Persiapan pelantikan

Start from the beginning
                                    

"Ah, Mamah aku mau pulang!" Aku langsung merengek dan menutup wajah dengan telapak tangan. Aku paling tidak suka diganggu oleh “Mereka”.

"Ssth ... sudah, sayang. Nanti kita langsung pulang kalau dokter sudah memperbolehkan, ya. Sekarang Dira enggak apa-apa, kok. Kan ada Mamah, Papah, dan teman-teman Dira yang akan menjaga." Ucapan lembut dari Mamah rasanya tidak mempan untuk menenangkanku.

"Pokoknya Dira mau pulang sekarang, Mah! Dira sudah tidak kuat! Dira takut, hiks .... " Aku mulai cengeng seperti anak kecil lagi.

"Kita jalan ke taman saja, yuk, Dira." Tangan Muhzeo langsung menggapai tanganku.

Aku meliriknya dan meredakan tangisku. Perlahan aku mulai mengangguk. Setidaknya aku bisa sedikit melepas penat yang sudah dua minggu itu kurasakan.

Sesampainya di taman, aku melihat banyak orang yang bermain. Rasa takutku sudah mulai hilang. Senyumku mulai mengembang. Tak sedikit orang yang mulai kusapa dan kuajak berbicara sebentar.

Saat aku sudah tak lagi menyapa orang. Aku sedikit mendengar suatu keanehan yang tak dapat kulihat. "Tadi lo dengar suara anak kecil, enggak, sih?" tanyaku kepada Muhzeo yang sedari tadi hanya menatapku dengan tak jemu.

"Dengar. Tuh ada di sana." Tangannya menunjuk sebuah pohon besar.

"Mereka hantu, ya? Gua pikir mereka anak kecil beneran. Serem juga sih kalau anak kecil sepantar mereka manjat pohon terus turunnya kaya lompat dan terbang. Naik pakai kukunya yang panjang pula. Semacam ngerayap gitu." Saat menjelaskan saja bulu kudukku agak merinding.

"Sudah jangan dilihat! Kalau yang model seperti itu biasanya enggak beberapa lama wajah mereka akan berubah jadi lebih menyeramkan." Muhzeo terlihat memperingatiku sembari membalikkan tubuhku agar membelakangi penampakan tersebut.

Nah, pengalaman yang kusebutkan tadi nampaknya belum seberapa. Ada banyak lagi yang kurasakan selama di sana. Tentunya akan terlalu panjang bila kujelaskan secara gamblang di sini.

"Kenapa melamun?" tanya Elsa saat melihatku duduk bersandar di kursi dekat pohon depan kelasku.

Ya, hari ini aku sudah mulai sekolah kembali. Kebetulan ujian kenaikan kelas dua minggu lagi akan diadakan.

"Hah? Aku enggak apa-apa, kok," sahutku ketika Elsa mulai duduk di sebelahku.

"Oh iya, kamu disuruh kumpul OSIS tuh!" Ucapan Elsa langsung membuatku tersenyum lebar.

"Oh ya? Kalau begitu, aku ke sana dulu, ya. Dadah, Elsa!" Hari ini memang benar adanya jika teman-temanku menganggapku lebih riang dari biasanya. Aku yang memang dasarnya aktif pasti selalu dirindukan keberadaannya saat sedang tidak masuk kelas. #pede

Aku berlari ke arah lapangan. Ternyata di sana sudah ramai orang. Aku menuju ke tempat yang masih kosong. "Seperti yang sudah diberitahukan kemarin, kita akan mengadakan pelantikan anggota OSIS yang baru. Mengenai barang yang diperlukan, bisa kalian lihat pada kertas yang akan dibagikan oleh Kakak-kakaknya. Oh iya, kita akan bermalam di sekolah, ya," terang sang ketua OSIS.

Ketua OSIS di sekolahku itu tidak seperti ketua OSIS yang ada pada cerita Wattpad biasanya. Ia adalah seorang perempuan berkacamata, putih, manis, ramah, dan tegas tentunya. Terlalu cantik untuk dideskripsikan.

"Jadi, selesai jam pelajaran terakhir, tolong jangan ada yang keluyuran, ya. Karena tentunya acara besok akan melelahkan dan membuat tubuh kurang vit jika tidak beristirahat yang cukup terlebih dahulu. Jadi, tolong persiapkan diri kalian sebaik-baiknya ya." Kak Quila–ketua OSIS cantik–tersenyum ke arah kerumunan para anggota OSIS baru.

"Iya, Kak," sahut kami.

"Dek!" Panggilan seseorang membuatku langsung menoleh.

"Astaghfirullah!" Mataku langsung terbelalak ketika melihat sosok makhluk yang lebih tinggi empat puluh centimeter dari tinggi seseorang yang memanggilku itu. Aku mengelus dada seraya melantunkan doa berkali-kali.

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now