Part 2

16K 565 8
                                    

"Hai mom", sebuah suara mengganggu konsentrasiku dan ibuku yang sedang asyik menonton drama tv.

"Hai son",

"Tumben kau kemari", tanyaku pada Aron yang sudah duduk disamping ibuku.

"Aku kangen pada mom", jawabnya sambil memeluk erat ibuku.

"Kau sudah makan?", kini suara ibuku yang terdengar.

"Belum",

"Kangen pada mom atau ingin makan gratis?", sindirku.

"Tentu saja kangen pada mom, sekaligus dengan masakan mom", Akhirnya aku tahu alasan sebenarnya ia kemari, ia hanya ingin makan masakan ibuku.

"Ayo mom ambilkan", ajak ibuku.

"Aku boleh makan disini?",

"Tunggu di sini, mom ambilkan makanan buatmu",

Ibuku dengan gesitnya menuju dapur mengambilkan makan siang atau lebih tepatnya makan sore untuk Aron. Beberapa saat kemudian ibuku muncul membawa sepiring penuh makanan plus air minum untuk Aron. Ia langsung menyantap makanan yang dibawakan ibuku begitu piring itu ada di tangannya.

"Eh bocah jangan menonton tv terus. Sana belajar sebentar lagi ujian",

"Aku bosan belajar terus. Kau kan tahu otakku tidak suka dipaksa",

"Kapan kau belajar? Bukannya kemarin kau kencan dengan Davis?",

Bagaimana ia bisa tahu aku kencan kemarin? Aku tak memberitahunya. Tapi tunggu, ibuku aku yakin ibuku yang memberitahunya.

"Aku belajar setelah pergi berkencan", kilahku.

"Ingat sebulan lagi kau ujian. Kurangi kencanmu dan fokus belajar", Aku tahu ini yang akan terjadi kalau Aron tahu aku pergi berkencan bukan di weekend. Ia pasti akan menceramahiku  panjang lebar tentang belajar dan ujian melebihi ibuku.

"Mom", rengekku pada ibuku meminta bantuan.

"Aron teruskan makanmu dan kau Claire sudah waktunya belajar", aku tidak salah dengar? Ibuku lebih membela Aron daripada aku. Segera kuangkat bokongku dari sofa dan bergegas masuk ke kamar. Kurebahkan badanku di tempat tidur kesayanganku dan kuambil ponselku.

"Ada apa Claire", ucap Davis.

"Aron menceramahiku lagi",

"Masalah apa lagi? Karena kencan kita kemarin?",

"Iya. Seharusnya aku memberitahunya kemarin",

"Dan kita tak akan jadi berkencan. Aku merindukanmu Honey, aku hanya ingin bertemu apa ada yang salah. Ingat Claire, Aron tidak berhak melarang kita, dia bukan orang tuamu",

"Tapi dia kakakku. Nanti kutelpon lagi", kuputuskan sambungan telponku ketika kulihat Aron sudah berdiri di ambang pintu kamarku. Ia berjalan mendekat dan duduk di kursi belajarku.

"Kau tahu aku melakukan ini demi kebaikanmu",

"Ini tidak adil. Kau melarangku tapi kau sendiri tetap berkencan saat ujian", protesku merasa tidak adil.

"Hahahahaha", Aron tertawa. Apa yang lucu?

"Kau tahu otakku cerdas. Sedangkan kau, otakmu pas-pasan. Kalau kau tidak rajin belajar kau tidak akan lulus dengan nilai yang bagus lalu kau tidak akan bisa masuk kuliah ditempat yang kau inginkan",

"Davis dan aku akan menikah setelah aku lulus jadi tak masalah kalau aku lulus dengan nilai jelek", jawabku enteng.

"You pregnant?", tanya Aron mengejutkanku.

"Tidak mungkin. Mengapa kau bertanya seperti itu?",

"Kau sendiri apa maksudmu kau akan menikah setelah lulus?", tanya Aron balik tanpa menjawab pertanyaanku.

"Well, kami saling mencintai lalu apa salahnya kami menikah?",

"Apa kau dan Davis sudah melakukan hal terlarang?", kembali Aron mengabaikan pertanyaanku.

"I'm still virgin Aron. Kami bahkan belum pernah berciuman", itu memang benar aku dan Davis sudah hampir satu tahun berpacaran dan sejauh ini hanya sebuah kecupan di pipi atau di kening yang pernah kami lakukan.

"Bagus. Tetaplah seperti itu sampai kau menikah",

"Oke brother, you can keep my word",

"Aku pulang dulu ya sis", Aron pamit dan mengecup pipiku seperti biasanya.

"Be careful", balasku sudah tak kesal lagi dengan Aron. Hanya secepat itukah aku berbaikan dengannya? Ya, dan ini bukanlah hal yang aneh bagi kami berdua. Aku sering sekali kesal dengan sifatnya yang hobi menceramahiku tapi aku tahu bahwa itu semua demi kebaikanku jadi rasa kesalku dengan mudah hilang dengan sendirinya.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Maafkan aku reader agak boring dikit. Lagi g punya inspirasi hehehe buat bagian2 awal. Selamat membaca dan jangan lupa vote plus komen yang membangun ya. Maaf buat yg mau menghina lebih baik jangan membaca cerita ini lebih lanjut. Thanks.

I'm Sorry, I Love You (Complete) [Open PO]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora