Peter cukup beruntung karena di dekatnya ada sebilah papan bekas pecahan lambung kapal yang cukup besar---hampir seukuran sebuah rakit. Ia pun berpegangan, sekaligus menyandarkan tubuh Borin ke situ. Namun demikian, ia merasa kesadarannya mulai menurun karena kelelahan. Dari pandangannya yang mengabur, ia melihat Anna berenang mendekatinya. Perempuan itu ikut berpegangan pada papan, lalu memberikan sejumput tanaman seperti rumput laut kepadanya.

"Ini, makanlah untuk meningkatkan staminamu."

Peter hanya bisa terdiam melihat Anna yang nekat menolongnya. Tanpa pikir panjang, ia pun menurut dan segera memakan rumput berlendir itu. Rasanya asin di lidah dan dingin ketika tertelan. Seketika itu, keajaiban terjadi. Peter merasa staminanya berangsur pulih kembali. Anna lalu memasukkan 'obat' itu juga ke dalam mulut Borin dengan cara meremasnya terlebih dahulu sehingga cairannya dapat langsung tertelan.

"Makanan apa ini? Luar biasa, aku merasa baik," ujar Peter keheranan

"Ini rumput laut," sahut Anna tenang

"Aku tak tahu kalau rumput laut memiliki khasiat yang luar biasa." Peter masih tak bisa memercayai apa yang baru saja didengarnya.

"Ini bukan sekedar rumput laut biasa. Aku telah memantrainya."

"M-Maksudmu?" tanya Peter tak yakin dengan apa yang baru saja ia dengar. Keningnya berkerut dan matanya membulat menatap Anna.

"Ya, aku adalah seorang penyihir," ungkap Anna pada akhirnya---tetap dengan ekspresi datar seolah tak ada yang aneh.

"Kau tak tahu kalau penyihir itu benar-benar ada?" tanyanya balik kepada Peter.

"A-aku tahu, tapi seharusnya mereka sudah tidak ada di Fortsouth. Tidak setelah kejadian itu." Peter mengingat peristiwa 'pengkhianatan' ayahnya yang diceritakan Eric. Setelah itu, para penyihir diburu dan yang tertangkap akan dibunuh dengan cara dibakar hidup-hidup.

"Aku memang tidak berasal dari Fortsouth. Aku hanya seorang budak yang dijual sebagai pelayan," cerita Anna sambil memandang ke kejauhan.

"Lalu dari mana kau berasal?" Peter melanjutkan pertanyaannya. Ia merasa begitu penasaran akan siapa sebenarnya perempuan misterius yang nekat menyelamatkannya itu.

Tak ada jawaban yang terlontar dari bibir mungil sang penyelamat. Hanya keheningan beriring desau angin yang terdengar menyapa pendengaran.

Sejenak kemudian, raut wajah Anna mendadak berubah sedih. Tampaknya, mengingat asal usulnya hanya memunculkan kepedihan yang teramat dalam.

"Maafkan aku ...." Peter merasa tak enak karena telah membuat Anna memunculkan kembali memori yang tak menyenangkan.

"Tak apa ...," sahut Anna singkat. Mereka lalu diam sesaat. "Tolong jaga rahasiaku ini," bisiknya pelan.

Saat itu matahari yang telah meninggi mulai menghangatkan tubuh Peter. Meski tidak dalam kondisi yang ideal, anak itu tetap merasa beruntung. Selain karena ia boleh diselamatkan, setidaknya ia juga mendapat kesempatan berbincang berdua dengan Anna---perempuan yang selama ini bersembunyi di balik sudut penasaran dalam salah satu sisi otaknya.

"Ugh ...." Sebentar kemudian, Borin tiba-tiba tersadar dan memuntahkan air laut dari mulutnya.

Peter pun membantu sahabatnya yang menggapai-gapai mencari pegangan yang lebih stabil.

"Akhirnya kau sadar juga. Kau sangat merepotkan jika pingsan." Anak itu tersenyum kepada Borin, yang langsung memeluknya erat.

"Terima kasih," bisik Borin penuh haru.

"Berterima kasihlah padanya." Peter kemudian memandang Anna "Jika bukan karenanya, kita berdua sudah mati semalam."

"T-terima kasih banyak." Borin berenang mendekati Anna lalu menjabat---lebih tepatnya meremas---erat tangan perempuan itu. "Apa yang sudah kau berikan pada kami? Aku merasa sangat sehat." Borin tampak keheranan "Kau sangat ahli dalam obat-obatan," pujinya lagi.

Putra Penyihir : Ritual Kematian [END] - Sudah Terbit (Sebagian Part Dihapus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang