Dear Me

57 4 2
                                    

Sebenarnya, saya tipe orang yang masa bodoh dengan penampilan, tepatnya, apa yang terlihat pada tubuh saya, mulai dari kepala sampai ujung kuku kaki. Like, ya ..., saya memang terlahir tidak begitu cakep, ya mau diapakan lagi? Saya tidak terlalu peduli dengan omongan orang lain, bahkan ibu saya sendiri ketika mengomentari penampilan saya. Saya sangat menjunjung motto hidup. "Be Yourself."

Namun, ada bagian tubuh saya yang sedikitnya mengguncang jiwa kemanusiaan saya yang rapuh dan menimbulkan rasa kurang bersyukur. Sebenarnya bukan masalah besar bagi saya yang tidak terlalu mementingkan pandangan orang lain. Tapi, kadang ini membuat saya merasa. "Andai saja ini bagus. Kan enak tuh dilihatnya."

Hal itu yang terkadang menyentil jiwa rapuh saya, yaitu perut berlemak.

Saya merasa, andai saja perut saya terbentuk, ya minimal rata, deh. Pasti akan lebih bagus. Padahal sekarang berat badan saya sudah tidak lebih, dan kata orang-orang yang melihat saya yang sekarang, saya itu kurus, bahkan kakak saya bilang saya seperti tengkorak hidup. Wth -_-

Namun, entah mengapa perut saya tidak juga ikut mengecil. T.T

(Kurang olahraga lu, Pir)

Kadang saya berpikir, kan biasanya kalau orang habis menikah badannya suka gemukan, perutnya gendut, itu artinya bahagia.

Akhirnya saya pun menghibur diri dengan berpikir. "Perut gendut berarti bahagia." Jadi saya tidak terlalu merasa rendah akan hal itu. Yang penting mah sehat.

Ya, walaupun saya belum pernah menikah. :v

Oleh karenanya,

Kepada perut berlemak, maafkan aku yang suka mencelamu, tidak mensyukuri keberadaanmu, dan membanding-bandingkanmu dengan perut-perut–well built–lainnya. Aku tahu, dibanding-bandingkan itu adalah hal yang sangat tidak mengenakkan.

Kepada perut berlemak, untuk itu izinkan aku untuk mencintaimu, menerima keberadaanmu, dan mensyukuri apa adanya dirimu sebagai bagian dari diriku.

Sekarang bagiku, tidak apa-apa kau tidak sebagus perut-perut mereka yang well built. Aku akan menyukaimu lebih daripada perut-perut itu karena kau adalah perutku sendiri, bagian dari diriku. Jika tidak ada orang lain yang menyukaimu, siapa lagi yang wajib untuk mencintaimu selain aku?

Mulai dari sekarang, mari kita bahagia dengan apa adanya dirimu, perutku. Mari kita bahagia seperti apa yang orang-orang pikirkan terhadap perut sepertimu. Sebab, kebahagiaan tidak hanya datang karena diberikan. Tapi, kebahagiaan bisa kita ciptakan, salah satunya dengan cara bersyukur.

Bersyukur atas apa adanya dirimu, perutku.

Terima kasih karena telah ada pada diriku.





Selasa, 5 November 2019

Your half self,




SunV

#SpektrumNovember

#SpektrumNovember

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
SUÍBIÀNWhere stories live. Discover now