Part 4

4.1K 311 46
                                    




"Hamil?!"

Semua orang diruangan rapat itu terkejut ketika Minho tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya setelah beberapa detik yang lalu membuka ponselnya. Jiyeon yang berdiri dibelakang kursi rapat tidak bisa menahan senyuman dibibirnya, kemarin ia pergi ke dokter sendiri karena Minho harus melakukan rapat penting pada perusahaan lain dan ia memaksa namja itu untuk menghadiri rapatnya walaupun ia harus berdebat terlebih dahulu dengan Minho. Jadwal namja itu akan berantakan jika namja itu menunda satu jadwal apalagi rapat ini lumayan berharga.

Minho masih menatap ponselnya dengan terkejut dan terus membaca foto kertas yang dikirimkan Jiyeon berkali-kali. Semua orang diruangan itu saling menatap satu sama lain dan tidak ada yang berani berkomentar.

"Rapat hari ini selesai"Ucap Minho dengan tiba-tiba.

"Maaf sajangnim, rapat baru saja dimulai."

"Aku rasa kalian bisa menjalankan rapat ini tanpa diriku, Hyorin akan mencatat semua hasil rapat dan memberikan laporannya padaku."

Minho meraih jasnya.

"Jiyeon-sii, kau boleh ikut denganku."

"Baik sajangnim"

Jiyeon berjalan dibelakang Minho dengan senyuman yang tidak hilang, saat tiba diruangan Minho ia terkejut saat namja itu mengangkat tubuhnya dan mendudukannya diatas sofa ruang kerja Minho.

"Mulai besok kau tidak boleh menggunakan sepatu tinggi."

Minho memegang perutnya dengan wajah penuh ketertarikan dan tangan namja itu bergetar.

"Aku tidak percaya dia sudah berada didalam perutmu."

Jiyeon ikut memegang perutnya dengan penuh kebahagiaan, rasa bahagia yang sama seperti saat mereka mengetahui bahwa Mason sudah berada didalam kandungannya. Tidak ada yang menyangka bukan? Namja yang menanamkan benih dirahimnya adalah namja yang dulu sangat menolaknya dan menganggap dirinya adalah kuman. Sekarang Minho sangat mencintainya, namja itu memperlakukannya lebih dari apapun dan Jiyeon merasa hatinya menghangat. Apalagi saat Minho menenggelamkan wajahnya diperut Jiyeon dan mulai menangis, namja itu selalu menangis disaat seperti ini. Perutnya dibasahi oleh air Minho dan ia memeluk kepala suaminya dengan penuh cinta.

Siapa yang menyangka namja yang dahulunya terasa begitu jauh dan tidak tergapai kini menangis memeluk perutnya.

***

Jiyeon melihat Minho dari kejauhan, namja itu bahkan terlihat baik-baik saja tanpa dirinya. Bahkan Minho terlihat lebih ceria dan terlihat menikmati hari bebasnya tanpa kemunculan Jiyeon, setidaknya ia bisa melihat Minho walaupun hanya dari kejauhan. Minho terlihat berkumpul bersama teman-temannya dan membahas sesuatu. Appanya benar-benar bersungguh sungguh dengan apa yang ia katakan karena setiap pulang sekolah appanya sudah menunggunya didepan gerbang sekolah.

Apakah benar jika ia terlalu mengganggu Minho? Apakah benar namja itu bahagia jika Jiyeon tidak berada didekatnya?

Namun mengapa hatinya terasa yakin bahwa namja itu tidak baik-baik saja?

Saat mereka tanpa sengaja bersisihan dijalan pun namja itu tidak meliriknya sedikitpun seolah mereka tidak pernah saling mengenal.

Jiyeon mempererat jaket yang ia gunakan dan menatap pemandangan lautan lepas dihadapannya. Ya,tahun ini sekolahnya mengadakan liburan bersama ke sebuah pantai yang sangat terkenal disebuah pulau dan tempat ini sangat indah, Jiyeon yang sangat menyukai pantai tentu saja sangat bersemangat untuk ikut apalagi saat mendengar Minho akan ikut. Ia berharap bisa berbicara dengan namja itu. Teman-teman yeojanya mulai membuka penutup tubuh mereka dan berlari kearah air dengan menggunakan bikini memperlihatkan tubuh mereka yang berbentuk, Jiyeon masih ragu untuk membuka jaketnya karena tubuhnya tidak sebaik yeoja yang lainnya. Dari kejauhan ia melihat Yora yang dengan sengaja berjalan kearah kumpulan para namja yang berada Minho didalamnya , yeoja itu menggunakan bikini merah yang sangat cocok dengan warna kulitnya yang putih.

BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang