Akhirnya, masa camping itu telah berlalu juga. Pada akhirnya, kami kembali ke rumah masing-masing. Ku hempaskan tubuh lelahku di ranjang besar yang terletak di kamar ku. Bayangan kejadian kemarin tentang hewan menjijikkan itu terlintas di benak ku. Aku merinding sendiri di buat nya.
"Udah pulang lo?" Tanya kak Iqbal dari ambang pintu. Pria itu terlihat sedang ingin keluar. Terlihat dari pakaian nya terbilang rapih.
"Udah. Barusan" jawabku.
"Capek engga? Mau nemenin gue ke toko buku sebentar? Gue mau cari buku buat tugas kuliah gue" ajak kak Iqbal.
"Boleh, gue ganti baju sebentar" ucapku .
"Ya udah gue tunggu di mobil ya"
Dan sepeninggal kak Iqbal, aku bangkit dan berjalan untuk berganti pakaian. Tak terlalu sulit memang. Pilihan ku jatuh pada celana jeans biasa dengan kaos oversize dengan rambut yang tergerai indah. Terlihat simple. Karena memang aku tak terlalu ambil pusing masalah fashion .
**********
Sialan.
Ngajak nya ke toko buku, tau nya diem-diem kak Iqbal ketemuan. Ternyata, selama aku camping kak Iqbal di hukum mama nggak boleh keluar rumah kecuali berhubungan sama kuliah. Dasar penipu! Bawa-bawa gue segala!
Indah nya pemandangan di hadapan ku. Ketika kak Iqbal dengan gebetan baru nya, yang ternyata bukan kak Aryl lagi, ntah siapa, belum kenalan soal nya.
Tuh manusia lagi asyik makan sambil ngobrol asyik banget sama doi nya. Lah gue? Makan ati! Udah duduk misah dan sendiri! Kurang ngenes apalagi coba? Sialan! Akhirnya gue putusin buat ke toko buku, untuk melihat-lihat novel terbaru bulan ini.
Ku jelajahi novel-novel yang tertera manis di rak buku itu. Pandangan ku terkunci pada sebuah novel bercover seorang gadis manis. Sepertinya menarik. Gumamku dalam hati.
"Seharus nya istirahat, lo malah keluyuran. Engga capek emang?" Tanya sebuah suara yang ku kenali.
Dan benar saja, terlihat kak Vano sudah berdiri dekat dengan ku.
"Lo nyari buku?" Tanya kak Vano sekali lagi.
Aku tersenyum tipis. "Cuma liat-liat doang" ucapku. Lalu kembali menatap buku yang sedang ku genggam.
Sejak insiden itu, walaupun aku dan kak Vano sudah baikan, tetapi ntah kenapa kami merasa canggung.
"Lo sendiri?" Tanya nya lagi. Mungkin ingin mengusir kecanggungan yang terjadi.
Aku mendengus sebal."sama kak Iqbal si, tapi dia lagi sibuk modus. Dari pada gue gabut, mending gue ke toko buku"
Kak Vano tersenyum simpul. "Lo mau temenin gue engga?" Tanya nya halus.
Aku menoleh. Berfikir sejenak. Kemudian meng-iyakan ajakan kak Vano barusan. Walaupun aku tidak tau tujuan nya kemana.
***********
Aku dan kak Vano berhenti di sebuah toko boneka yang terbilang besar di mall ini. Pria itu terlihat memilah milah boneka-boneka yang berjajar rapi di atas rak.
"Lo nyari boneka? Buat?" Tanyaku heran.
"Sepupu gue lusa ultah, gue kasih boneka aja kalik ya?" Tanya kak Vano padaku.
"Ya kalo cewek, lo kasih ajalah" ucapku. "Biasanya kan cewek suka tuh di kasih boneka"
"Ya udah. Bantu gue pilihin ya" pinta kak Vano.
"Ini gimana?" Tanyaku sambil menunjukkan sebuah boneka berbentuk kucing.
Kak Vano menatap boneka itu sejenak. Lantas berkomentar, "enggak ah, terlalu aneh boneka ginian buat dia"
"Lah trus gimana?" Tanyaku bingung.
"Nah ini kayak nya cocok" tunjuk kak Vano padaku. Pria itu menunjukkan sebuah boneka babi berwarna pink.
"Yang imut di tolak, milih malah yang ginian" ucap ku.
"Ke imutan kalo di kasih kucing, babi aja deh kayak nya. Rada mirip soalnya" ucap kak Vano santai.
"Itu mulut sembarangan amat ya, mirip miripin orang sama babi segala"
Kak Vano menyengir.
"Lo nggak mungkin kan ke mall sendirian. Lo ngikutin gue ya?!" Tuduhku.
Kak Vano terkekeh. "Pede banget lo!" Ucapnya.
"Feeling ajasih" ucapku. "Jadi fix lo mau beli yang babi?" Tanyaku ulang.
"Iya deh kaya nya, gue enggak tau mau apa. Itu aja kaya nya" ucapnya. "Lo mau gue anterin balik?" Tawar kak Vano
"Enggak deh. Gue sama kak Iqbal aja" ucapku.
"Ya udah, yuk bayar. Ntar gue anterin lo ke abang lo"
"Oke"
**********
"Lo itu sebener nya pacaran sama yang tinggi kemaren apa sama yang di mall tadi?" Tanya kak Iqbal. Pria itu tengah fokus mengemudi, sambil sesekali menyeruput brown sugar.
"Apa-apaan sih!" Ucapku risih.
"Lo itu cewek. Nggak usah sok-sok an jadi playgirl" tandas kak Iqbal.
"Anjir, mana ada gue jadi playgirl. Tuh cowok-cowok aja yang enggak tahan sama pesona gue" ucapku percaya diri.
"Najis!"
"Jangan sirik gitu lah. Gue tau, lo iri kan karena muka lo pas-pas an?" Ucapku sambil ketawa ngakak.
"Ganteng kalik gue. Mending juga muka gue dari pada lo, udah pesek, cebol lagi!"
"Nggah usah bawa-bawa tinggi! Gue itu mungil, jadi imut" bela ku.
"Semerdeka lo aja deh. Tapi lo harus inget ya, lo harus pilih salah satu. Jangan serakah. Karma itu nyata. Gue gamau lo kena karma nanti nya"
"Iya-iya. Tenang aja, gue juga enggak sejahat itu untuk php in cowok"
Kak Iqbal terkekeh.
"Enggak ada yang tau di kemudian hari. Bisa jadi, di kemungkinan hari nanti, omongan gue bisa bener atau pun salah"
"Please deh ya, bukan nya gue nggak ngehargain lo nih ya, cuma asmara lo aja enggak beres, nasehatin gue segala" ledek ku
Kak Iqbal mendengus "dasar cewek"
YOU ARE READING
Hello Memory
Teen FictionIni adalah kisahku, Salsalia Amara Putri. Kisah cinta ku yang dimulai sejak aku duduk di bangku kelas 6 SD. Dan kini, aku sudah duduk di bangku SMA favorit di kotaku. Disini, aku bercerita tentang kisahku yang kumulai dari orang pertama hingga yang...
