Empat Belas

2.5K 145 2
                                    

Ini tanggal 23 Desember, Nathan memutuskan untuk menyerahkan berkas berkas kepada Mr. Smith. Saat menyerahkan berkas berkas itu Mr. Smith memberi tahu bahwa tanggal 26 Desember Nathan harus datang ke universitas untuk acara pengesahan. Setelah Nathan memberikan berkasnya kepada Mr. Smith, Nathan mampir ke toko bunga untuk membelikan Anna seikat bunga daisy. Setelah itu ia pergi ke rumah Anna. Ia ingin menghabiskan hari ini bersama Anna. 

--- 

Anna sudah sering kehilangan kesadarannya sejak satu minggu yang lalu. Ia sekarang sudah berada di rumah, tidur di tempat tidurnya dengan selimut beludru merah kesukaanya. Muka Anna putih pucat, bibirnya tak kalah pucat dengan kulitnya. Sudah 5 hari sejak terakhir kali ia makan, ia kehilangan sebagian nafsu makannya, ia hanya memakan beberapa potong roti. Anna menarik nafas panjang, menutup matanya dan membayangkan apa yang akan terjadi setelah ia pergi, 

apakah ibunya akan bertahan? 

apakah Nathan akan berhenti mencintainya? 

Lamunan Anna terhambur saat suara derap kaki terdengar dari arah tangga 

"Anna?" panggil Nathan saat memasuki kamar Anna 

"Hm?" jawab Anna sambil tersenyum sebisanya 

"I miss you" kata Nathan sambil duduk disamping Anna 

"I miss you more"  

"It's 2 days away from Christmast. Do you want something?" tanya Nathan yang sedang menyisir rambut Anna dengan jarinya 

"I've got my whole life in front of me" jawab Anna tersenyum tulus 

"What do you want for christmast?" tanya Anna sambil melihat kea rah Nathan 

"I.. I want you to get a miracle. To get another great life" jawab Nathan sambil mengelus kepala Anna yang tenggelam di dadanya 

"This is perfect, this is my perfect life. You are my miracle Nath. I asked God to send me an angel, and the next month you came. You're my angel." kata Anna lalu Nathan. Air mata Nathan mengalir deras di pipinya dan jatuh diatas kepala Anna. 

"Stop crying" kata Anna yang suaranya juga bergetar karena matanya mulai mengeluarkan air mata. Mereka berpelukan cukup lama, setidaknya dapat menenangkan diri mereka. Nathan melepaskan pelukannya saat ponselnya bergetar. Nathan melihat ponselnya dan terpampang "Mom is calling" di layar ponselnya. 

"What?" kata Nathan mengawali perkataannya 

"Dave. He needs you. Please, come home. He miss you." Kata Mrs. Peterson 

"Fine. I'll be there in 15 minutes" jawab Nathan lalu mengakhiri panggilan. 

"Who was that?" tanya Anna 

"Mom" jawab Nathan sambil melihat layar ponselnya 

"What's the matter?" tanya Anna sambil mengambil segelas air di meja  

"Dave missed me" jawab Nathan masih melihat layar ponsel 

"uhmmmm.." kata Anna sambil meneguk air mineralnya 

"I have to go" kata Nathan sambil tersenyum kearah Anna 

"That's fine" jawab Anna membalas senyum Nathan. Nathan beranjak dari duduknya lalu member kecupan hangat di dahi Anna. 

"I love you" kata Nathan 

"I love you too, Nath." Jawab Anna lalu Nathan menutup pintu kamar Anna.

- -

"WHO MISS ME?" teriak Nathan saat memasuki rumahnya, dan tak lama Dave dari arah dapur berlari kearah Nathan lalu memeluk tubuhnya.  

"Nath. Nath. I miss you" jawab Dave semangat 

"What is wrong with you?! We met this morning!" kata Nathan sambil sedikit tertawa 

"I don't know. It's just feel like I miss you all the time!" jawab Dave 

"I doubt it. You miss my playstation, don't you?" 

" YOU GOT IT RIGHT!" kata Dave membenarkan perkataan Nathan. 

"Alright. Let's play!!" ajak Nathan lalu berlari menaiki tangga ke kamarnya.

--

"Nath, why I never see Anna in the hospital in the last 6 days?" tanya Dave disela permainan 

"Ehm.. She stop" jawab Nathan pendek 

"What? Why?" tanya Dave penasaran 

"She just did." jawab Nathan  

"Why? Mom said if I stop the chemo God gonna take my breath. Is God gonna tak..."  

"STOP!!" teriak Nathan menghentikan perkataan Dave. Dave yang takut melihat Nathan marah hanya terdiam sambil menahan tangisnya. Nathan beranjak dari sofa lalu pergi meninggalkan Dave sendirian.

---

Anna sedang duduk di sofa sambil membaca novel milik Nicholas Sparks saat kepalanya merasa sangat pusing. Kepalanya sangat pusing melebihi pusing yang ia biasa rasakan 

"MOMMM" teriak Anna sambil beranjak dari sofanya. Anna mencoba berdiri, kepalanya terlalu pusing dan lututnya terlalu lemas untuk tetap berdiri dan detik kemudian ia terjatuh ke lantai

--

".... n't go nowhere. She have to stay here."  

Anna terbangun dengan perban dikepalanya dan infuse di tangan kirinya. Ia mengerjapkan matanya berkali kali, mencoba menjelaskan pandangannya. Anna mengalihkan pandangannya kearah kaca yang berada di kanannya, dilihatnya ibunya yang berada di luar ruangan sedang menangis saat berbicara dengan sang dokter, dan saat itulah Anna tahu, ia tak akan bertahan lebih lama lagi.

The Last DiseaseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang