nine [end]

11.3K 1.1K 79
                                    

.








.

Seminggu berlalu dengan begitu singkat, ketika bahkan ia baru saja menginjakkan kakinya di depan kelas. Jaemin diseret menuju kantin oleh Mark, diminta duduk dan di tatap dengan serius. Membuat kerutan bermunculan di keningnya, menandakan ia sedang kebingungan. Ia dapat melihat Mark menghela nafas beberapa kali dan kemudian langsung melontarkan pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan,"Na? Bagaimana kau bisa mengenal Jeno? Apakah benar apa yang dikatakan Taeyong hyung?". Kening Mark berkerut sembari menatap Jaemin begitu serius.

Jaemin mengangguk, senyum tipis muncul di wajah manisnya. "Yang kau dengar tidaklah salah, memang begitu adanya", dan Mark memijat kepalanya pening. Hampir berpikir semua apa yang di ceritakan Taeyong beberapa hari lalu adalah hal yang mustahil. Dia benar-benar berpikir itu begitu mustahil.

"Aku bingung sekarang", Mark masih dengan posisi yang sama, memijat pelipisnya.

"Hanya, mungkin sebuah keajaiban", begitulah akhir dari percakapan mereka hari ini. Dengan pesan masuk di ponsel Jaemin.




.




"Nama saya Lee Jeno", dan pemuda itu membungkuk sopan. Tersenyum dengan mata menyipit membentuk bulan sabit, terlihat begitu indah. Bahkan memancing keributan dikelas dengan banyaknya siulan aneh dari para gadis-gadis sok kecantikkan.

"Baiklah, kau bisa- tunggu sebentar. Jaemin? Apa kursi di sampingmu kosong? Ku pikir beberapa hari lalu melihat Haechan duduk disana?", Mrs. Kang bertanya dengan alis bagian kiri terangkat tinggi.  Menatap kursi di samping Jaemin yang kosong, Haechan berada di depannya dengan Renjun yang sedang menatap ke arah Haechan dengan tatapan bertanya.

"Iya, waktu itu Haechan duduk dikursi samping karena Renjun sedang ijin sakit selama dua hari", Jaemin menjawab pertanyaan sang guru sekaligus tatapan bertanya Renjun yang langsung menoleh ke arah Jaemin. Jaemin mencoba tersenyum semanis mungkin, padahal ia takut di cecar Renjun dengan banyak pertanyaan.

"Baiklah, kau bisa duduk di samping Na Jaemin.  Dan tanyakan saja apa yang memang perlu kau tanyakan"




.




Jaemin menatap Jeno tanpa berkedip, setelah pemuda itu duduk di kursi samping dan mengeluarkan buku pelajarannya.  Dan sedangkan pemuda yang di tatap, sibuk menulis sesuatu di sudut bawah bukunya dan merobeknya, kemudian meletakkannya di atas buku Jaemin.


'Jangan menatapku seperti itu Na~, jantungku menggila saat ini'

Dan pipi Jaemin sukses merona. Cepat-cepat pemuda itu membetulkan letak almameternya yang tidak bermasalah dan berdehem pelan sambil menatap fokus ke arah Mrs. Kang yang sedang menjelaskan sesuatu di depan sana.

Jantungnya ikut menggila, debuman keras itu masih berlanjut di menit berikutnya dan Jaemin merasa badannya gemetar. Ia sedikit syok dan hampir lupa bagaimana caranya bernafas karena terlalu terkejut.

"Kenapa kau tidak memberitahku soal ini?", suara Jaemin begitu pelan ketika menuntut sebuah jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan. Wajahnya sama sekali tidak menatap kearah Jeno, hanya fokus ke depan kelas. Karena kalau dia menatap kesamping, ia akan segera terkena serangan jantung setelahnya.

.







.

Padahal ini sudah hampir sore, tidak tahukah Jaehyun dan Taeyong bahwa Jaemin perlu pergi kesebuah toko buku di hari libur ini? Tadinya Jaemin meminta keduanya untuk pergi lebih pagi dan mereka sama-sama kompak menjawab ingin pergi ke gedung pernikahan dahulu untuk mengecek sesuatu. Dan Jaemin mengira akan pergi di siang hari saat ia menunggu berjam-jam hingga tertidur dan terbangun di jam dua siang karena lupa makan siang.

Goldfish ✔ [Nomin]Where stories live. Discover now