Part 1

8.1K 358 71
                                    

Langkah kakinya terdengar terburu-buru, ia menatap jam ditangannya dengan penuh rasa gugup dan keringat mulai membasahi tubuhnya. Hal yang pasti terjadi karena ia berlari untuk sampai ke haltebusway dan 15 menit lagi rapat akan dimulai dan disinilah ia dengan berkas penting ditangannya dan rapat tidak akan dimulai jika berkas itu tidak sampai tepat waktu. Hal yang lebih buruk yang dapat terjadi adalah putusnya hubungan antara kedua perusahaan karena hal spele seperti ini.

Sejak tadi ponsel nya terus berbunyi namun ia memutuskan untuk tidak menghiraukannya, karena akan lebih baik jika ia terburu-buru tanpa melihat ponsel. Ia berdoa semoga saja ia selama kali ini dari amukan atasannya yang penuh kesempurnaan itu.

Dalam waktu kurang dari 10 menit ia tiba didepan sebuah perusahaan pencakar langit. Jangan kira ia bekerja di perusahaan abal-abal, perusahaan ini hanya salah satu dari banyak perusahaan yang berjalan, namun perusahaan ini adalah sentral dari perusahaan-perusahaan yang tersebar diseluruh dunia. Dalam 5 tahun belakangan ini perusahaan ini mampu meraih omset yang sangat besar, dan dibalik kenaikan itu terdapat CEO yang sangat cerdas menjalankannya. Bisa dikatakan CEO perusahaan ini adalah keturunan terbaik yang mendapatkan perusahaan ini.

Ia menempelkan kartu tanda pengenal nya didepan sebuah pintu berwarna jernih yang terbuka setelah beberapa detik. Ia sampai didepan sebuah ruangan dimana beberapa orang menunggunya dengan wajah penuh ketegangan dan kepanikan, Jiyeon dengan segera menormalkan ekspresi wajahnya dan mencoba mengatur nafasnya yang terdengar sangat lelah karena tidak berhenti berlari sejak tadi.

"Kau terlambat. Rapatnya dibatalkan"

"What?"

"Aku hanya terlambat 3 menit"

"Tidak Jiyeon, kau terlambat hampir 1 jam."Ucap Hyorin sekretaris ke dua CEO.

Jiyeon menatap ponselnya dan baru menyadari bahwa ia memang terlambat hampir 1 jam. Jiyeon menghela nafas dan duduk menyandar kearah dinding berwarna putih disampingnya. Mati lah dirinya kali ini, bukan rahasia lagi bahwa kontrak perusahaan ini sangat penting dan ia membuatnya berantakan dan mungkin sebentar lagi dirinya akan terbunuh. Jiyeon kembali berdiri dan mengedipkan matanya mencoba menyadarkan dirinya , ia dan Hyorin berjalan kearah lift dan naik ke lantai 20 dimana ruangan CEO mereka berada sekaligus ruang kerja mereka.

"Mati lah aku."

"Kau kemari tidak membawa mobilmu?"

"kenapa?"

"Kau terasa bau keringat."

"Aku bahkan tidak berpikir untuk menggunakan mobil ketika waktu yang aku pikir tersisa 15 menit lagi."

Dengan perusahaan sebesar itu, gaji yang ditawarkan juga sangat besar. Itulah mengapa banyak sekali orang yang bersaing untuk dapat bekeja ditempat itu, juga perusahaan itu hanya membuka tawaran pekerjaan tidak ke sembarang orang. Orang-orang yang bekerja diperusahaan itu adalah orang dengan IQ diatas rata-rata, Jiyeon mungkin orang yang paling beruntung karena bisa bekerja ditempat itu. Gaji yang ia dapatkan benar-benar diluar nalar, ia bahkan bisa berganti mobil setiap bulan nya jika ia inginkan.

Namun, semua hal yang ia dapatkan juga setimpal dengan pekerjaan yang ia lakukan. Pekerjaan yang tidak boleh dilakukan dengan cacat sedikitpun, karena CEO mereka yang tampan itu tidak suka dengan kegagalan atau hal yang berjalan tidak sesuai dengan rencana. Dia sangat perfectionist.

***

Jiyeon duduk sambil menggigit bibir bawahnya dengan gugup, apalagi saat namja dihadapannya hanya diam dan memperhatikannya dengan tatapan tajam yang mungkin akan membuat yeoja lain meleleh dan terjatuh dibawah kaki namja itu. Tapi tidak untuknya, tatapan namja itu begitu mengerikan karena ia sudah merasakan tatapan itu belasan tahun sejak mereka saling mengenal. Tatapan yang namja itu akan berikan jika Jiyeon membuat nya kesal atau membuat kesalahan yang membuatnya tidak suka.

BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang