Rambut pendeknya terbang terbawa angin ketika kakinya ia bawa berlari. Membelah lorong yang penuh akan siswa lain, telinganya sibuk menggali informasi berharga meski harus termakan jarak karena ia tidak mungkin berhenti berlari.

"Katanya tangannya patah."

"Aku dengar ia gegar otak."

"Ia koma?"

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana tubuhnya setelah terjun dari ketinggian seperti itu."

"Apa ia masih hidup?"

Ah, ia benci. Ia terus merasa aneh dengan sebuah perasaan dalam dirinya yang sungguh sangat mengganjal, dan tidak akan berhenti sebelum ia bertemu sosok itu. Ia yakin, ini pasti akibat sosok tersebut.

Brak!!

Sosok wanita paruh baya yang sedang membawa nampan obat menoleh, tersenyum melihat presensinya di rumah sakit kastil.

"Ada yang bisa kubantu, nona Malfoy?" tanyanya lembut, membawa nampan tersebut ke salah satu ranjang yang diisi oleh seorang pemuda bersurai merah.

Nafas gadis itu tercekat, ia memandangi sang pemuda dari kejauhan dan perlahan mendekat. Mengabaikan tatapan penuh tanda tanya yang dilemparkan oleh wanita tersebut.

"Kim Donghyuck... Ia akan baik-baik saja, bukan?" tanyanya lirih.

"Ya, ia pemuda yang kuat. Beberapa tulangnya patah tapi akan segera pulih." jawab madam Pomfrey lembut.

Lidah Lina kelu seketika, pemuda yang sering mengganggunya itu kini terbaring lemah di atas ranjang rawat tanpa kesadaran. Ia tahu ini aneh, ia tahu banyak pasang mata yang akan menatapnya aneh begitu ia keluar dari sini. Tapi keinginannya untuk berlari kesini sungguh kuat, ia hanya ingin hatinya tenang setelah melihat kondisi pemuda yang selalu mengganggunya tersebut.

"Kau mau menjaganya sebentar untukku, nona Malfoy?" tanya madam Pomfrey yang masih sibuk membalut sebelah lengan Haechan dengan perban, "aku kehabisan perban dan aku janji akan kembali secepatnya."

Lina mengangguk samar tanpa berpikir dua kali. Tungkainya berjalan mendekati ranjang saat madam Pomfrey pamit. Ia tidak mengerti kenapa tapi air matanya meleleh begitu saja, pemandangan di hadapannya begitu aneh. Kemana tingkah usil si pemuda Kim ini? Kemana raut menyebabkannya? Kemana ocehannya yang biasanya mengganggu pendengarannya.

"Cepat lah sadar. Madam Pomfrey bilang kau kuat, jadi cepat lah sadar." ujarnya lirih.

Ada apa? Kenapa ia bisa seperti ini?

.

.

.

.

.

Renjun baru saja hendak menghampiri ranjang tempat Haechan dirawat saat ia menemukan sosok gadis bersurai putih sebahu—Lina—duduk di sebelah ranjang dengan bahu bergetar.

Gadis itu menangis?

Pemuda kelahiran Jilin itu menghentikan langkahnya, berniat mengubur keinginannya untuk menjenguk teman setimnya dan kembali ke asrama. Ia bisa kapan saja menjenguk Haechan, tapi mungkin Lina tidak, jadi ia akan membiarkan gadis itu disana hari ini.

"Renjun?"

Sang pemilik nama menoleh, menemukan seorang gadis berkontur wajah khas Jepang berdiri tidak jauh darinya. Gadis itu terlihat kebingungan namun juga bertanya-tanya.

"Kau melihat Lina Malfoy?"

Pertanyaan tersebut membuat Renjun tersentak. Ia tidak mungkin membuat Lina ketahuan menunggui musuh besarnya oleh orang lain. Gadis itu pasti akan murka padanya-meskipun ia tidak yakin juga sebenarnya.

"A-aku... Tidak. Aku tidak melihatnya di sekitar sini." jawabnya dengan wajah meyakinkan.

"Ah benar kah?" raut gadis itu terlihat kecewa, "profesor Cho mencarinya. Katanya ingin menyampaikan sesuatu."

Renjun mengangguk kecil, "bagaimana kalau kita mencarinya bersama? Aku bisa membantumu."

Gadis itu awalnya terlihat ragu, sebelum kemudian mengangguk. Ia tidak begitu mengenal Renjun namun setidaknya mereka beberapa kali ada di kelas yang sama. Jadi tidak ada salahnya mempercayai pemuda itu, bukan?

"Baiklah," gadis itu menggedikkan bahu dan berjalan mengikuti Renjun yang membawanya entah kemana.

Keduanya berjalan dalam keheningan. Meskipun mereka berjalan di tengah kerumunan orang yang sibuk membicarakan tragedi yang terjadi saat pertandingan quidditch tadi, namun tidak ada dari keduanya yang memulai pembicaraan.

Mereka terlalu larut dalam diam sepanjang lorong. Hanya sesekali berdiskusi tentang dimana kemungkinan keberadaan Lina Malfoy.

"Katanya biasanya ia akan mudah ditemukan di asrama jika sedang tidak ada kegiatan." gumam Hina lemah.

Renjun hanya mengangguk menanggapi. Ia tidak tahu pastinya kebiasaan gadis itu, namun ia juga tidak bisa membeberkan fakta bahwa anak bungsu keluarga Malfoy itu memang tidak ada di asrama sejak pertandingan selesai—sepertinya.

Berniat menyerah dan melapor pada profesor Cho kalau mereka tidak bisa menemukan Lina, kedua anak berbeda asrama itu menangkap sesosok gadis bersurai putih pendek dengan seragam masih lengkap—bahkan syalnya masih menggantung di leher—berjalan di koridor.

"Bukan kah itu Lina Malfoy?"

Belum sempat Renjun menjawab, Hina susah berlari ke arah gadis itu. Membuat Renjun panik sendiri.

"Aku mencarimu ke seluruh tempat." seru Hina senang.

"Ah maaf, aku sedari tadi ada di rumah sakit." jawabnya dengan suara yang bisa dibilang serak.

Tidak, Renjun tidak sempat memikirkan kenapa suara gadis itu serak dan kedua matanya sedikit bengkak.

Yang memenuhi pikiran Renjun sekarang adalah tatapan tidak percaya Hina yang dilemparkan padanya.

Harusnya ia berkompromi dulu dengan si Malfoy.

Harusnya ia berkompromi dulu dengan si Malfoy

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Wizarding World [NCT 2019]Where stories live. Discover now