"Taehyungie... bisa temani aku makan siang?" tanya Taeri dengan nada mengayun. Seperti biasa terlihat manja jika ada maunya. Taehyung sudah hafal jelas itu. Cukup membuat pria yang sedang mengangkat telepon di seberang sana tersenyum. Taehyung suka setiap Taeri yang terlihat galak berlaku manis seperti ini pada orang-orang tertentu termasuk dia di dalamnya. Tentu pengecualian pada bagian berakting di depan kamera.

Sialnya keadaan tidak sedang mendukung. Sama seperti keadaan Taeri dan Jungkook, sejujurnya dia merasakan hal yang sama. Mendengar suara Taeri membuatnya teringat omongan Jimin tempo hari. Taehyung itu pintar, dia jelas melihat ada rasa tidak suka dari Jimin atas hubungannya dan taeri. Mungkin bisa dibilang cemburu, walaupun dia tidak tahu apa itu berarti Jimin mencintai Taeri dan ingin memilikinya secara penuh atau tidak. Yang Taehyung tahu, kalau dia bersama Taeri, dia akan menyakiti wanita itu. Taeri mencintai Jimin dan Jimin akan melakukan sesuatu untuk menyakiti Taeri seperti dia membuat Taehyung marah tempo hari. Dan Taehyung yakin kalau Jimin sendiri juga merasaka sakit karena seharusnya persahabatan mereka tidak seperti saat ini.

Taehyung tidak mau kedua orang yang dia sayangi terluka.

Seandainya Taeri memilihnya pasti akan lain lagi. Dia akan berjuang mati-matian dan menjaga Taeri. Sekarang bahkan dia tidak bisa berkutik setiap melihat Taeri terluka karena Jimin.

"Aku tidak bisa..." jawab Taehyung dengan suara melemah.

Taeri terdiam sesaat dan menghela napas. "Kau sedang sibuk sekali ya. Ya sudah, tidak apa-apa." Taeri hanya bisa tersenyum sedih seraya hendak mematikan teleponnya, tetapi Taehyung memanggil namanya. Mencegah dirinya untuk menutup telepon. Membuatnya bertanya-tanya.

"Taeri... Kau mau tidur denganku?"

"H-ha?" Taeri sukses melongo. Dia bahkan hampir saja kehilangan kendali saat menyetir. Padahal dia sudah memakai earphone yang membuatnya jadi tidak terganggu saat menyetir. "Taehyung—apa yang terjadi padamu?" tanya Taeri dengan tawa yang dipaksakan. Sengaja agar terlihat seakan itu bukanlah hal besar dan mengejutkan.

Mendengar apa yang Taeri katakan membuat Taehyung tertawa miris. "Kau—benar-benar tidak mau kusentuh ya?"

Taeri menelan ludahnya sendiri. Bagi Taeri sekarang Taehyung mendadak terlihat seperti orang lain. "Taehyung, kau sedang bercanda atau—"

"Kau tahu bagaimana perasaanku padamu. Kau tahu bahwa aku juga mengilaimu. Membayangkan bagaimana Jimin bebas menyentuhmu membuatku iri dan terluka secara bersamaan. Aku ingin mendapatkanmu dengan cara yang benar. Aku juga bisa menahan diri. Hanya saja mendengar penuturanmu membuatku terluka. Rasanya memang aku tidak memiliki kesempatan dan semuanya selalu tentang Jimin. Bahkan aku bertanya-tanya apa dulu kau benar-benar menyukaiku."

Taeri tidak dapat berkata apa-apa. Satu-satunya yang dia pikirkan adalah, haruskah dia juga menjauhi Taehyung? Rasanya di akhir dia akan kehilangan segalanya. "Tae.., Maaf..." lirih Taeri.

"Tidak. Ini bukan salahmu. Ini salahku dan rasa cemburuku. Mendengar Jimin menceritakan bagaimana kau menikmati sentuhannya membuatku cemburu dan kacau sendiri..."

Kening Taeri berkerut dengan amarah yang memuncak. "Jimin? Dia menceritakan padamu? Maksudku, kau sudah tahu aku dan Jimin menikah dan—untuk apa pula bajingan itu membicarakan itu."

"Dia menjelaskannya..." Taehyung rasanya tak sanggup berbicara lagi. "Taeri... Ku rasa Jimin juga menyukaimu. Masih teramat menyukai sampai saat ini."

Giliran Taeri lagi yang dibuat bungkam. KEmbali bertanya-tanya tentang apa yang Taehyung katakan. Mungkin Taehyung memang belum menyadari bahwa yang Jimin takutkan adalah kehilangan mereka berdua, bukan karena dia mencintai Taeri seperti itu. "Tae—"

A Perfect Plan ✓Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin