《01. Bodoh》

25 7 2
                                    

Kali ini perihal aku yang begitu bodoh. Juga aku yang enggan bangun ketika terjatuh, hingga aku tersesat begitu jauh.

₩₩₩


Aku merebahkan tubuh lelahku di sofa. Seharian berkutat dengan pelajaran membuat pikiranku lelah, belum lagi perutku yang mulai merasa lapar. Ah, sebaiknya aku mencari makanan di dapur. Ku langkahkan kakiku menuju dapur, mencari-cari makanan yang dapat menghentikan ular agar tidak lagi menggigit perutku. Haha, konyol! Takhayul yang tadi diceritakan oleh guruku masih menempel lekat di pikiranku, semoga saja materi fisika  juga mengalami hal yang sama. Ngomong-ngomong tadi fisika materi apa ya? Sepertinya fisika tidak akan bernasib sama dengan cerita takhayul yang ku dapat. 

Sepertinya aku melupakan sesuatu, apa ya? Oh ya! Aku kan sedang lapar tadi. Segera saja aku mengambil apel yang tersisa satu diatas meja. Memang sih tidak mengenyangkan, tapi cukuplah untuk pengganjal lapar berhubung tidak ada minumannya.

"Mora!"

"Ayam-ayam!"

Pluk.

Aku menatap nanar ke arah apel yang tergeletak manja di lantai. Ya, manja karena apel itu terus berteriak agar aku memungutnya dan kembali memakannya kalau tidak

"Mora!"

Ah mama menganggu saja, tak apa ya jika tidak aku deskripsikan secara lengkap. Aku segera menghampiri mama, tetapi sebelumnya aku membuang apel yang tak sengaja jatuh saat aku memanggil ayam tadi. Semoga saja apel itu tidak dendam padaku.

"Kenapa, Ma?" Tanyaku pada Mama yang sudah berdiri dengan raut muka yang tidak sedap. Eh, muka mama kan bukan makanan? Ah yasudahlah.

"Kamu kapan sih dewasanya? Tas di sofa, jaket ada di motor. Kalah kamu sama Mira, rajin bantuin mama, jago masak, pintar lagi."

Aku diam tanpa ekspresi, apa iya aku seburuk itu? Bukan kah aku juga turut andil dalam pekerjaan rumah? Soal memasak, aku juga bisa masak air. Lalu, aku juga pintar ko! Buktinya ulangan matematika tempo hari lalu aku bisa mengisi 2 soal dari 4 soal tanpa menyontek, yah walaupun aku tidak tahu apakah aku mengisinya dengan benar.

"Kenapa diem? Gak suka? Ya kalo gasuka contoh dong Mira, jangan cuma ngambek aja kerjaannya."

Aku tersenyum penuh arti kepada Mama dan berkata selembut mungkin, "hehe maaf ya, Ma. Aku jarang bantuin mama, kalo ke dapur cuma bisa ngerecokin, aku juga bodoh hehe."

"Nah! Itu kamu sadar, berubah dong kaya Mira."

Sakit ya ketika mama mengiyakan perkataanku jika aku bodoh. Aku kira mama akan mengelus rambutku dan berkata jika aku tidak bodoh. Bodoh, mana mungkin mama akan seperti itu padaku. Aku memang bodoh!

"Iya, Ma," ucapku sambil berpikir keras bagaimana caranya aku menjadi Mira? Eh, kata mama aku kan bodoh mana bisa berpikir ya. Lihat aku memang benar-benar bodoh.

Perihal Mira, dia memang lebih segala-galanya dariku. Dari mulai hal kecil hingga hal besar sekalipun dia selalu unggul. Hanya satu hal yang tidak bisa Mira lakukan dan aku bisa. Yaitu, tidak menangis di depan Mama. Hal yang sangat perlu dibanggakan bukan? Aku sarankan kalian harus menjawab iya kalau tidak, emm tidak tahu juga sih akan aku apakan hehe.

₩₩₩

Sudah berulang kali aku mencoba memahami materi kimia yang tadi disampaikan oleh guruku. Tetapi aku tetap tidak mengerti. Kenapa sih Kovalen sangat membuatku bingung? Selain bingung aku juga kan lelah, apalagi kasurku terus saja memanggil agar aku merebahkan tubuhku di sana.

Tetapi aku tidak seperti anak lainnya, yang tergoda dengan rayuan kasur. Aku malah takut setiap kali harus rebahan di kasur, karena aku akan menangis mengenai apa yang telah aku alami hari ini. Menyedihkan, tapi memang itu kenyataanya, kasur adalah hal yang sangat aku hindari di dunia ini.

RemorseOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz