Pergi

6 0 0
                                    

"gimana Sonya, semua barangmu udah dimasukkin ke dalam koper?"

"udah kok, Om. Semua udah beres, tinggal berangkat aja."

"yakin gak ada yang ketinggalan? Charger HP sama laptop udah dimasukin belum? Nanti ketinggalan lagi" Sonya menghembuskan napas secara perlahan berusaha menahan kekesalan. Malam ini adalah malam terakhir sebelum Sonya pergi ke ibukota untuk melanjutkan pendidikan. Akhirnya hari yang dinantikan Sonya tiba. Sudah sejak lama Sonya berharap bisa segera keluar dari rumah sengsara itu. Dia tahu bahwa paman dan bibinya hanya berpura-pura baik kepadanya semata-mata supaya mereka tetap mendapatkan jatah warisan dari orang tua Sonya yang sudah meninggal.

"udah beres semua, Tante. Jangan khawatir, Sonya udah check semua barang di list yang Sonya buat"

"ya udah. Sonya beneran gak papa kan kalau besok berangkat ke stasiun sendiri? Om sama Tante harus nganterin Didi ke sekolah soalnya besok ada acara perpisahan di sekolah. Besok Tante akan buatin kamu bekal ya" Sonya hanya mengangguk. Dalam hati ia mengumpat. Memangnya gak bisa kalau mereka sekalian mengantar Sonya? Toh jarak stasiun ke sekolah Didi tidak terlalu jauh. Tapi sudahlah, Sonya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu.

"Om, Tante, Sonya ke kamar duluan ya mau tidur. Takut besok kesiangan terus ketinggalan kereta"

"Silakan. Oh iya, Sonya, speaker antiknya gak kamu bawa kan?" Tanya Om Surya.

"gak kok, Om bisa pakai speaker itu di kantor. Sonya gak bawa barang apa-apa selain punya Sonya sendiri" Om Surya hanya mengangguk kemudian kembali menekuri ponselnya. Sonya berjalan menuju ke kamar di lantai dua kemudian mengunci pintunya.

"Sabar Sonya, tinggal beberapa jam lagi lo bakalan keluar dan gak perlu berurusan lagi sama keluarga ini" Sonya kemudian mengambil ponsel di nakas kemudian membuka aplikasi Whatsappnya. Terlihat pesan dari Rara, sahabatnya.

"Sonyaaaa, besok lo berangkat jam berapa? Gue lupa" Sonya segera membalas pesan tersebut.

"jam 08.30 Ra. Tapi gue dari rumah jam 7 pagi. Kenapa?"

Tidak lama kemudian, Rara membalas "gak papa sih, nanya aja. Maaf ya, gue besok gak bisa nganter lo. Gue harus jadi wali buat adek gue di acara perpisahan karena orang tua gue lagi pergi. Maaf banget loh"

"iya, it's ok. Gue udah biasa kok sendiri, haha" Sonya kemudian meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas. Kemudian, ia melemparkan dirinya ke atas kasur. Lampu kamar Sonya sudah dimatikan, yang tersisa hanya lampu tumblr.

"seandainya Mama sama Papa masih hidup, pasti mereka bakalan nganter gue ke stasiun, bahkan mereka bakalan nangis melepas kepergian gue" ujar Sonya. Sejak umur lima tahun, Sonya sudah tinggal bersama paman dan bibinya. Orang tua Sonya meninggal kecelakaan. Semenjak itu, Sonya tinggal bersama keluarga pamannya. Seluruh harta warisan orang tua Sonya memang jatuh ke tangan Sonya, tapi paman dan bibinya diam-diam ingin menguasai harta tersebut. Beruntung pengacara keluarga Sonya adalah teman baik ayah Sonya saat masih hidup, jadi dia melindungi Sonya dari keluarga tamak tersebut. Selama ini, Om Surya dan Tante Meli memang mengurus Sonya dengan baik, tetapi Sonya merasa perlakuan mereka tidak tulus. Saat mereka baik terhadap Sonya, pasti akan ada imbalan yang diminta. Contohnya saat perpisahan SMA kemarin. Om Surya bersedia menjadi wali apabila Sonya membelikan Didi sebuah ponsel baru. Maka dari itu, saat ini Sonya merasa tidak sabar menunggu datangnya hari esok, di mana ia bisa angkat kaki dari rumah ini.

*

Keesokan harinya, pukul 08.00, Sonya sudah tiba di stasiun, kemudian segera menuju ke gerbong miliknya, gerbong 1 kelas Eksekutif. Setelah menemukan kursinya, Sonya segera meletakkan dua tas miliknya di rak atas tempat duduk kemudian meletakkan koper di sampingnya. Sonya memang memesan dua kursi untuk dirinya supaya dia bisa duduk leluasa tanpa harus berbasa-basi dengan orang di sebelahnya. Setengah jam kemudian, kereta pun berangkat. Lingkungan stasiun mulai digantikan dengan rumah-rumah penduduk dan sawah-sawah yang terhampar luas. Sonya mulai membuka tas yang berisi jajanan dan bekal yang disiapkan Tante Meli untuknya. Kecuali bekal, jajanan tersebut Sonya siapkan sendiri untuknya. Ia pun mulai membuka satu bungkus jajan dan memakannya. Sebenarnya, Sonya merasa kesepian kalau tidak ada orang yang bisa diajak bicara. Memang, dia tidak harus berbasa-basi, tapi ternyata sepi juga kalau tidak ada seseorang yang ada di samping kursinya. Tapi biarlah, mau bagaimana lagi. Sudah menjadi risiko kalau dia kesepian selama perjalanan. Sonya pun akhirnya memutuskan untuk mendengarkan lagu dari Spotifynya dan tanpa sadar jatuh tertidur.


Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Oct 19, 2019 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

Crazy on YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon