Kellisa mengaduk-aduk nasi gorengnya dengan tak nafsu. Dwi dan Tiara duduk dihadapannya. Mereka sedang ada di kantin sekarang.

"Kamu galauin apaan sih, Kel?" Tanya Dwi yang sedang menyedot es tehnya.

"Nggak tau nih." Jawabnya pelan.

"Ulangan tadi susah ya? Kamu nggak bisa jawab apa gimana?" Tanya Tiara juga.

"Enggak kok. Aku udah belajar. Aku bisa jawab."

"Lah terus kenapa?"

Kellisa mengangkat wajahnya. Menetap Dwi dan Tiara bergantian. "Kalau ada cowok yang bilang jangan dekat-dekat sama cowok lain itu maksudnya apaan ya?"

"Mungkin dia suka kamu." Balas Dwi.

"Atau mungkin dia cuman ngingatin kamu sebagai temen."

Kellisa mengerucutkan bibirnya, merasa bingung.

"Lagian siapa sih yang ngomong gitu?"

"Bagas."

Tiara menyikut lengan Dwi, memberikan tatapan mata penuh arti.

"Kel. Kamu ngerasa nggak sih? Bagas itu beda kalo sama kamu."

"Beda gimana?"

"Ya, jadi kayak peduli gitu dan nggak irit ngomong. Kalau sama yang lain kan dia gitu tuh. Dingin bener."

"Hm, aku nggak tau ya. Emang kalian ngerasa gitu ya?"

"Iya." Jawab Dwi dan Tiara kompak.

"Biasa aja ah." Kellisa mengelak.

"Ye. Masa sih? Tapi nih ya. Kalau disuruh milih Derry atau Bagas kamu pilih siapa, Kel?"

"Hm?" Kellisa memandang ke arah sosok Bagas yang baru saja masuk ke dalam kantin dengan sahabatnya Ruro. "nggak tau."

"Yaelah. Tinggal pilih aja loh." Dwi melongos.

***

Kellisa menuju gerbang sekolahnya. Dia menepuk-nepuk pundak yang terasa pegal habis mengerjakan dua ulangan hari ini. Rasanya energinya terkuras habis.

Sekilas dia melihat Bagas duduk di jok motornya. Sedang sibuk mengetik sesuatu dengan ponselnya. Kellisa mengacuhkannya, memilih duduk di depan gerbang sekolah.

Kellisa merasa kepalanya pusing. Dia berharap Trian akan menjemputnya segera.

"Kellisa?" Panggil Bagas, cowok itu mendekat. Memandang wajah Kellisa yang memucat. "kamu nggak papa?" tanyanya dengan nada khawatir.

Kellisa tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

"Muka kamu pucat, Kel."

Kellisa merasakan pandangannya memburam dan tiba-tiba saja menggelap.

***

Bagas baru saja mendapat telpon dari Trian. Katanya dia tidak bisa menjemput Kellisa karena masih ada latihan futsal dan meminta Bagas mengantar Kellisa pulang.

Bagas mendekati Kellisa yang sedang duduk di depan gerbang sekolah. Awalnya, dia merasa biasa saja. Tetapi ketika dilihatnya gadis itu tampak pucat, dia jadi khawatir.

Kellisa pingsan, syukurnya Bagas dengan sigap membawanya ke UKS. Lebih tepatnya menggendong Kellisa. Membuat anak-anak yang sedang menuju parkiran menoleh kaget dan saling berbisik-bisik.

"Kellisa nggak papa kan, Mbak?" Tanya Bagas pada Mbak Aulia penjaga UKS.

"Nggak papa, Gas. Dia cuman kecapean aja kok."

KellisaWhere stories live. Discover now