04 » Slipped Memories

Start from the beginning
                                    

Aku membuat beberapa bunshin untuk membersihkan sarang basilisk** ini, lalu pergi ke gudang bagianku. Tempat itu tak jauh berbeda dari ruang pentas nya, bahkan terasa lebih buruk. Saat pertama kali aku membuka pintu, hal yang disuguhkan adalah tikus tikus yang berkeliaran. Ugh! Lagian untuk apa juga sih gedung teater ini harus dibersihkan? Gedung ini kan sudah tidak terpakai bertahun tahun! Kenapa tidak DIRUBUHKAN saja!?

"Grr..." aku menggeram kesal. Ini karena ulah si Hatake Cyclop itu, awas saja dia!

Aku kembali meninggalkan beberapa Bunshin untuk membersihkan ini, dan pergi untuk melihat lihat tugas Sakura dan Sasuke. Mereka tak jauh beda denganku.

Sakura terlihat stress ketika mulai membersihkan ruangannya. Dengan rambut terikat tinggi tinggi, masker tebal yang menutup setengah wajahnya,dan juga sarung tangan karet, dia mulai membersihkan secepat yang ia bisa. Beberapa kali dia berteriak ketika seekor tikus atau laba laba muncul dihadapannya, dan beberapa kali itu juga aku tertawa lepas karenanya.

Sasuke mengerjakan bagiannya dengan stoic seperti biasa, namun juga secepat kilat. Beberapa kali hidungnya mengkerut jijik dan aku tertawa melihatnya. Aku tidak tahu kalau seorang Uchiha dapat membuat ekspresi seperti itu!

Puas menertawakan kesengsaraan mereka, aku mulai berjalan jalan mengelilingi gedung, mencari cari keberadaan Kakashi yang menghilang tanpa jejak. Orang itu... dia yang membuat kami terjebak dalam misi ini, lalu dia juga yang meninggalkan kami begitu saja.

Setelah setengah jam mencari tanpa membuahkan hasil, aku menyerah. Damn, dia pandai sekali bersembunyi. Lebih baik aku menunggu di ruang pentas paling besar dan menunggu yang lain selesai disana.

Diluar dugaan, ruangan itu tak sekotor yang lain. Debu tidak terlalu tebal, dan hanya ada beberapa sarang laba laba yang tertangkap mataku.

Dan di tengah panggung, berdiri satu hal yang selalu menjadi hal yang paling indah di mataku. Sebuah piano klasik yang terbuat dari kayu dan dipoles dengan mengkilat. Sangat indah. "Wow...."

Aku tidak pernah tahu kalau piano eksis di Hidden Continent. Maksudku, ini kan seharusnya Jepang Kuno. Yah, tidak begitu kuno juga, sih. Di sini ada radio earphone untuk komunikasi jarak jauh yang digunakan para Shinobi dalam misi, bioskop, bahkan televisi dan playstation. Bahasa inggris juga tidak terlalu asing disini. Gah, Naruto Universe memang aneh.

Aku duduk didepan piano, ku tekan beberapa tuts nya untuk mengecek piano itu. "Lumayan..."

Dulu, aku cukup berbakat dalam memainkan piano. Terkadang aku mendapatkan piala, medali maupun piagam dari lomba piano yang aku ikuti.

Aku mulai menekan tuts pertama, kedua, dan seterusnya. Membentuk sebuah instrumen yang sangat familiar di telingaku. Nocturne in C sharp minor no 20 karya Chopin. Instrumen ini selalu menjadi favoritku dalam hal piano semenjak mama menunjukkan nya padaku saat kecil. Terlebih instrumen ini juga yang paling disukainya.

Mama adalah seorang pianis, musik adalah bagian dari kehidupannya. Mama yang mengajarkanku semua tentang musik. Musik yang dapat menyampaikan seluruh perasaan yang sulit untuk diungkapkan, musik yang dapat menyatukan semua orang, dan musik yang dapat mengantarmu ke dalam kebahagiaan.

Sayangnya di hari itu, hari dimana untuk pertama kalinya aku akan memainkan instrumen kesukaannya, dia meninggal. Dalam kecelakaan mobil ketika ingin pergi untuk melihat pertunjukanku.

Semenjak itu, keluarga ku tak lagi sama. Papa yang tadinya selalu menyisahkan waktu untuk keluarga, berubah menjadi workaholic yang luar biasa. Kakak laki-laki ku yang tadinya hangat dan ceria, berubah menjadi pasif dan diam. Dan aku.... aku membenamkan diri dalam anime, novel, dan musik musik EXO. Rumah kami yang tadinya penuh warna, berubah menjadi abu abu.

To Be Naruto [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now