32. The Claimed (Part I)

268 34 4
                                    




Berada dipelukan Jey selalu membuat Gia merasa aman, bahkan sejak pertama kali mereka saling mengenal. Rasa hangat itu memang Gia rasakan saat ini, namun dirinya merasa canggung setiap kali mengingat rentetan kejadian yang menimpanya, terutama beberapa hari belakangan.

"Ada apa?"

Rupanya Jey menyadari rasa gundah dihati gadisnya.

"Kau tidak ingin menemui Nona Sarah?"

"Mengusir setelah berhasil merealisasikan fantasy liarmu padaku, Gia?"

Gia mendongak dan menatap horor pada Jey, "Sorry mister? You raped me."

"Koreksi, belum. Tapi setidaknya kau langsung bangun."

Jey menjeda perkataanya hanya sekedar untuk mengecup kening Gia, lalu kembali menarik tubuh gadisnya kedalam dekapanya.

"Kau beruntung..." Lanjutnya.

"Karena masih hidup setelah berhasil menidurimu semalam suntuk?" Gumam Gia.

"Itu takdir."

Gia mendengus mendengar komentar Jey, pria ini tersenyum.

"Kau memilikiku, kakak ipar seorang Raphael, adik ipar seorang Abaddon, mantan kekasih seorang Michael. Yang mengagumkan kau memiliki sahabat iblis dari kalangan elit." Jelas Jey.

Gia mendongak kembali menatap prianya yang sedang tersenyum, mata Gia membulat, gadis ini tahu bahwa Jey sedang membenarkan dugaanya.

"No No No..! Bukanya malaikat tidak memiliki nafsu? Dan Jimin... Aku dan dia.. sebentar..." Gia berpikir sejenak, "Ingatanku belum memburuk, aku ingat bagaimana dia bersikap 'mesra' padaku."

"Kau pasti pernah dengar bahwa para malaikat dan iblis memiliki kemampuan menambahkan dan menghapus memori seseorang."

Gia mengangguk.

"Itu yang dia lakukan padamu, memberikan memori baru mengenai dirinya. Mungkin didalam ingatanmu kalian berciuman, saling menyentuh dan mencumbu. Tapi itu tidak benar-benar terjadi. Aku yakin kau akan menemukan perbedaan antara terbangun telanjang bersamaku, dengan ketika terbangun bersama Jimin."

Gia menerawang keawang-awang mencoba mengingat. Dia ingat bagian dimana dirinya bermesraan dengan mantan kekasihnya tersebut, akan tetapi ia tidak mengingat rasa apapun esok paginya. Jauh berbeda ketika bersama Jey. Rasa ngilu disekujur tubuhnya, terutama bagian dadanya tidak akan pernah Gia lupakan.

Gia menatap horor pada prianya, dan dibalas dengan kekehan geli dari Jey.

"Baru menyadarinya?" Tanya Jey mengejek.

"Kau melakukanya terlalu liar sementara Jimin... dia..???" Gia berpikir bingung.

"Sama saja kan? Tapi kau tau perbedaan itu nyata. Itu karena aku benar-benar menelanjangimu sementara dia tidak."

"Aku tidak mau berdebat!"

Gia mendengus kesal. Jey memeluknya erat.

"Aku merindukanmu yang seperti ini. Selalu berusaha mendebatku dengan pemikiran konyolmu."

Pria ini diam sesaat sebelum melancarkan pertanyaan yang selama ini mengganggu pikiranya.

"Bagaimana Nick bisa menculikmu?"

Gia menghela nafas berat, "Lebih tepatnya bagaimana aku bisa dengan suka rela ikut bersama Nick. Itulah pertanyaan yang benar."



*Flashback—Ketika Gia menghilang*

Sore itu Gia mengajak Tamara untuk mengunjungi caffee milik Nick. Gia berharap bisa menemui sahabatnya tersebut.

The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]Where stories live. Discover now