"Sabar, Dek! Pasien sudah dipindahkan." Suster tersebut tampak kewalahan mendapati serangan tiba-tiba itu dari Elsa.

"Ma–maksudnya? Dipindahkan ke mana?" Pertanyaan Elsa terdengar sangat pilu.

Sang suster yang merasa keheranan kini mulai menjelaskan, "Dia sudah dipindahkan ke ruang Mawar kamar no. 14."

"Ja–jadi dia masih hidup, Sus?!" tanya Elsa tak kuasa menahan bahagianya.

"Iya, betul," sahut suster itu sambil tersenyum.

"Ba–baik. Terima kasih, Sus. Saya pergi dulu,"pamit Elsa seraya berlari ke luar ruangan menuju ke ruang Mawar.

Sesampainya di sana, ia langsung membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Tas yang dibawanya sampai terjatuh saking terkejut.

"Di–Dira?" Elsa menatap Dira tak percaya saat melihat sahabatnya itu sudah terlihat sehat kembali.

Dira yang sedang makan bubur suapan dari Kenan pun mulai bingung.

"Dira!" Elsa langsung memeluknya dengan erat. Ia menangis sejadi-jadinya di sana. Kenan pun tersenyum ketika melihat Elsa bisa bertemu dengan adiknya kembali. Senyum yang selama ini hilang nampaknya telah kembali lagi.

"Ka–kamu enggak apa-apa, El?" Pertanyaan Dira terdengar khawatir melihat sahabatnya itu tampak kucel dengan matanya yang sembap.

"Kamu diapain sama Paul? Dia nyakitin kamu?" Pertanyaan yang ke luar dari mulut Dira terdengar sangat polos.

"Auh!" Elsa mencubit lengannya perlahan. Ia tertawa terbahak-bahak sambil menahan tangis bahagianya itu.

"Perasaan kamu belum makan gula jawa, deh. Kok abis nangis sudah ketawa saja?" Wajah Dira bertambah lucu saat dirinya semakin kebingungan.

Elsa kembali tertawa kencang. Kekonyolan ini yang sangat ia rindukan dari sahabatnya. "Aku nangis sampai kayak orang gila gini, ya, karena kamu enggak bangun-bangun dari tidurmu, tau! Kamu pikir enak ditinggalkan oleh sahabat yang cerewet kaya kamu!" Elsa mencubiti pipi Dira dengan gemas.

Dira ikut tertawa juga. Ternyata dirinyalah yang menjadi sumber sembap yang tercetak jelas di mata Elsa.

"Oh iya, Dir, buburnya enak, enggak?" Pertanyaan Elsa yang terdengar iseng itu langsung dijawab celotehan oleh Dira.

"Boro-boro, deh! Enggak enak sama sekali! Rasanya hambar banget. Seumur-umur, aku baru merasakan masakan rumah sakit kembali. Dan untung saja banyak saudara yang menemani dan mendoakanku. Jadi, aku enggak perlu takut dengan gangguan jin dalam bentuk apapun, heheh," curhat Dira sembari terkekeh.

"Hahah! Dasar kamu! Oh iya, bagaimana kalau aku belikan bakso yang ada di pinggir jalan? Waktu itu aku nyobain enak banget, loh! Pasti kamu suka. Percaya sama aku, tapi karena waktu itu aku dipaksa makan sama Paul karena belum makan, akhirnya aku makan sedikit agak enggak nafsu," jelas Elsa dengan raut wajah yang nampak ceria kembali.

Kini tatapan Elsa mengarah pada Kenan. Cengirannya mengembang. "Boleh, ya, Kak?" bujuk Elsa dengan nada yang sedikit memohon

"Boleh, dong! Tapi ...." Ucapan menggantung dari Kenan itu berhasil membuat Kedua gadis di hadapannya penasaran.

"Jangan dikasih saus ataupun sambal. Sama sekali tidak boleh, ya!" Kenan tersenyum.

"Yah rasanya ambyar, dong, Kak!" Dira mulai cemberut.

"Kalau maunya pakai saus dan sambal, mending enggak usah! Hayo, pilih yang mana?" Kenan tersenyum penuh kemenangan ketika melihat adiknya menampakkan wajah sedikit kesal ke arahnya.

Bisikan Mereka ✔Where stories live. Discover now