"Mr. Sean William akan menggantikan saya dan akan memimpin Wills School mulai saat ini. Dan saya harap semua orang merahasiakannya sampai Sean William menentukan tanggal peresmiannya."

-

"Ray, kakak membawa makanan kesukaanmu! Tenang saja, pagi ini kakak akan sarapan yang banyak! Kakak tak ingin kau marah." Ucap Rose dengan makanan tadi yang sudah terhidang di hadapannya.

Air mata Rose mengalir, Ray masih menutup kedua matanya, dan tak merespon. Rose tersenyum pahit lalu memakan steak itu dengan lahap.

Tangisnya masih saja tak tertahan, tuhan sangat tak adil padanya. Ia pikir dengan terikat dengan Matt, dia akan terbebas dari semua tangisan pedihnya.

Dengan kesal Rose memukul dadanya kesal. Tangisannya tak dapat berhenti dan sesak di dadanya semakin menjadi-jadi.

-

"Bagaimana? Tak ada yang tau bukan?" Tanya Darren kepada murid pria itu.

Murid itu mengangguk lalu mundur dengan hormat.

Matt yang sedari tadi asik dengan ponselnya pun membuat Darren kesal.

"Apa yang kau lihat? Wanita?" Darren mencoba mengintip ponsel Matt, namun Matt jauh lebih cepat mematikan layar ponselnya.

"Semua beres, kabari aku jika Kasey curiga." Ucap Matt lalu melangkah pergi.

Darren menaikkan sebelah alisnya lalu memanyunkan bibirnya.

"Dia punya rahasia."

-

Matt memasuki ruangan serba putih itu bersama seorang pria.

"Untuk saat ini luka di kepalanya mulai membaik namun jika dia tidak sadar dalam seminggu ini, pria kecil itu mengalami koma." Jelas pria yang tak lain adalah dokter yang menangani Ray.

Pandangan Matt tak dapat beralih dari wanita yang tengah tertidur pulas sambil memegang tangan adiknya.

"Dia sangat beruntung." Ucap dokter itu.

"Akulah yang beruntung, Uncle Mike." Balas Matt yang membuat Mike tertawa kecil.

"Baby twin Uncle sudah besar ternyata." Ucap Mike gemas sambil menepuk bokong Matt.

Namun tak ada balasan spesial dari Matt, putra Tayana itu sejak kecil sudah bersikap dingin pada Mike.

"Jika kau mencintainya, nikahi dia. Jangan sampai kisah Sean dan Tayana terulang kembali." Peringat Mike santai yang langsung membuat Matt menatapnya.

"Hah, bocah sekarang tak seperti dulu. Apalagi jika putra seorang CEO." Gumam Mike yang masih melangkah.

Matt kembali menatap Rose lalu melangkah mendekati gadis itu. Wajah polosnya saat tidur membuat Matt tak berkedip.

'Cup'

Ciuman hangat menyapa bibir Rose yang masih tertidur.

"Milikku."

-

Rose yang tengah tertidur mendadak terbangun dengan keringat mengucur deras di dahinya.

"Nona, kau berkeringat. Apa kau kepanasan." Tanya seorang wanita asing.

Rose menatap sekeliling dan mengkerutkan dahinya. Ia berada di tempat mewah dan di kelilingi pakaian-pakaian mewah.

"Hey, kau! Apa kau tidak melihat aku ingin duduk."

Rose dan wanita asing tadi menatap ke sumber suara.

Wanita berpakaian minim dengan dandanan menor menatap tajam Rose.

"Maaf nona Jia, tapi nona Rose adal-" ucap wanita asing yang ternyata adalah pegawai tempat itu terpotong.

"Aku tidak peduli dengan, cepat menyingkir!" Pekik wanita bernama Jia itu lalu menarik paksa tangan Rose hingga Rose terjatuh.

Pegawai itu melotot kaget lalu dengan cepat membantu Rose untuk berdiri. Lutut Rose membiru dan tangan Rose terdapat luka dari kuku panjang wanita setengah gila itu.

"Kau, kemari! Cepat bersihkan tanganku." Perintah Jia.

Pegawai itu menunduk takut lau menggeleng.

"Maaf nona, nona Rose adalah pegawai VVIP, dan Madam Joice sudah mengutusku menemani Nona Rose." Jelas pegawai itu.

Jia tertawa sinis lalu kembali menatap tajam Rose yang hanya menatapnya dingin.

"Ibuku mengatakannya? Aku tak menyangka gadis kumuh sepertinya VVIP. Singkirkan dia dari hadapanku." Ucap Jia.

Pegawai itu mencoba menuntun Rose namun gadis itu tetap berdiri tegak.

Pegawai itu mulai takut pada situasi ini.

"Seharusnya aku yang menyingkirkanmu." Ucap Rose dingin.

Jia mendelik tajam lalu berdiri mendekati Rose.

"Aku! Kau tidak tau siapa aku! Aku pemilik butik ini! Sedangkan kau hanya pembeli asing!" Pekik Jia.

"Dan aku pemilik Mall ini." Suara bass barithon terdengar dari arah belakang Jia.

"Mr. Sean William." Ucap Jia bergetar.

Bersambung....

Medan, 12 Desember 2019.

SON of a CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang