Derry tersenyum lebar, auranya berubah menjadi Derry yang biasanya Kellisa kenali. Sorot mata hangatnya melirik ke arah Kellisa lagi.

"Oke, aku tunggu nanti. Jam istirahat pertama!"

Kellisa mengangguk, tidak terlalu menghiraukan Derry. Tangannya sedikit merah. Dia menghampiri kedua temannya.

"Itu si Bagas kesambet apaan dah?" Tanya Dwi ketika Kellisa sudah duduk di kursinya.

Kellisa menatap papan tulis yang masih kosong.

"Kamu kok kayak di sinetron-sinetron gitu sih, Kel. Direbutin dua cowok."

"Ye, kebanyakan nonton sinetron kamu, Wi." Bukan suara Kellisa tetapi suara Tiara.

Tiara curi-curi pandang ke arah Kellisa. Kemudian menepuk bahu Dwi dengan pelan, "Eh, Wi. Kellisa kok diem aja sih?" Bisik Tiara kemudian.

Dwi melirik ke arah Kellisa teman sebangkunya. Kellisa masih menatap kosong papan tulis didepan kelas. Dia menghela napas pelan. Gadis itu sepertinya sibuk memikirkan apa yang terjadi barusan.

Dwi hendak menoleh ke belakang, tetapi pandangannya tertahan. Dia tidak sengaja bertatapan dengan Bagas. Bagas mengalihkan pandang dengan cepat.

Tiara mengernyit melihat Dwi, "Kamu kenapa, Wi?"

Dwi berbisik dengan menutupi wajah dengan sebelah tangannya, "Ra, aku nggak salah lihat. Barusan. Bagas perhatikan ke sini."

Tiara menoleh ke arah Bagas, memastikan kata-kata Dwi barusan. Tetapi Bagas sudah sibuk mendengarkan musik dengan headsetnya. Tidak memperhatikan Kellisa.

"Ah, masa sih, Wi?" Tanya Tiara kemudian.

Dwi mengangguk mantap, "Aku serius, Ra. Bagas tadi ngeliat ke sini. Aku nggak tau kenapa ya. Kayaknya Bagas peduli sama Kellisa."

Kellisa berusaha pura-pura tidak mendengar percakapan kedua temannya. Walaupun sebenarnya dia dengar, berusaha tenang sambil kini sibuk membolak-balik halaman novelnya. Dia tidak fokus membaca. Jujur saja, pikirannya berkelana kemana-mana.

***

Kellisa duduk di bawah pohon yang cukup rindang. Dia memeluk novel yang dia bawa. Beberapa dedaunan jatuh, beberapa helai daun jatuh diatas rambut Kellisa. Tetapi gadis itu tidak menyadarinya.

"Ngapain, Der?" Tanya Kellisa.

Derry yang baru saja datang mendekati Kellisa. Jarak mereka cukup dekat, membuat Kellisa sibuk menenangkan perasaannya yang sudah tak karuan.

Aduh, ini Derry mau ngapain sih?

Derry mendekatkan wajahnya ke depan wajah Kellisa. Tangannya terangkat mengambil sesuatu. "Ada daun di rambutmu." Katanya seraya menjauhkan diri dari wajah Kellisa.

Kellisa merasa pipinya memanas sekarang.

Duh, baperan banget sih kamu, Kel.

"Kamu marah ya, Kel?"

"Marah kenapa?"

"Karena dengar kata-kata Yansen kemarin. Kamu pikir aku playboy ya? Kamu percaya itu?" Tanya Derry dengan nada serius.

"Kurasa bukan urusanku, Der. Kan aku cuma temanmu." Kellisa menahan napas sebentar, menggigir bibirnya. Merutuki diri mengapa membalas perkataan Derry dengan kata-kata barusan. Melenceng jauh dari kata hatinya.

Derry melirik sebentar, "Siapa tau, kamu pikir aku begitu?"

"Lagian kalau kamu emang playboy, itu bukan urusanku. Kamu kan bebas, mau deketin siapa aja. Karena memang kita kan cuman temanan." Jawab Kellisa mantap.

KellisaWhere stories live. Discover now