Dua

6.6K 250 10
                                    

        Anna sedang berbaring di atas tempat tidurnya saat lagu Hold On Till’ May milik Pierce The Veil terdengar dari ponselnya, diraba-raba sekelilingnya mencari ponsel berwarna putih itu, setelah mendapatkannya dilihatnya layar ponselnya itu, Mom is calling terpampang di layar ponselnya dengan malas, Anna menjawab panggilan itu

            “Uhm?” kata Anna

            “I’m at the supermarket. You need something?” tanya Mrs. Perkins

            “No. I’m good” kata Anna

            “Alright. I think I’ll be late for dinner”

            “What?”

            “Remember Mrs. Dillan?”

            “Yeah”

            “Her son is back from LA today”

            “….and?”

            “Help her to buy her son’s stuff”

            “really?” tanya Anna dengan nada meremehkan tak percaya

          “Yeah. So, I’ll be home at 10. Don’t mess around. Buy some food. Love you” pesan Mrs. Perkins pada anaknya

            “Yeah. Love you too mom” kata Anna sambil memutus panggilan bersama ibunya. Anna meletakan ponselnya di atas tempat tidur dan beberapa menit ia berbaring, ia tertidur.

 

---

 

            Jam kecil di atas meja di samping tempat tidur Anna menunjukan pukul 07.55 pm, dilihatnya ke halaman samping rumahnya dari lantai dua kamar tidurnya, tak didapatinya mobil ibunya. Anna menggeliat sekali lagi, lalu duduk di atas tempat tidurnya. Diraihnya ponselnya, mengetik beberapa kata dan mempostingnya di twitter. Anna berdiri dari tempat tidurnya, lalu ia masuk ke kamar mandi, membasuh wajah bekas tidur dan menggosok gigi. Anna keluar dari kamar mandi, lalu ia membuka lemari pakaian, diambilnya pakaian itu dan dikenakan olehnya.

         Anna menggunakan celana panjang hitam dengan kaus lengan pendek LA dan menggunakan sweater putih, diambilnya tas kecilnya, dicek barang-barang miliknya  di dalam tas itu. Anna keluar dari kamarnya, rumahnya sepi sunyi seperti ia tinggal sendirian. Rumah ini tak pernah lagi ramai semenjak matahari penyemangatnya pergi, ya Ayahnya. Ayahnya pergi meninggalakan dirinya dan ibunya, penyakit jantung koroner bawaan dari kakek yang merenggut nyawa ayahnya. Anna menuruni anak tangga, dan dilihatnya foto ayahnya dan ibunya saat pernikaahan yang terpasang di dinding. Anna hanya bisa tersenyum melihat senyum sumringah ayahnya di foto pernikahan itu, Anna meneruskan langkahnya, keluar rumah, mengunci pintu dan meletakan  kunci pintu di dalam tasnya. Malam ini Anna berencana untuk makan di restoran cepat saji. Ia memanggil taksi, dan duduk di kursi penumpang

            “Wallstreet 17th, sir” kata Anna. Sang supir tak mengatakan apapun, ia hanya menganggukan kepalanya.

        3 blok lagi, ia akan sampai di tempat tujuannya, tapi entah mengapa perjalanannya terhambat karena macet. Akhirnya setelah menunggu 10 menit, Anna memutuskan untuk keluar dan berjalan kaki, setelah ia membayar biaya taksi, ia keluar dan memandang jauh ke depan, mencari tahu apa yang membuat macet ini terjadi. Anna berjalan melewati Bridge 16th karena jalan untuk ke Wallstreet 17th benar-benar macet dan tak bisa dilewati, banyak sekali kerumunan manusia, Ah, people suck.

        Saat persis di titik tertinggi jembatan, Anna melihat seorang lelaki sedang berdiri di luar pagar pembatas, dengan satu tangan memegang pagar pembatas, lelaki itu melihat ke atas lalu melihat ke kerumunan manusia di bawahnya. Anna yang melihat itu langsung mengerti mengapa terjadi kemacetan, ternyata ada orang ingin bunuh diri. Anna berjalan mendekati lelaki itu dengan pelan, dan sekarang hanya beberapa meter jarak mereka berdua.

----

            “You don’t understand, Nathan” kata seorang gadis lalu menahan suara tangisnya

            “Then, tell me” kata seorang laki-laki bernama Nathan dengan nada keras

            “I have to go” kata si gadis dengan kulit putih pucat dan badannya yang kurus

            “You’ve said that like a hundred times” kata si laki-laki mulai muak

            “I’m sick!” kata si gadis lalu mulai menangis

            “You wanna go home?” kata si laki-laki dengan nada perhatian

            “No, Nath.. I’m sick. I’m dying” kata si gadis itu dan air matanya mengalir dari ujung matanya

            “What? No, this must be a joke. Listen to me, You’re not sick, you’re perfect and you’re beautiful. I really love you, I really do”

            “Thank you for letiing me know that. I love you too, Nath” kata si gadis

 

3 minggu kemudian

           

            “I’m so sorry, Nath” kata seorang lelaki dengan kacamata besar di wajahnya

            “Thanks, Dan” kata lelaki bernama Nathan yang matanya sudah sembab. Nathan sedang berada di acara pemakaman, ya pemakaman sang gadis, gadisnya! Nathan berjalan menuju altar gereja, dan sampai di depan sebuah peti putih, dilihatnya tubuh seorang gadis berkulit putih pucat tergeletak di dalam peti itu.     

              “Tania….” kata Nathan sambil melihat ke dalam peti itu

            “We’re going to Paris, remember?” kata Nathan lagi

            “We even already decided what we're gonna do” kata Nathan  sambil menahan air matanya

            “Tania, why aren't you answering?” .

 Nathan tak kuat menahan air matanya. Nathan mulai menangis lagi, ia menangis yang kesekian kalinya hari ini.

            “Just let me cry today. I can’t hold it anymore”

---

            Sudah seminggu sejak kepergian Tania, dan Nathan masih saja shock. Nathan menjadi laki-laki pendiam dengan sejuta tatapan kosongnya, tak ada satupun temannya yang berani untuk menanyakan keadaanya. Tania orang pertama yang pergi dari hidupnya, ia tak tahu harus berbuat apa setelah kepergian Tania. Hingga suatu pikiran terbesit dipkirannya.

            Sepulang dari sekolah, Nathan tak langsung pulang ke rumah. Ia pergi ke tempat yang biasa ia kunjungi saat kencan bersama Tania, dan saat ia melewati The Gardencaf, ia melihat meja dengan dua kursi yang biasa ditempatinya bersama Tania, terbayang dirinya berada bersama Tania, tertawa, berpegangan tangan dan memandang satu sama lain. Nathan mengalihkan pandangannya dan melanjutkan perjalanannya, ia pergi ke Bridge 16th, ia akan melakukannya disini, ya lompat dari ketinggian, ia akan mengakhiri hidupnya disini.

---

April, 9th 

The Last DiseaseWhere stories live. Discover now