3. Perkara pindah

70.9K 7K 364
                                    


Bab ini khusus untuk orang baik yang udah vote.

Happy reading 🙆

Mona terbangun saat jam menunjukkan pukul satu dini hari, ia memperbaiki posisinya agar bisa melihat keadaan Fahri yang tidur di lantai, Mona semakin tidak tenang mendapati Fahri tidak ada disana bahkan tempat tidur yang tadi ia siapkan untuk pria itu masih seperti semula bertanda tidak ada yang pernah menyentuhnya.

Meraih ponselnya yang sudah ketinggalan zaman itu namun masih bisa digunakan dengan baik, Mona langsung mendengus saat mengingat tidak mempunyai nomor Fahri sama aja ponselnya sekarang tidak berguna, yang dilakukannya sekarang hanya menunggu pria itu sampai datang.

Mona bergerak gelisah di atas kasur, sesekali ia mengusap perutnya yang sedikit membuncit, setiap memegang perutnya jantungnya berdegup kencang. Tak terasa sudah sejam lebih ia menunggu kedatangan Fahri tidak tahu apa tujuannya, pintu kamar terdengar seperti di dorong, sosok Fahri masuk ke dalam kamar dengan penglihatan yang minim karena hanya lampu di atas nakas yang dinyalakan Mona melihat pergerakan Fahri.

Pria itu jalan dengan sempoyongan sebelum mendaratkan tubuhnya di tempat yang sudah Mona siapkan tadi, aroma alkohol menyeruak di dalam kamar membuat Mona benar-benar tidak nyaman, setiap mencium bau alkohol ingatannya langsung berputar ke kejadian dimana Fahri melakukan hal bejat kepadanya dan membuatnya menderita seperti ini.

Malam itu lagi-lagi Mona menangis sebelum tidur karena pria itu, sedangkan Fahri yang masih dalam pengaruh alkohol meracau tidak jelas.

Setiap pagi Mona bangun di jam teratur, wanita itu kini membersihkan tempat tidurnya kemudian bergegas mandi. Dari memperbaiki tempat tidur hingga ia selesai mandi Fahri belum juga bangun, karena takut membangunkan Fahri ia memilih keluar untuk bersih-bersih.

Mona menyapu seluruh lantai satu setelahnya ngepel lantai sampai di teras, setelah selesai ia kembali menyapu halaman rumah yang dipenuhi dedaunan kering dikarenakan ada pohon mangga besar di halaman rumah Fahri.

"Teh mamah kemana?" Tanya adik Fahri yang hendak berangkat sekolah.

"Ke pasar, uang jajan kamu ada dibawah kaleng atas meja makan," ucap Mona.

"Sudah aku ambil teh, aku berangkat dulu," ucap Farras sudah menaiki motornya.

"Hati-hati," ucap Mona saat motor anak itu meninggalkan garasi, dari yang ia ketahui Farras itu kelas 11.

Mona kembali melanjutkan kerjaannya, meskipun mertuanya sudah mengatakan tidak usah bekerja terlalu keras hanya saja Mona merasa tidak enak, papanya Fahri seorang TNI AD beliau sangat baik terhadap dirinya.

Beliau sangat menyayangkan Mona tidak melanjutkan kuliahnya, padahal dia sudah mengatakan akan membiayai kuliah Mona sampai selesai, namun Mona menolaknya dengan alasan tak ingin menjadi beban. Menjadi seorang Dokter gigi kini dikuburnya dalam-dalam, cita-cita yang sejak dulu ia impikan itu tidak akan pernah ia raih kembali, setelah kabar pernikahannya beredar beasiswanya langsung dicabut.

Pagar rumah terdengar seperti di dorong, Mama Emita datang dari pasar membawa beberapa kantong plastik di tangannya.

Mona langsung menghampiri mertuanya itu, "sini biar aku bantu Ma."

Mamanya Fahri hanya geleng-geleng kepala melihat rumahnya yang sudah bersih, padahal dia tidak memperbolehkan Mona bekerja terlalu keras, apalagi saat periksa kandungan Mona diminta untuk tidak boleh kecapaian.

Wedding Destiny [TERBIT]Where stories live. Discover now