Introduce I

207 17 2
                                    

Mohon budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca

Terima kasih 😊😊

Kedai kopi hari ini sangat ramai, bahkan seorang lelaki menghela nafasnya berkali – kali guna menghilangkan penat yang ia rasakan. Melayani hampir puluhan orang itu sungguh melelahkan, apalagi jika pembeli tersebut sering memanggilnya hanya karena lupa memesan sesuatu.

“Anjir, tau gini enakan sekolah. Sialan! Kenapa coba waktu itu gua buru – buru pengen lulus.” Katanya sembari melepas topinya, hari ini jadwal kerjanya sudah selesai dan ia berniat untuk segera cepat pulang, namun kegiatannya terhenti ketika suara lonceng berbunyi, lelaki itu menghela nafas panjang. “Ganggu aja padahal mau balik.” Dengan segera ia memakai topi kembali dan menghampiri dua orang gadis yang baru saja duduk.

“Hmm mas saya mau pesan Mocha Latte sama Capuccino ya.” Katanya sembari tersenyum manis pada lelaki yang sedang mencatat pesanannya.

“Kalau bisa sih sama nomer whatsapp masnya hehehe.” Gadis yang satunya menyahut, membuat Lelaki itu mengernyit dan menatapnya, dalam hati sepertinya ia merasa cukup familiar denga kedua gadis di hadapannya. “Mas, kayanya saya pernah liat mas deh tapi lupa dimana hehehe.” Lanjutnya, ingin sekali lelaki itu menyahut. ‘Ya sama saya juga.’ Namun tidak jadi, karena ia lebih memilih pergi dari hadapan dua gadis itu untuk membuatkan pesanan mereka.

“Ky, kenapa sih? lo ngeliatin itu cowok terus? Naksir lo?” Gadis yang dipanggil Ky itu menoleh, sebenarnya itu nama panggilan, karena nama lengkapnya adalah Rizkyna Putrian. Namun entah kenapa ia lebih memilih dipanggil Iky dibanding Putri. Katanya sih nama Putri itu terlalu pasaran.

“Ngga, lo ngerasa familiar gak sih Vy? maksudnya gue kaya pernah liat gitu tapi lupa dimana.” Evy atau Revyna hanya memutar bola matanya malas, seperti sudah hafal dengan tabiat sahabatnya ini. “Jangan menghakimi gue dulu, ini beneran gue pernah liat. Bukan kayak kemarin – kemarin yang cuman halu.”

“Terserah lo! Gue udah bosen banget denger kata – kata itu ya Ky, semua orang juga lo kata mirip, coba deh lo pake alat kramat lo supaya ngga burem kalau liat orang.”

“Kampret!” Evy mencibir pelan ketika Iky memakinya. Ia lantas kembali fokus pada ponselnya, sedangkan Iky  memilih melihat postingan terdahulunya ketika dirinya masih menjadi siswi SMK. Seketika rasa itu kembali hadir. “Ehh gue jadi kangen deh sama yang lain, apa kabar ya mereka?”

Evy baru saja membuka mulutnya untuk menjawab Iky, namun pesanan mereka sudah lebih dulu diantar oleh pelayan yang berbeda dari sebelumnya. “Eh kok masnya beda?” Evy ingin sekali mengumpat ketika Iky bertanya hal bodoh seperti itu.

“Rizkyna plis! Ini cofeeshop pasti ngga hanya punya satu pelayan.”

Iky hanya menyengir lalu kembali menatap pelayan tersebut. “Yang tadi kemana Mas? Kok mas yang nganter?”

Pelayan itu hanya tersenyum canggung. “Ahh sudah ganti shift mba, jadi dia sudah pulang.”

“Eungh kalau boleh tau siapa yah nama pelayan itu?”
Pelayan itu menatap Iky bingung, tumben sekali ada pelanggan yang penasaran dengan nama karyawan yang ada disini, “Namanya Arsyad mba.” Iky langsung menatap Evy. Tatapan seperti memberitahu kalau kata – katanya tadi bukan halu belaka. Arsyad? Jangan – jangan lelaki itu salah satu dari temannya terdahulu? Iky lantas berlari keluar sambil membawa kopinya, sedangkan Evy tersenyum kikuk sambil mengeluarkan beberapa lembar untuk membayar kopi yang di pesan tadi, dan bergegas keluar meninggalkan cofeeshop itu.

**

Arsyad meregangkan tubuhnya untuk mengurangi rasa pegal yang melanda, hari ini ia benar – benar kerja ekstra, apalagi patnernya tidak masuk jadi ia melayani hanya seorang diri. Saat hendak menaiki motornya, sekilas ia melihat seorang gadis menghampirinya sambil berlari. Ia pikir itu hanya halusinasi semata jadi tak memperdulikannya. Namun tasnya di tarik kuat hingga membuatnya hampir jatuh.

Pharmacy StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang