Part 5

3.7K 337 38
                                    

Naruto meremat tangannya gugup. Menghela napas berulang kali untuk menormalkan detak jantungnya yang bertalu-talu. Uh, tenang Naruto tenang.

Merapalkan setiap kata menenangkan untuk menghalau kegugupannya. Naruto menoleh kesamping, melihat dua sahabat baiknya memberinya semangat.

"Namikaze Naruto"

Mendengar namanya telah disebut gadis bersurai matahari itu mengambil nafas dalam sebelum menghembuskannya dengan pelan kemudian melangkah menuju podium.

Memberikan senyum kecil menawannya pada seluruh audience, Naruto mulai membuka suaranya.

"Tiga tahun telah kami lewati masa indah SMA kami disini. Tiga tahun yang tak akan pernah terlupakan.  Tiga tahun ini jugalah, yang membantu kami mendapatkan banyak hal. Teman, saingan, sahabat dan cinta"

Mereka mulai mengenang satu persatu kenangannya di tiga tahun terakhirnya di SMA Konoha ini.

"Perpisahan ini bukanlah akhir. Perpisahan ini adalah awal kita memulai perjalanan merajut mimpi. Perjalanan ini akan semakin sulit kedepannya tapi yakinlah perjuangan tidak akan menghianati hasil. Meski kita terjatuh lagi dan lagi, selama kita memiliki semangat untuk terus maju, hal itu yang akan menjadi pelajaran dari setiap kekurangan saat kita terjatuh untuk kita membenahinya"

Naruto berhenti sebentar sebelum mengulas senyum sehangat mentarinya.

"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Sensei -tachi, terimakasih telah membimbing kami tiga tahun ini dengan sepenuh hati, maafkan kami yang nakal, yang selalu merepotkan Sensei -tachi dengan segala tingkah kami"

Naruto mengakhirinya dengan membungkuk 90 derajat kemudian meninggalkan panggung besar yang menjadi saksi perpisahan hari ini.

Uh, mengenang masa-masa tiga tahun ini, pucuk hidung Naruto memerah. Rasanya sedikit menyesakkan.
Saat gadis itu keluar dari aula, dia disambut dengan seseorang yang dikenalnya sebagai sahabat baik kakaknya.

"Sasu-nii" panggilnya dengan sedikit serak menahan tangis yang hampir tumpah tadi.

"Hei-" Sasuke kaget saat gadis bersurai matahari itu menubruk tubuhnya dan menenggelamkan seluruh wajahnya didada bidangnya.

Menghela napas pelan, satu tangannya balas memeluk tubuh mungil Naruto dan tangannya yang lain digunakan untuk menepuk pelan punggung mungil itu.

"Bukankah kau tadi mengatakan bahwa ini bukan akhir? Jadi berhenti menangis oke?" bujuk Sasuke dengan suara pelan ditelinga Naruto.

"Aku hanya sedih. Siapa yang menangis!" Suara Naruto teredam dada hangat Sasuke saat membalas bujukannya.

"Tapi aku merasa bajuku basah dengan ingus dan air matamu"

Mendengar itu Naruto langsung mendorong tubuh Sasuke menjauh dengan tatapan kesal yang diarahkannya pada sahabat terkasih kakaknya itu.

"Aku akan mengadukanmu pada Kurama"

Sebelum Sasuke bisa membalas, suara yang sangat dikenalnya sebagai suara calon kakak iparnya terdengar dari belakangnya.

"Oh, disini kau rupanya, Ayam" sungutan itu terdengar pas dibelakangnya.

"Ku~"

"Un, rubah kecilku sudah bekerja keras" Kurama mengelus surai pirang adiknya sebelum mencium keningnya.

Tangan mungil Naruto terulur memeluk pinggang Kurama kemudian memasang wajah dirugikan pada kakaknya.

Sedangkan Sasuke yang melihatnya entah kenapa sedikit tidak rela, seharusnya yang dipeluk itu dia. Tadi singkat sekali. Sasuke tidak rela. Sasuke mau lagi.

My Sweet DearestWhere stories live. Discover now