SPD-46| Finger Heart

10.4K 454 3
                                    

Sinar mentari masuk ke celah-celah jendela kamar membuat tidur Arkan terganggu. Matanya mengerjap, rasa pegal pada tangannya membuat Arkan meringis.

Ia menoleh dan seketika tersentak kaget saat melihat sang istri kini tidur disampingnya. Pantas saja tangannya terasa pegal karena dijadikan bantal oleh Icha.

Dengan senyum menawan, ia menatap wajah damai istrinya itu yang terlihat menggemaskan. Rasa hangat menjalar dalam rongga dadanya. Jadi ini yang membuat tidurnya nyenyak tadi malam?

Arkan ingin ke kamar mandi, namun lilitan tangan Icha dipinggangnya membuatnya susah bergerak. Jadi yang bisa ia lakukan adalah memandangi wajah istrinya dengan puas.

Menit sudah berlalu berganti dengan jam. Bulu mata lentik itu bergerak disusul dengan kedua matanya yang terbuka.

"Morning, sayang! Gimana, tidurnya nyenyak?" Ucap Arkan seraya menghadiahi kecupan lembut dipipi.

"Banget!" Lirih Icha seraya menyerukan wajahnya didada Arkan untuk menyembunyikan rona merah dipipinya.

Arkan terkekeh melihat tingkah gemas Icha. Dipeluknya tubuh mungil itu dengan erat. Mengirup aroma tubuh Icha yang sudah menjadi candu untuknya.

"Mas?"

"Iya?"

"Jangan tinggalin Icha,"

Arkan melonggarkan pelukannya. Menundukan kepala menatap netra coklat itu. "Kenapa kamu ngomong gitu?"

"Pokoknya Mas harus janji gak akan ninggalin Icha!"

Arkan tersenyum lalu kembali memeluk Icha erat. "Iya, Mas janji gak akan ninggalin kamu apapun yang terjadi."

"Sayang Mas Arkan."

"Sayang kamu juga."

💼💼💼

"Mimpi buruk?"

"Iya, makanya semalem dia pindah. Katanya mau tidur sama elo. Udah ah gue mau kerumah sakit, salamin sama Icha ya, gue buru-buru. Bye!"

Arkan menatap kepergian Gina hingga menghilang dibalik pagar rumah. Menghela napas sebentar, Arkan membalikkan tubuhnya lalu menutup pintu. Kakinya melangkah menuju dapur, manghampiri Icha yang sedang memasak.

"Loh, Kak Gina mana?" Tanya Icha yang melihat Arkan berjalan sendirian kearahnya.

"Dia udah pergi. Kayanya ada masalah di rumah sakit, keliatan buru-buru."

"Semoga gak terjadi apa-apa."

Arkan hanya menganggukkan kepalanya.
Ia memakan sarapannya yang sudah disiapkan oleh Icha.

"Sayang,"

"Iya Mas?"

"Semalam kamu mimpi buruk?"

"Eh, kok Mas bisa tahu?"

"Gina tadi cerita." Arkan menepuk kursi yang ada disampingnya. "Sini duduk!" Titahnya.

Setelah Icha duduk disampingnya, tangannya terulur mengusap surai hitam panjang itu dengan sayang. "Cerita sama Mas, semalam kamu mimpi buruk apa?"

"Emm... Icha mimpi Mas Arkan ninggalin Icha sendiri demi cewek lain." Lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

"Hey, sayang. Jangan nangis, itukan cuma mimpi. Buktinya Mas ada disini sama kamu sekarang."

"Tapi itu berasa nyata. Icha takut Mas ninggalin Icha sendirian, apalagi si pembunuh itu sekarang lagi bebas. Icha takut Mas, hiks."

Arkan membawa Icha kepelukannya. Membungkus tubuh mungil itu dengan kedua tangannya.

"Sssth, jangan nangis. Sekarang kamu dengerin deh detak jantung Mas."

Icha menempelkan telinganya tepat didada Arkan.

"Gimana?"

"Kenceng banget, kaya lagi disco. Sama kaya Icha?" Ucap Icha polos membuat Arkan gemas.

Dikecupnya bibir mungil itu seraya mengedipkan sebelah matanya membuat Icha tersentak kaget. Lalu semburat merah dipipi Icha muncul membuat tawa Arkan keluar membahana.

"Kamu tahu, setiap detiknya tak pernah absen jantung ini berdetak kencang saat bersama kamu. Tahu kan artinya apa? Mas sangat mencintai kamu, mencintai kamu kemarin, hari ini, esok dan seterusnya."

"Icha juga cinta sama Mas."

"Jadi, jangan pernah berpikir bahwa Mas akan meninggalkan kamu. Karena itu gak akan pernah terjadi. Cinta Mas sama kamu gk akan pernah pudar."

"Maafin Icha, Mas."

"Sudah, gakpapa. Sekarang kamu makan yang banyak, biar Bunda dan dedek bayinya selalu sehat."

"Aye, aye, Pak Dosen!" Seru Icha lalu satu kecupan mendarat dipipi Arkan seraya mengedipkan sebelah matanya.

Kini giliran Arkan yang terlihat kaget membuat Icha terbahak meelihatnya. "Satu sama!" Serunya.

"Kamu ngeselin ya." Geram Arkan.

"Tapi sayang kan?"

"Enggak!" ketus Arkan berusaha cuek.

Icha terkekeh, tangan kanannya terangkat lalu menyatukan ibu jari dan telunjuknya hingga menyerupai tanda love membuat senyum Arkan mengembang seketika.

"Saranghae, Pak Dosen!"

Tbc.

Saranghae, Pak Dosen!Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu