Huh?

Lan Xichen terperangah,menoleh kepada Zixuan yang tampak tersenyum jahil padanya.

“Jangan berpikiran aneh-aneh!Ah,perkenalkan namaku Jin Zixuan,”pemuda itu berdiri mengulurkan tangan yang disambut bingung oleh Lan Xichen.

“Aku kakak ipar A Cheng."

'Apa?!'

Lan Xichen melongo,sungguh merusak kharismanya yang terkenal sebagai orang kalem se-Akademi Gusu.

"Kakak?"

“Iya,aku suami dari Jiang Yanli,kakak A Cheng."

Lan Xichen sudah pernah melihat biodata Jiang Cheng dan tahu memang anak itu punya kakak perempuan,tapi belum tahu kalau sudah menikah.

Jadi sedari tadi dia mencemburui calon iparnya?Ya Tuhan,sungguh memalukan.

Otaknya langsung bisa memproses percakapan Jiang Cheng dan Jin Zixuan tadi.Yang dimaksud kangen oleh Jiang Cheng pastilah kangen pada kakak kandungnya,lalu yang membuatnya gemas?

Pandangan Lan Xichen tertuju pada ponsel yang masih didekap oleh Jiang Cheng,dan seakan paham Jiang Cheng menyodorkan layar ponsel tepat di depan muka Lan Xichen.Gambar foto bayi yang kira-kira berusia 1 bulan.

Lan Xichen drop,terduduk di samping Jiang Cheng,menutupi mukanya dengan kedua tangan,malu.

Jin Zixuan tertawa.Pria yang selalu tanggap itu mengerti.”Ah,yang di foto itu anak kami,lucu kan?A Cheng sangat sayang sama dia sampai tiap hari tak pernah terlewat untuk video call demi melihat keponakannya."

Lan Xichen menoleh ke arah Jiang Cheng,menggumam pelan dengan wajah memelas."Wanyin..."

“Apa?”sentak Jiang Cheng galak.

Jin Zixuan masih tertawa,menepuk pelan pundak Lan Xichen.

“Maaf ya jadi buat salah paham begini.Dan kamu A Cheng,ngga pernah cerita tentang keluarga kita ke pacarmu ya?"

“Tapi kak...”Jiang Cheng mau protes tapi akhirnya tidak jadi.Dia menunduk,mencebilkan bibirnya.

Jin Zixuan melihat jam tangannya.Dia mengambil paperbag dari dalam ranselnya lalu menyerahkan pada Jiang Cheng.

“Nah,titipan A Li sudah kuserahkan jadi aku harus pulang.Ah,iya A Cheng jadi berkunjung?Ajak pacarmu,A li pasti senang."

Belum sempat Jiang Cheng menyahut Jin Zixuan sudah melambaikan tangannya,keluar dari tempat itu.

Jiang Cheng melirik Lan Xichen yang masih menutupi wajahnya dengan tangan dan diam-diam tersenyum kecil.Rasanya lucu melihat Lan Xichen mati gaya begini.

Dia memasukkan pemberian Jin Zixuan ke dalam tas sekalian mengambil cermin kecil,membenahi rambutnya yang tadi diacak-acak kakak iparnya.

“Uh,dasar Kak Zixuan....!”dia menggerutu melihat rambutnya yang mulai memanjang itu tampak agak berantakan.

Lan Xichen menoleh ke arahnya,menyisir rambut Jiang Cheng dengan tangannya.

“Apa sih?!”Jiang Cheng mengelak.

"Kubantu."

“Ngga usah."

Lan Xichen merengut,memperhatikan Jiang Cheng yang kali ini meniup-niup poninya.Menggemaskan,tapi dia masih sedikit sebal.

“Kamu dekat banget sama dia."

Terdengar seperti protes daripada pertanyaan,Jiang Cheng entah kenapa menahan tawa di hatinya.

“Kan dia kakakku."

“Kakak ipar,”Lan Xichen mengoreksi.

“Iya,kakak kan.”Jiang Cheng melirik Lan Xichen yang bersandar lesu di kursi.

“Dia pegang-pegang kamu dan kamu ngga protes."

“Kenapa harus protes?"

“Kamu biasanya ngga mau dipegang,jangankan ngacak rambut,diusap aja kadang udah kayak macan ngamuknya."

“Hei...!”Jiang Cheng ganti protes.

“Kak Zixuan itu dari dulu kayak gitu,dia perlakukan aku seperti adik sendiri secara dia anak tunggal,aku pun senang punya kakak kayak dia."

“Kamu terlalu dekat sama dia,Wanyin,bahkan bisa semanja itu."

“Manja apanya?”Jiang Cheng antara ingin kesal tapi juga ingin tertawa.Lan Xichen yang sedang cemburu terlihat menggemaskan baginya.

Eh?Benar cemburu kan?

“Gimana kalo terlalu dekat dan dia naksir kamu?Wanyinku terlalu imut,kan aku khawatir."

Oke,ini kelewatan,tahu-tahu Jiang Cheng tertawa,benar-benar tertawa lebar sampai Lan Xichen akhirnya menoleh padanya.Terpana dan sekilas langsung lupa kalau dia sedang kesal.

"Wanyin...."

“Pemikiran macam apa itu?Asal tau saja Kak Zixuan itu cinta mati sama Kak Yanli,kami kenal sejak kecil jadi wajar kan aku dekat banget sama dia."

Jiang Cheng menghapus setitik air mata di sudut matanya yang keluar karena terlalu banyak tertawa.

“Bagiku,dia adalah kakak lelaki terbaik,tak lebih."

“Lalu aku?"

"Hm?"

“Apa aku bagimu?”Lan Xichen mendekat.Jiang Cheng mundur pelan sampai badannya mentok le tembok.

Lah,apa-apaan?Kenapa pertanyaannya jadi melenceng begitu?

“Wanyin,apa arti diriku bagimu?”ulang Lan Xichen.

“Arti apa....”Jiang Cheng gugup,pandangannya turun,tepat di bibir Lan Xichen yang memperawaninya sebulan yang lalu.

Wajahnya kontan memerah,Jiang Cheng memalingkan muka,teringat Lan Xichen yang mengambil ciuman pertamanya.Dalam hati merutuk pelan,jangan sampai lelaki di hadapannya ini tahu tentang fakta itu.

"Wanyin...."

“Tau ah!”Jiang Cheng mendorong muka Lan Xichen untuk menjauh,sayangnya pemuda lebih tua darinya itu tak bergeming.

“Wanyin tau kan kalo aku cemburu.Bahkan biarpun dia kakak iparmu,aku ngga mau kamu terlalu dekat sama dia."

‘Siapa kamu ngatur-ngatur?'

Tadinya Jiang Cheng mau bilang begitu tapi rasanya tak tega.

“Aku maunya Wanyin Cuma manja sama aku,tersenyum sama aku,disentuh olehku...."

Lan Xichen menyentuh pipi Jiang Cheng lalu memalingkan wajah pemuda itu ke hadapannya.

“Egois ya?"

Ah,senyuman sehangat mentari itu.Jiang Cheng dalam hati mengakui dirinya selalu lemah setiap melihat senyuman tulus Lan Xichen.Kini,giliran dia yang menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Lan Xichen tertawa pelan."Wanyin..."

Dia mengetuk tangan Jiang Cheng.”Hei,kamu beneran ngga mau menjawab apa arti diriku bagimu?"

Jiang Cheng menggeleng.

“Yah.....”Lan Xichen pura-pura sedih.

“Mau tahu arti dirimu bagiku ngga?"

Jiang Cheng diam.Tentu saja mau tapi mana mungkin dia bilang dan jelas saja Lan Xichen paham.Lama mengenal dan mengejar Jiang Cheng membuatnya seperti memiliki telepati tentang pemikiran bocah itu.

Dia mendekat,berbisik tepat di telinga kanan Jiang Cheng.

“Jiang Wanyin adalah segalanya bagiku."

Jiang Cheng memejamkan matanya erat-erat,padahal sudah jelas Lan Xichen tak biasa melihat ekspresi malunya.Oh,tapi bisa menebak dari telinganya yang memerah seperti apel.

Lan Xichen mencium telapak tangan yang masih setia menutup wajahnya.”Suatu hari nanti aku yakin Wanyin akan mengatakan hal yang sama.Dan aku akan terus menunggu sampai saat itu tiba."

Dia tersenyum menang lalu beranjak mengambil tasnya di meja sebelah.Menoleh sebentar ke meja nomor 5 di mana Jiang Cheng masih setia mepet di dinding dan menutup wajahnya.

Jiang Cheng baru membuka tangannya setelah langkah kaki Lan Xichen tak terdengar lagi oleh telinganya.Dia merunduk di meja,menggumam pelan.

“Lan Huan menyebalkan!"

Sementara di luar sana Lan Xichen tersenyum-senyum berjalan pulang ke rumah.Beberapa orang yang melihatnya mungkin berpikir pemuda itu gila tapi sebagian besar justru terpesona,berpikir betapa murah senyum dan ramahnya ia.

Dia mendadak berhenti begitu sampai di depan gerbang rumahnya,teringat sesuatu.

‘Aku lupa lagi mengingatkan Wanyin untuk meng-unblok nomor ponselku.'

***

You and IWhere stories live. Discover now