2

539 82 0
                                    

(Name) hanya bisa termenung di depan jendela. Tatapannya tampak kosong kala ia menatap luar jendela di mana orang-orang mulai sibuk menghias rumah mereka untuk merayakan hari Hallowe'en.

Semangat (Name) yang awalnya menggebu-gebu kini sudah hilang bergantikan dengan rasa malas yang luar biasa.

Flashback

(Name) yang kini tengah merombak kostum penyihir yang ia beli tadi tampak menikmati kegiatannya saat ini. Bahkan ia merubah model kostum penyihir itu menjadi kostum penyihir  manis dan seksi dan tentunya sesuai ukuran tubuhnya.

Di saat tengah kegiatannya berlangsung, ponsel (Name) tiba-tiba saja bergetar menandakan bahwa ada panggilan masuk. (Name) yang masih sibuk dengan kegiatannya memilih menggunakan headset agar ia bisa menelepon sambil melanjutkan kegiatannya.

Tanpa melihat siapa si penelepon, (Name) langsung mengangkat telpon itu setelah menggunakan headset.

"Ya, halo? Dengan siapa ini?" (Name) memulai membuka pembicaraan sambil terus menjahit.

"(Name), ini ibu."

Mendengar suara serta siapa si penelepon membuat senyuman (Name) langsung merekah. Ia tidak menyangka akan mendapatkan telpon dari ibunya. Oh, mungkinkah ibunya tidak akan lama lagi mau sampai?

"Iya, ada apa, Bu?" tanya (Name) berusaha untuk tetap tenang meski sebenarnya ia sudah senang bukan main.

"(Name), ayah dan ibu minta maaf karena kami belum bisa pulang untuk saat ini. Kolega ayah meminta kami untuk ikut ke acara keluarga mereka dan kami tidak bisa menolaknya. Ibu harap kau bisa mengerti."

Ucapan sang ibu bagaikan tusukan ribuan jarum yang menusuk hatinya. Kenapa? Saat ia libur musim panas, ibunya berjanji akan pulang tapi nyatanya tidak dan membuat janji baru bahwa mereka akan pulang saat Hallowe'en. Tapi nyatanya mereka lagi-lagi mengingkarinya.

"Aw." (Name) tersentak kala jarinya tertusuk jarum jahit dan melihat darahnya mulai keluar dan mengenai kostum yang ia jahit. Tapi, rasa sakit di jarinya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya.

Rasanya sakit namun tidak berdarah. Mungkin itulah ungkapan yang di rasakan (Name) saat ini.

"(Name), apa kau baik-baik saja?"

Terdengar suara sang ibu yang terdengar khawatir namun sebisa mungkin (Name) berusaha untuk tetap tenang meski hatinya tengah bergejolak karena merasakan sakit hati.

"Ya, (Name) baik-baik saja. Ibu jangan khawatir. Ayah dan ibu sehat-sehat saja di sana dan jangan lupa terus kabari (Name) ya~" (Name) sebisa mungkin untuk bersuara riang meski hatinya sakit. Ia tidak ingin orangtuanya tahu kalau ia sedih karena ia tahu, hal itu sangat penting bagi perusahaan ayahnya.

"Terimakasih (Name), kami janji akan pulang saat hari Natal. Jaga diri baik-baik dan kami sangat menyayangimu."

Dan panggilan itu pun berakhir tanpa sempat (Name) membalas. (Name) hanya bisa menatap ponselnya lalu menghela napas berat. "Selalu saja begini ...."

Flashback off.

(Name) yang masih termenung tampak tidak menyadari ada orang lain yang kini tengah mengintai (Name) dari tempat yang sangat jauh. Saking jauhnya (Name) pun tidak tahu.

"Sepertinya aku harus merayakan hari Hallowe'en sendirian. Lagi."

Orange Magic || Akashi SeijuroWhere stories live. Discover now