Bab Ketigabelas

51 9 15
                                    


Tema ke-13: Mitos/legenda/folktales kemana manusia pergi setelah meninggal.

Salam. Namaku Anubis. Kali ini aku ingin menjelaskan tentang Mitos Mesir Kuno. Oke, kuharap kepala kalian tidak berasap.

Audience: Pak, panas nih. Ga ada AC apa?

Anubis: Kita lagi di bawah tanah alias di alam baka. Ngerti ga kau?

Audience: NGERTI PAK!

Anubis: Oke, siap ya.

Kitab Kematian (bahasa Inggris: Book of the Dead) adalah sebuah teks pemakaman Mesir kuno, yang digunakan dari awal Kerajaan Baru (sekitar 1550 SM) hingga sekitar 50 SM. Nama asli Mesir untuk teks tersebut, ditransliterasikan: rw nw prt m hrw yang berarti Kitab Keberangkatan Setiap Hari (Book of Coming Forth by Day). Terjemahan lain adalah Kitab Menuju Cahaya (Book of Emerging Forth into the Light). "Kitab" adalah istilah paling dekat untuk menggambarkan koleksi teks-teks lepas tersebut, yang terdiri dari sejumlah mantra magis yang dimaksudkan untuk memandu perjalanan orang yang meninggal melewati Duat, atau dunia bawah, dan ke alam baka serta ditulis oleh banyak pendeta selama sekitar 1000 tahun.

 "Kitab" adalah istilah paling dekat untuk menggambarkan koleksi teks-teks lepas tersebut, yang terdiri dari sejumlah mantra magis yang dimaksudkan untuk memandu perjalanan orang yang meninggal melewati Duat, atau dunia bawah, dan ke alam baka ser...

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Kitab Kematian merupakan bagian dari tradisi teks pemakaman yang mencakup Teks Piramida dan Teks Peti Mati, yang dituliskan pada objek, bukan papirus

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Kitab Kematian merupakan bagian dari tradisi teks pemakaman yang mencakup Teks Piramida dan Teks Peti Mati, yang dituliskan pada objek, bukan papirus. Beberapa mantra diambil dari karya-karya yang lebih tua dan berasal dari milenium ke-3 SM. Mantra lain disusun kemudian pada Periode Menengah Ketiga (abad ke 11 hingga 7 SM). Beberapa mantra yang menyusun kitab tersebut masih terus diukir pada dinding makam dan sarcophagi, seperti mantra asalnya. Kitab Kematian diletakkan dalam peti mati atau ruang pemakaman orang yang meninggal.

Tidak ada Kitab Kematian yang tunggal atau resmi. Papirus yang masih bertahan berisi beragam pilihan teks keagamaan dan magis serta sangat bervariasi dalam ilustrasinya. Beberapa orang tampaknya memesan salinan Kitab Kematian mereka sendiri, mungkin dengan pemilihan mantra yang mereka anggap paling penting demi pencapaian mereka di alam baka. Kitab Kematian biasanya ditulis dalam aksara hieroglif atau hieratik pada gulungan papirus, dan sering diilustrasikan dengan sketsa yang menggambarkan mendiang dan perjalanannya ke alam baka.

Anubis: Sampai sini sudah jelas?

Audience: .... (hening)

Lanjutkan!

Konsep Mesir tentang kematian dan alam baka.

Mantra dalam Kitab Kematian mencerminkan kepercayaan Mesir tentang sifat kematian dan alam baka, menjadikannya sebagai sumber informasi penting tentang kepercayaan Mesir untuk bidang ini:

*Pengawetan
Menurut kepercayaan Mesir, salah satu aspek kematian adalah disintegrasi berbagai kheperu, atau bentuk keberadaan, sehingga ritual pemakaman bertujuan untuk mengintegrasikan kembali berbagai aspek yang berbeda ini. Mumifikasi dilakukan untuk melestarikan dan mengubah tubuh jasmani menjadi sah, wujud yang diidealkan dengan aspek-aspek suci; Kitab Kematian mengandung mantra-mantra yang bertujuan untuk melestarikan jasad mendiang, yang mungkin dibacakan selama proses mumifikasi. Jantung, yang dianggap sebagai aspek yang mengandung kecerdasan dan ingatan, juga dilindungi dengan mantra, dan jika terjadi sesuatu pada jantung fisik, biasanya lazim mengubur permata scarab jantung bersama jasad sebagai penggantinya. ka, atau daya kehidupan, tetap di makam bersama jasadnya, dan membutuhkan penghidupan melalui persembahan makanan, air dan dupa. Jika para pendeta atau kerabat tidak memberikan persembahan ini, maka Mantra 105 akan memastikan bahwa ka terpuaskan. Nama orang yang meninggal, yang merupakan individualitas mereka diperlukan untuk kekekalan, ditulis di beberapa tempat di seluruh Kitab, dan Mantra 25 memastikan mendiang agar mengingat namanya sendiri. Ba adalah aspek kekuatan batin dari mendiang, digambarkan sebagai burung berkepala manusia, yang bisa "keluar tiap hari" dari makam ke dunia; Mantra 61 dan 89 berperan untuk melestarikannya. Akhirnya, shut, atau wujud bayangan mendiang, dijaga oleh Mantra 91, 92 dan 188. Jika semua aspek dari saeseorang ini dapat dilestarikan, diingat, dan dipuaskan, maka mendiang akan hidup dalam bentuk akhAkh adalah roh yang diberkati dengan kekuatan gaib yang akan tinggal di antara para dewa.

*Alam Baka
Rupa dan keadaan alam baka yang dialami orang yang meninggal sulit untuk ditentukan, terutama karena perbedaan tradisi dalam agama Mesir Kuno. Dalam Kitab Kematian, orang yang meninggal dibawa ke hadapan dewa Osiris, dewa yang hanya berada di alam bawah Duat. Ada juga mantra yang ditujukan untuk mengaktifkan ba atau akh orang yang meninggal untuk bergabung dengan Ra saat ia melakukan perjalanan melintasi langit di atas bahtera mataharinya, dan membantunya melawan Apep. Selain persatuan dengan para dewa, Kitab Kematian juga menggambarkan orang yang meninggal yang hidup di "Padang Ilalang", tempat mirip surga di dunia nyata. Padang Ilalang digambarkan sebagai versi dari Mesir yang subur dan berlimpah. Ada ladang, tanaman, lembu, manusia dan sungai. Orang yang meninggal diperlihatkan menghadap Ennead Agung, sekelompok dewa, serta kerabatnya sendiri. Meskipun Padang Ilalang digambarkan menyenangkan dan melimpah, jelas juga bahwa diperlukan pekerjaan manual, itulah sebabnya ritual pemakaman memasukkan banyak patung-patung kecil bernama shabti, atau ushebti. Patung-patung ini diukir dengan mantra, yang juga termasuk dalam Kitab Kematian, yang fungsinya adalah untuk melakukan pekerjaan manual apa pun yang dibutuhkan mendiang di alam baka. Juga jelas bahwa orang yang meninggal tidak hanya pergi tempat di mana para dewa berdiam, tetapi juga memperoleh karakteristik suci itu sendiri. Oleh karena itu dalam Kitab Kematian nama mereka sering disebutkan sebagai "Osiris."

*Penghakiman
Jika semua rintangan Duat dapat diatasi, mendiang akan dinilai dalam ritual "Penimbangan Jantung", digambarkan dalam Mantra 125. Mendiang dibimbing oleh dewa Anubis ke hadapan Osiris. Di sana, mendiang bersumpah bahwa ia tidak melakukan dosa apa pun dari daftar 42 dosa, membaca sebuah teks yang dikenal sebagai "Pengakuan Negatif". Kemudian jantung mendiang ditimbang pada skala terhadap dewi Maat, perwujudan kebenaran dan keadilan. Maat sering diwakili oleh bulu burung unta, tanda hieroglif untuk namanya. Pada titik ini, ada risiko bahwa jantung mendiang akan bersaksi dan mengungkapkan dosa yang dilakukan dalam kehidupan; Mantra 30B berguna untuk mencegah hal ini. Jika timbangannya seimbang, ini berarti mendiang telah menjalani hidup yang baik. Anubis akan membawanya ke Osiris dan mereka akan menemukan tempat mereka di alam baka, menjadi maa-kheru, yang berarti "dibuktikan kebenarannya" atau "kebenaran suara". Jika jantung tidak seimbang dengan Maat, maka hewan buas menakutkan lainnya yang disebut Ammit, sang Pelahap, siap untuk menelannya dan menyebabkan alam baka mendiang berakhir lebih awal dan tidak menyenangkan.

Anubis: Sudah jelas semua---NYAA? *audience kabur* WOY MAU KEMANA KALIAN!?

Dreaming - 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt