menjawab dimana Kiara, tapi dia tetap bungkam.

Palet sialan! Aku menyesal pernah menganggapmu sebagai saudaraku.

Putri kecil yang selama ini aku tunggu kelahirannya, aku baru tahu dari Zycka bahwa dia ternyata bukan putriku. Dia putri Palet dan Hellen. Selama ini, aku terperdaya oleh mereka semua. Ular-ular yang tinggal sejak lama di istana, kini warna asli mereka terlihat.

Zycka yang dulu aku anggap sebagai beban, kini aku bersyukur karena telah menikahinya. Semoga selanjutnya, aku bisa memindahkan rasa cintaku pada Zyka. Akan aku usahakan.

Aku tidak akan melepaskan Kiara begitu saja. Aku akan mencarinya bahkan ke ujung dunia. Kiara harus menerima hukuman, karena sudah menipuku selama ini. Dia bersikap polos padahal hatinya busuk. Pengkhianat sialan itu tidak akan bisa hidup dengan tenang.

"Yang Mulia, Anda memikirkan apa?" tanya Zycka sambil melingkarkan tangannya ke leherku.

"Hanya memikirkan kesalahanku karena mempercayai Kiara dan menghukum Evelyn"

"Anda merindukan Evelyn?"

Aku tidak menjawab dan hanya diam mematung.

Zycka adalah sumber cahaya bagiku dan hanya dialah yang paling aku percayai saat ini. Walau aku belum bisa mencintainya, namun aku akan terus berusaha. Aku akan melupakan Kiara.

.
.
.
Ayo vote!

I'm a MIXED BLOOD [TAMAT]Where stories live. Discover now