(12) White Lies

1.1K 217 74
                                    

eh nggak kaget kan?

Netra bulan Sana membelalak setelah beberapa saat yang lalu ia injak pedal rem mobil Taehyung. Sudah lama memang ia tidak datang ke restoran gurita itu tapi ingatannya belum melapuk. Ia sangat yakin ia sampai di tempat yang benar. Tapi mengapa restoran itu seolah lenyap. Ia melirik pada Taehyung yang menatapnya penuh tanda tanya.

“Kenapa?”

“Sepertinya restorannya tutup,” aku Sana merasa tidak enak. “Bagaimana?”

“Ada tempat makan sannakji tuh, kesana saja ayo!” Pemuda Kim itu tidak menunggu persetujuan Sana. Ia langsung melonjak turun.

Terkadang Sana berpikir Taehyung itu orang kaya yang aneh. Gadis itu yakin otot matanya sudah terlalu tegang hari itu. Ia terdiam memandang gurita yang menggeliat-geliat di atas piring besar. Sana baru tahu sannakji itu gurita hidup dan sekarang ia seperti kehilangan selera makan.

“Taehyung... kita bungkus saja ya guritanya, kumasak di rumah nanti!”

“Jangan kampungan begitu! Makan saja seperti orang normal,” timpal Taehyung sambil menunjuk pengunjung lain yang makan dengan lahap. Tangan Taehyung menggerakkan sumpitnya lalu memberi contoh bagaimana menikmati sannakji.

Aneh rasanya ketika potongan gurita itu menggeliat di atas lidah Sana. Tapi setidaknya rasanya tidak terlalu buruk. Perlahan ia pun menikmati gurihnya sannakji hingga potongan terakhir. Taehyung sampai heran melihat tingkahnya.

“Tadi berlagak tidak mau, banyak juga kau makan!”

“Orang lapar mau bagaimana lagi,” jawab Sana sambil meneguk minumannya. Taehyung kemudian melirik jam tangannya.

“Ayo kuantar pulang!”

“Mengantarku pulang? Mau kemana kau?” selidik Sana mulai curiga namun Taehyung tidak menjawab. Netranya terpaku pada hal lain jauh di belakang Sana. Air mukanya berubah sangat cepat membuat gadis pengasuh itu tertarik mengikuti objek yang Taehyung tangkap.

Jalanan itu cukup sepi sehingga mudah saja Sana menyadari hal apa yang Taehyung lihat. Tapi Sana sudah terlambat beberapa sekon. Ia hanya bisa melihat punggung seorang gadis mungil berjalan bersama pria tinggi.
Pria itu merangkul pinggang si gadis dengan erat lalu keduanya berhenti. Mereka berciuman di samping mobil yang terparkir di bahu jalan.

Suara gerakan tangan Taehyung membuat Sana tersadar. Ia melihat tuan bungsu itu mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor dengan cepat. Sedangkan Sana, ia hanya menyaksikan gelagat gusar Taehyung dengan wajah tegang.

Wajah rupawannya semakin kecewa ketika pasangan itu menghentikan aktivitas mereka karena sebuah panggilan.

“Hayi...” tutur Taehyung pelan tapi Sana tahu pria merasakan luka. “Kau tidak ke Pewter Dove?”

“Taehyung... aku sedang di perayaan ulang tahun temanku,” jawab Hayi. “Kau datang ya?”

Rasa mana lagi yang lebih dominan dibanding kekecewaan Taehyung saat ini? Ketika Taehyung setia menyinggahi Pewter Dove tapi bukan hanya sekali Hayi absen. Taehyung memang tidak peduli apa yang Hayi lakukan di luar sana tapi ia sangat benci dibohongi. Apalagi jika yang melakukannya adalah seseorang yang mempunyai tempat di hatinya.

“Taehyung!” teriak Sana mengejar langkah cepat Taehyung. Gadis itu berusaha keras mencegah Taehyung untuk tidak mengejar Hayi. Tangan Sana melingkari lengan Taehyung erat. “Sudah jangan dikejar!”

Cedar HedgeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang