4 - Ketika Papa berbicara

302K 25.3K 5.5K
                                    

Teman-teman semua, jangan diutik-utik ya tabungannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Teman-teman semua, jangan diutik-utik ya tabungannya. 

Jangan tergoda Abang Cilok, Abang Bakso apalagi Abang Cireng. 

Jangan lupa menabung yaa dan ikuti Pre-Order Novel Dua Belas Cerita Glen Anggara ya ^^

Karena nanti Bonus spesial di Novelnya bakalan ada Bocoran cerita "Mariposa 2" loh ^^

Daan.... Selamat membaca dan semoga suka Amin ^^

****

Glen menghabiskan waktu liburannya dengan bermain dan bermain. Ia tidak ingin melakukan apapun selain bermain. Hidup dan matinya mungkin hanya bernapas, bermain dan tidur.

Hal itu pula yang membuat Bu Anggara selalu setres karena putra tunggalnya seperti tidak memiliki tujuan hidup ataupun cita-cita untuk masa depannya.

"Goaaalll!!"

Glen melemparkan stickPS-nya ketika berhasil membobol gawang lawan di permainannya. Glen berseru kencang, seolah dia orang paling bahagia di dunia ini.

Cklek

Pintu kamar Glen tiba-tiba terbuka, membuatnya langsung terdiam sembari menatap pintu dengan bingung.

"Kenapa Pa?" tanya Glen sedikit terkejut, karena tak biasanya sang Papa menghampiri kamarnya.

"Nggak apa-apa, Papa masuk boleh kan?" tanya Pak Anggara.

Glen meneguk ludahnya, rasa terkejutnya berubah menjadi khawatir. Ada apa ini? Sungguh hal langkah sang Papa ingin main ke kamarnya.

"E.... Emangnya Papa mau ngapain di kamar Glen?" tanya Glen memastikan.

"Ikut main PS, sudah lama Papa nggak main itu."

"Oh, oke. Masuk Pa."

Glen dengan pasrah memperbolehkan Pak Anggara masuk ke kamarnya, duduk di sofa tempat Glen biasanya bermain PS. Pak Anggara mengambil salah satu stick PS Glen. Sedangkan Glen masih terus memperhatikan Papanya. Ia cukup bingung sekaligus was-was sendiri.

"Ayo main," ajak Pak Anggara menyadarkan Glen.

"Ah, Iya Pa."

Glen mengambil Stick-nya dan segera duduk disebelah Papanya. Untuk saat ini, Glen akan berpikir positif saja. Mungkin memang benar Papanya ingin menghabiskan waktu bermain dengannya.

Mereka berdua pun larut dalam permainan PS. Glen menunjukkan segala kemampuannya dan tak ingin kalah dari sang Papa. Begitu pula Pak Anggara.

DUA BELAS "CERITA GLEN ANGGARA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang