four

9.3K 1.4K 72
                                    

.

.

.

.

.

"Lee Jeno!!!"

Pria setengah baya dengan penampilan modis, berteriak-teriak setelah diabaikan oleh seorang remaja laki-laki yang memasuki mobil sportnya dan langsung melaju entah kemana.

Pria itu terduduk lemas, menatap nanar mobil hitam yang telah berlalu dan menghilang di persimpangan. Ia memegang tangan istrinya yang mencoba memberinya kekuatan untuk terus bersabar akan sikap putra bungsu mereka yang terlalu kelewatan.

.

.

"Apa Jeno kembali berulah, appa?", seorang lelaki berwajah manis duduk di depan kedua pasangan setengah baya yang sedang duduk dengan raut wajah murung di ruang makan. Menatap sarapan mereka dengan tatapan  sendu.

"Nak, bisakah kau berbicara padanya?", wanita yang sering disapa dengan sebutan nyonya Lee mengalihkan atensinya kearah si sulung. Menatap lamat wajah putranya yang sedikit banyak mirip dengan dirinya.

"Aku akan menegur anak itu nanti eomma, sudahlah kalian harus sarapan okay? Appa juga harus makan, jam sebelas nanti kita akan ada meeting dengan Kim's corporation", lelaki itu menasehati dengan lembut. Ia selalu saja seperti itu, di kala sibungsu berbuat onar. Dia bersikap seperti biasa, dengan kelembutan hati dan sikapnyan, hal itu sedikit banyak membuat kedua orangtuanya sedikit merasa lega.

.

.

"Jeno- seharusnya kau tidak bersikap seperti itu terhadap orangtuamu, Taeyong hyung bisa saja menghajarmu berkali-kali lebih parah dari yang sebelumnya"

Lelaki di sampingnya memperingatkan dengan galak, mengingatkannya akan bagaimana seharusnya ia bersikap. Jeno merasa muak.

"Mark hyung, tidakkah kau mencoba mengerti sedikit tentang aku?", Jeno meremas kepalanya dengan kasar.

"Sudah! Aku sudah berkali-kali mencoba mengerti kondisimu, perasaanmu, segala kelakuanmu, segala kenakalanmu, segala apa yang kau perbuat. Menyakiti kedua orangtuamu dan membuat Taeyong hyung murka, aku sudah mengerti keadaanmu. Tapi kau ingat? Terakhir aku membantumu, kau membuat Taeyong hyung salah paham terhadapku dan aku harus mengejar maaf dari Taeyong hyung. Sudah! Jeno-ya! Sudah cukup! kau membuat semua orang kecewa, ingat!"

Mark tidak bisa tidak bertindak tegas kali ini. Sudah berulang kali, mencoba sepaham dengan pemikiran Jeno. Mencoba mengerti situasi Jeno, tapi justru sepupunya itu mengecewakannya dengan sangat banyak.

"Kau ingat, kau membuat ibumu hampir terkena serangan jantung. Seenaknya kau membawa perempuan kedalam kamarmu, siapa yang mengajarimu huh?", Mark semakin galak memperingatkan sepupunya itu. Sebenarnya Jeno ini dulunya adalah anak yang baik dan penurut, entah kenapa setelah memasuki tahun terakhir junior high school dia menjadi brengsek seperti ini. Terpisah sekolah benar-benar membuat Mark tak bisa mengawasinya. Sudah sering Mark mengajaknya untuk bersekolah ditempat yang sama, namun Jeno adalah sosok anak lelaki dengan tingkat ego dan gengsi yang diatas rata-rata.

"Mark hyung, tidak bisakah, tolong! Jangan ungkit hal itu", Jeno mengusak gusar rambutnya yang sudah berantakkan. Ia sedang bingung bagaimana cara menghadapi kakaknya yang mungkin akan mengamuk dengan luar biasa nanti malam. Ia meminta bantuan Mark untuk memberinya tumpangan menginap semalam, tapi Mark sepertinya akan menolak dengan mentah-mentah keinginannya.

"Kau pergi saja menginap di hotel", ketus Mark setelah menatap tajam Jeno.

"Itu tidak mungkin, Taeyong hyung akan menemukanku", Jeno menatap gusar kearah Mark yang membalasnya dengan tatapan tajam.

Goldfish ✔ [Nomin]Where stories live. Discover now