Mood-3

1.7K 207 118
                                    

"Sekarang, perempuan-perempuan menjadi lebih ganas kau tahu. Aku bahkan harus membeli berbagai bentuk kostum seksi agar suamiku tidak bosan. Aku bahkan membeli kostum kucing dengan bagian bokong terbuka." Jiyeon hanya bisa mencoba tersenyum mendengar obrolan beberapa wanita yang kini berada dilingkaran meja yang sama dengan nya sedangkan Minho duduk dimeja seberang bersama beberapa namja dan terlihat sibuk dengan berkas dihadapan nya walaupun sejak tadi beberapa kali Minho memberikan lirikan penuh arti padanya. Dia bersyukur, diusia pernikahan ke-10 tahun, dirinya dan Minho masih terasa baru dan setiap harinya Minho selalu memperlakukannya seperti pengantin baru dan Jiyeon tidak pernah bosan, Minho selalu memuaskan disegala hal. Dia suami terbaik yang pernah ada.

Namun mendengar ucapan para wanita yang kini semakin bersemangat itu menimbulkan rasa tidak percaya diri padanya, berat badannya naik cukup banyak dan tubuhnya tidak seideal dahulu. Namun dia tetap cantik, dia tahu dirinya cantik tapi dia tidak pernah bertanya pada Minho apa yang disukai namja itu.

"Kadang kau harus menjadi sedikit peka terhadap suamimu sendiri, setiap suami memiliki fantasi sendiri tentang hubungan dengan isterinya, sekarang perempuan diluar sana berlomba-lomba untuk menghancurkan rumah tangga orang lain." Untung saja wanita-wanita ini berbeda dengan wanita-wanita yang ia temui tempo hari , yang menawarkan namja muda untuk dijadikan selingkuhan, setidaknya wanita-wanita ini tidak segila wanita-wanita tempo hari.

"Tapi suamiku selalu berkata bahwa aku sempurna." ucap salah seorang wanita dengan penuh cinta memandangi suaminya yang Jiyeon rasa duduk disamping Minho dan namja itu tidak melirik isterinya sama sekali walaupun isterinya sudah memandanginya untuk beberapa lama, Jiyeon hanya butuh waktu beberapa detik untuk membuat Minho melihat kearahnya dan dia bersyukur itu artinya Minho masih sama.

"Itu katanya, suamiku dulu berkata seperti itu dan dia ternyata menghamili wanita lain dan aku harus merawat anak haramnya karena selingkuhannya meninggal saat melahirkan." ucap seorang wanita dengan dandanan paling mencolok sambil bersandar malas. Dia membongkar aib rumah tangganya sendiri.

"Jangan menyesal karena rasa tidak perdulimu, jangan sampai kau menyesal diakhir." ucap wanita itu dan Jiyeon diam untuk waktu yang lama dan kata-kata itu bagaikan racun diotaknya karena sesampai mereka dirumah ia masih mengingat pembicaraan itu.

Setelah memastikan Mason sudah mengerjakan PR dari sekolahnya dan meminum segelas susu serta naik keatas kasur untuk tidur, juga memastikan Hana sudah tidur dengan nyenyak diatas kasurnya Jiyeon kembali ke kamar dan menemukan suaminya diatas kasur dengan laptop dan beberapa kertas disamping tubuhnya. Kegilaan Minho sudah berkurang pesat namun Jiyeon tetap saja dibuat tidak boleh sama sekali mengendarai mobil selama hidupnya.

Jiyeon naik keatas kasur dan berbaring membelakangi Minho sambil terus memikirkan perkataan mereka, ia ingin bicara dan bertanya pada Minho namun rasanya sangat menggelikan dan selama 10 tahun mereka menikah ia tidak pernah bertanya pada Minho tentang hal sensitif seperti ini yang memang seharusnya ia tanyakan. Ia tidak pernah berpikir kearah ini karena dari yang ia lihat suaminya tidak pernah bosan ataupun mengatakan hal yang mengarah kesana.

Ia mendengar suara kertas yang diangkat dan sesuatu yang diletakkan, kemudian tidak lama sebuah tangan merangkulnya dan menariknya hingga menempel dengan sempurna ditubuh suaminya yang sudah bersemangat luar biasa, dia sudah siap.

"Apakah jadwal Haid mu sudah selesai?"

"Baru hari ini." Jawab Jiyeon berbisik pelan dan kemudian ia merasakan tangan itu bergerak untuk melepaskan bajunya sebelum ia lebih dahulu menahannya.

"Minho-ah."

"Hmm?"

"Aku... anu.. begini.. apakah kau ada yang ingin kau katakan."

BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang