Part 1

31.5K 792 19
                                    

Siang ini matahari dengan senangnya memancarkan cahayanya menyinari seluruh permukaan bumi. Semakin hari sinar matahari semakin terasa panas akibat adanya global warming. Hal ini menyebabkan sebagian orang enggan berlama-lama di bawah sinar matahari, begitupun aku yang saat ini berteduh di pos keamanan sekolah menunggu jemputan. Hampir dua puluh menit berlalu aku menunggu tetapi mobil yang menjemputku tak kunjung terlihat. Untung saja satpam berbaik hati mempersilahkanku berteduh ditempatnya sehingga aku tak harus berdiri gosong di bawah sinar matahari.

"Diinnn.....diinnn.....", suara klakson mobil mengejutkanku yang sedang asyik dengan mengutak-atik ponsel. Tanpa melihat siapa yang duduk dibelakang kemudi, aku bangkit dari kursiku menuju mobil yang kini berada didepan pintu gerbang. Tak lupa mengucapkan terima kasih kepada satpam yang telah memberiku tempat tadi.

"Terima kasih Mr. Seal sudah menjaga Claire", ucap Aron kepada satpam tadi.

"Sama-sama Sir", balas Mr. Seal ramah sembari melihat Honda Acura NSX Aron meluncur meninggalkan SMA ku yang juga pernah menjadi tempatnya menimbah ilmu.

"Kita lunch dulu sebelum pulang", ucapnya tanpa memandangku yang duduk disampingnya.

"Aku ingin makan mie dan kau harus mau sebagai ucapan permintaan maaf",

"Kenapa aku harus meminta maaf?", tanya Aron heran.

"Oh come on Aron, sekolah sudah selesai dari setengah jam yang lalu dan kau baru muncul sekarang", aku sedikit emosi melihat Aron tidak merasa sedikit pun bersalah karena telah menelantarkanku selama hampir setengah jam.

"Kau sudah tahu aku ada ujian", Aron tetap tenang menghadapi emosiku.

"Seharusnya izinkan aku naik taksi bukannya menunggumu selesai ujian",

"No Claire, aku sudah berkali-kali bilang kau tak boleh naik taksi sendirian", Aron membelokkan mobilnya ke sebuah restoran yang menyajikan berbagai masakan olahan mie.

"Aku bukan anak kecil lagi yang harus diantar jemput kemana pun", aku meneruskan aksi protesku sambil masuk ke dalam restoran yang sudah lama menjadi langganan kita.

"Untuk dua orang", ucap Aron kepada pelayan, "Kau memang bukan anak keci lagi tapi kau tetap harus dijaga Princess", Aron meletakkan tangannya di punggungku membimbing menuju meja yang ditunjukkan pelayan.

"Selalu seperti itu", aku mengakhiri protesku menghempaskan diri ke kursi yang telah ditarik Aron. Princess, sebuah panggilan yang menandakan bahwa Aron tidak ingin ucapannya dibantah.

"Tomyam pedas dan lemon squash", ucapku memyebutkan pesananku kepada pelayan.

"Salmon steak, black coffe dan tomyamnya jangan terlalu pedas", aku melongo mendengar apa yang diucapkan Aron, dia dengan santainya mengubah pesananku. Kulirik Aron tajam begitu pelayan yang mencatat pesanan kami meninggalkan kami berdua.

"Jangan melihatku seperti itu" ucapnya sambil mengeluarkan tablet dari dalam ranselnya.

"Apa yang kau lakukan pada pesananku?",

"Ingat penyakitmu Claire, aku tak mau melihatmu terkapar lagi di ranjang rumah sakit", jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari tablet yang ia pegang.

Aku sangat suka sekali dengan pedas tapi sayang lambungku selalu tak mau bekerja sama. Makanan pedas selalu berhasil membuatku merasa senang ketika memakannya dan saat ini aku sangat butuh itu. Kini raut muka kesal menghiasai wajahku. Apakah ia tak merasakan kekesalanku akibat terlalu lama menunggunya sepulang sekolah? Kutatap Aron dengan pandangan kesal dan marah. Aura kemarahanku berhasil membuatnya meletakkan tablet dan memandang tepat ke mataku lembut tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Kau tahu aku kesal padamu",

"Lalu?",

"Aku butuh makanan pedas untuk mengembalikan moodku Aron",

"Aku tidak keberatan kau terus kesal padaku. Ingat kata dokter kurangi makan pedas", ucapnya enteng sambil kembali menekuni tabletnya kembali.

Aron sialan awas kau akan kubalas nanti. Tak berapa lama pesanan kami pun datang. Aron langsung melahap salmon steak yang ada dihadapannya sedangkan aku hanya sengaja mengaduk-aduk tomyamku.

"Kenapa tidak dimakan?", tanya Aron ketika melihat aksiku mengaduk-aduk tomyam didepanku tanpa ada niat untuk memakannya.

"Sudah jangan marah terus. Sekarang makan makananmu. Nanti setelah makan kau boleh shopping sepuasmu", tambah Aron ketika aku tak merespon ucapannya.

"Benarkah? Pakai uangmu?", tanyaku antusias ketika mendengar kata shopping.

"Iya sepuasmu"

Tanpa menunggu lagi aku langsung menyantap makananku dengan lahap. Jangan salah menilaiku sebagai wanita murahan yang hanya dengan kata shopping saja langsung luluh hatinya, aku hanyalah wanita biasa yang tak akan pernah bisa menolak ajakan untuk berbelanja apalagi sepuasnya.

"Jangan menarik ucapanmu lagi Aron, aku akan menghabiskan tabunganmu", lanjutku.

"Silahkan dan segera selesaikan makan siangmu",

***

Aron merupakan tipe pria yang akan selalu menepati semua apa yang telah diucapkan. Selesai makan siang kami menuju salah satu pusat perbelanjaan. Setelah puas berkeliling, kini beberapa tas kertas sudah berada ditanganku.

"Kau yakin hanya itu yang ingin kau beli?", tanya Aron ketika aku mengajaknya pulang.

"Iya, aku tak ingin uangmu habis",

"Kau kan tahu uangku tidak akan habis hanya untuk membelikanmu barang yang kau inginkan",

"Sudah ayo kita pulang", ajakku tanpa menanggapi penawarannya.

Aku tahu bahwa uangnya tak akan habis hanya untuk mentraktirku, uangnya benar-benar banyak. Dan satu hal lagi yang aku suka darinya Aron tidak memanfaatkan kekayaan orang tuanya. Uang yang ia pakai untuk mentraktirku adalah uangnya sendiri hasil dari kerja kerasnya sebagai seorang asisten manager.

"Kau tidak masuk sebelum pulang?", tanyaku ketika mobil Aron sudah berada didepan rumahku.

"Aku masih ada urusan. Ucapkan salamku pada mom",

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Tadaaa part 1 selesai, maaf sekali terlalu hambar ini baru permulaan teman-teman. Terima kasih sudah membaca jangan lupa vote dan komennya ya..

I'm Sorry, I Love You (Complete) [Open PO]Where stories live. Discover now