"Buat kamu, selama jadi sekrestaris pribadi saya."

"Oh, saya mengerti. Jadi, ini mobil perusahaan?"

"Bukan. Ini mobil saya yang jarang di pake. Tapi, ya anggap saja begitu. Kamu gunakan mobil itu untuk mengantar anak saya, dan untuk kepentingan lain nya yang menyangkut pekerjaan. Tapi kalau tidak ada pekerjaan, mobil itu bebas kamu gunakan kemana pun. Saya hanya berpesan untuk menjaga nya dengan baik. Soalnya dia sempat menjadi mobil kesayangan saya."

"Baik. Terima kasih banyak, Pak. Saya akan menggunakan nya dengan baik."

"Harus. Yasudah, kalau begitu cepat ke rumah saya. Mobil nya sudah ada di basement."

"Oke big boss, laksanakan." Ucap Noushin sambil hormat layaknya ajudan yang siap melaksanakan perintah komandan.

Rion yang melihat nya pun terkekeh sebentar, sebelum akhirnya pamit.

Beberapa menit berlalu hingga akhirnya Noushin menuju basement, dia memencet smart key dan mobil audi merah lah yang berbunyi.

Lantas dia menghampiri mobil itu, memencet smart key nya sekali lagi.

Masih berbunyi.

"Bener, bunyi kok. Berarti ini kan mobil nya."

Masih belum sepenuh nya yakin. Noushin memencet nya lagi. Hasil nya tetap sama. Mobil itu berbunyi.

"Wow..." Noushin terperangah. Bagaimana tidak? Dia mendapatkan mobil audi merah yang sering dipakai artis-artis dalam film secara cuma-cuma.

Memang bukan miliknya sepenuh nya. Tapi kan... Selama dia bekerja di Helios Group, itu berarti mobil ini milik nya. Kalau dia bekerja disana sampai lima tahun ke depan, berarti audi merah ini akan menemaninya selama itu.

"I feel so lucky." Gumam nya pelan sebelum memilih masuk untuk mengendarai mobil tersebut untuk menjalankan tugas nya.

***

Tea sudah rapih dengan seragam sekolah nya ketika dia keluar dari kamar. Rambut hitam nan tebal nya dibiarkan tergerai dengan bando hijau army, senada dengan sweater nya, menghiasi kepala. Ransel merah muda sudah dia gendong dipunggung nya.

Lantas dia pun menuruni anak tangga satu-persatu untuk sampai pada ruang makan. Sesampainya disana, dia dikejutkan dengan seorang wanita yang sedang berdiri disisi meja dengan segelas susu ditangan kanan nya.

Tea mengernyit sebelum kemudian berdeham keras hingga wanita itu menoleh pada nya dengan senyuman hangat. "Good morning, Adrastea."

"Tante siapa?" Tanya Tea cuek.

"Sekrestaris pribadi Ayah kamu."

Ah iya. Tea baru ingat kalau semalam Papi sudah memberitahunya tentang ini. Lantas dia pun menarik kursi yang ada di depan nya kemudian duduk manis dengan satu tangan menopang dagu.

"Well, welcome."

"Terima kasih."

"Aku panggil nya Tante, keberatan?"

"Tidak."

"Yakin?"

Noushin diam seraya menarik kursi disamping nya, kemudian dia duduki.

"Hm, kamu boleh panggil apa saja. Yang penting jangan panggil saya hanya dengan nama. Karena saya jauh lebih tua dari kamu. Bukan kah itu tidak sopan Adrastea?" Tea diam sebentar seraya mengamati wanita itu terang-terangan, sebelum kemudian mengulas senyuman nya seraya mengangguk setuju.

"Ah, silahkan di makan. Saya-- Tante udah buatin souffle pancake buat kamu."

"Makasih. Tante udah makan?" Noushin mengangguk sebagai jawaban nya. Lalu Tea pun mulai menikmati hidangan nya dengan khidmat.

Me vs PapiWhere stories live. Discover now