tiga, pulang

184 19 21
                                    

"Setidaknya gua masih bersyukur,punya mamah yang masih hangat seperti biasa"

______________________________________
_________________

Hening, double F selalu hening. Entah kenapa salah satu diantara mereka seperti enggan membuka suaranya.

"Jangan kabur lagi"

Wait, tumben Fajar care sama Farrel.

"Ayah udah wanti wanti lu"

As always, karena ayahnya.

"Iya."

Rasanya pas liat kasur dan kamarnya yang bernuansa monokrom, Farrel mau langsung rebahan aja.

Susah buat berpisah dari kasur tercintanya, tambah lagi aroma kamarnya yang bikin pingin tidur.

"Rel"

"Mah"

Mama Farrel masuk, sbenernya mama nya pasti tau Farrel kemana dan ngapain. Tapi entah kenapa mama nya ga mau bilang ke ayahnya.

"Kamu bandel si, sukurin besok kamu disuru trial jadi pegawai perusahaan ayah"

"Lah lah? Dari mana ma? Kok ayah ga bilang ke Farrel, oh iya nomornya kan Farrel block lupa mah. Tapi Senen kan masih ada kuliah mah"

"Kuliah kamu sore kan? Paginya kamu ke perusahaan ayah"

Dahlah anjir, rasanya Farrel mau tenggelem di kasur aja.

"Congratulations"

"Ha? Paan si bang"

"Besok udah trial jd pegawai"

"Heh gua kaga pernah, ngarep jadi CEO kaya elu ya jadi gausah nethink mulu Ama gua"

Of course, Farrel yang lagi ga mood. Ditambah Fajar yang emang ga pernah mood. Bikin suasana jadi lengkap.

Kalo bukan mama nya yang pisahin, munkin mereka bisa tonjok tonjokan sampe babak belur.

"Udah udah"

Farrel sekarang lagi kaya bocah, kepalanya lagi di usap usap mamahnya. Buat nenangin niat nya padahal ga ngaruh.

Setidaknya gua masih bersyukur, punya mamah yang masih hangat seperti biasa-Farrel

Sedetik kemudian

"Tring"

Satu darah beda bapak

Sakti mengirim foto

Sakti mengirim foto

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aliansi SemestaWhere stories live. Discover now