1. Prolog

3.6K 215 46
                                        

Korea, Januari 2120




"Kau yakin?"

Suara lain dalam diri seorang pria itu bertanya untuk kesekian kalianya.

"Apa semua akan berubah kalau kau pergi?"

"Semua sudah berubah. Sejak lama sudah berubah, El."

Ya. Seratus tahun bukan waktu yang singkat. Semua berubah. Pure vampire tidak hanya meminum darah, pure werewolf tidak hanya memakan daging. Mereka telah berevolusi hingga bisa menyesuaikan diri dengan manusia.

Tidak terkecuali seorang triple blood Jeon Jungkook. Pria dengan tiga jenis darah ini telah berubah. Tidak ada Jungkook yang ceria, tidak ada Jungkook yang gila, tidak ada Jungkook suka berujar manis atau semacamnya. Jeon Jungkook seolah hilang, masuk ke dalam lubang hitam.

Tidak ada lagi senyuman, Jungkook berubah menjadi seorang pria dingin. Bahkan pada keluarganya sendiri. Dia lebih suka menyibukan diri dengan bekerja atau berdiam diri di kamarnya.

Sejak kepergian matenya, Nayeon, Jungkook tidak pernah lagi tertawa. Dia memang menjalani hidupnya layaknya kaum immortal pada umumnya. Tapi hidupnya tidak pernah ada warna. Monokrom. Kalau bukan janjinya pada Nayeon agar tetap hidup, mungkin Jungkook tidak lagi ada di dunia. Mungkin dia akan lebih memilih terjun dari tebing atau gantung diri atau sejenisnya.

"Kau benar-benar akan pergi?"

Jungkook yang sedang memasukan pakaian terakhirnya ke dalam koper itu menoleh ke sumber suara.

"Ya." Jawab Jungkook singkat, lalu kembali fokus pada koper besarnya.

"Jungkook, Swedia begitu jauh, bagaimana kalau ibu merindukanmu?"

Jungkook menurunkan kopernya dari ranjang lalu menyeretnya, membawa koper besar itu mendekati ibunya yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Ibu bisa menelponku kalau rindu aku." Katanya.

Lalu Jungkook memeluk ibunya dan mengusap punggungnya untuk menenangkan ibunya yang tiba-tiba menangis. Bahunya bergetar hebat dan dia memeluk bungsunya dengan erat.

"Kami akan merindukanmu."

Jungkook melepaskan pelukannya lalu merangkul bahu sang ibu untuk turun ke bawah menemui yang lainnya.

"Aku pamit." Ucap Jungkook pada keluarga besarnya.

Semua tersenyum. Tidak ada yang bisa mereka lakukan lagi. keputusan Jungkook sudah bulat. Dia akan pergi ke tempatnya menuntut ilmu dulu dan memulai kehidupan baru. Tunggu, apa yang baru?

"Kau akan merindukan kami'kan?" tanya kakak keenamnya, Taehyung.

"Mungkin tidak. Aku sudah terbiasa dengan rindu." Ucap Jungkook.

"Kalau begitu aku pamit." lanjutnya.

Jungkook memasuki mobil yang akan mengantarnya ke bandara. Semua keluarga memandang mobil hitam dimana ada Jungkook di dalamnya. Mobil yang semakin menghilang itu seolah memberikan mereka harapan. Semoga kesedihan Jungkook menghilang, semoga Jungkook benar-benar memulai kehidupannya yang baru dan lebih baik disana.

"Dia pergi." Ucap Jieun, ibu Jungkook.

Seokjin, kakak pertama dari Jungkook yang kini menjadi kepala keluarga setelah sang ayah meninggal itu tersenyum, dia merangkul bahu ibunya.

"Tenanglah, jangan khawatir. Kebahagiaan besar sedang menunggunya disana."

-DON'T GO-

Jungkook keluar dari mobil lalu berjalan memasuki sebuah rumah sederhana di daerah Kalmar. Sebuah kota di pesisir Laut Baltik. Tepatnya di Kungsgatan.

Jungkook membuka satu kamar yang ada disana. Kamar yang lebih layak disebut museum karena terdapat barang-barang lama yang tertata dengan apiknya.

Malam semakin larut dan suhu udara di Bulan Januari sekitar -1 derajat. Untungnya, Jungkook seorang half wolf, jadi berapapun dinginnya, dia tidak akan kedinginan.

Pria tinggi itu merebahkan dirinya ke atas ranjang. Perjalanan dari Korea Selatan ke Swedia memang cukup lama, Jungkook jadi ingin beristirahat sejenak sebelum memulai lagi harinya.

Dia memutar tubuhnya ke kiri, menatap sebuah lemari kaca yang berada di dekat jendela dimana disana ada sebuah foto wanita cantik dan sebuah guci abu.

"Bagaimana rumahnya, sweetheart? Kau suka?"

"Rumahnya cukup sederhana. Hanya satu lantai dan lumayan kecil. Satu dapur, tiga kamar, satu ruang tamu dan satu ruang keluarga. Bagaimana?"

"Kalau kau keluar dari pintu di kanan, kau bisa langsung melihat sungai. Kau juga bisa melihat academy tempatku sekolah dulu. Mulai lusa aku akan mengajar disana. Kau tak apa'kan aku tinggal sendiri?"

"Iya, aku tau. Aku juga akan merindukanmu. Tapi tenang saja, aku akan di rumah jam lima sore."

Jungkook tersenyum memandang lemari kaca itu lalu perlahan dia memejamkan mata.

"Selamat malam, sweetheart. Jangan lupa datang ke mimpiku ya? Aku mencintaimu."







To be Continue...

Assalamumalaikum wr. wb.

This is the second book of Don't Go. Hope that you'll enjoy it like you enjoyed the first book.

Adakah yang nungguin squelnya? Wkwkw... Sebenarnya sudah ada squelnya sejak lama. Maksudnya idenya. Jadi selama ini aku sedang mencoba mengkristalkan cerita ini. Gak tau sukses apa engga. Semoga gak berujung unpub.

Kalau di awal aku kasih kalian yang manis-manis. Siap-siap aja, disini banyak yang pahit-pahit. Anggap aja pahit itu obat.





Surabaya, Desember 2019

Don't Go 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang