"Sakit?" tanya pria itu pelan. Seline menggeleng.

"Arya."

Seline dan Arya menoleh ke arah suara, lagi-lagi seorang wanita dewasa dan cantik. Rambutnya pendek sekali tapi aura feminim sangat terasa. Dia mengenakan Top ketat yang pendek sepinggang dan mengenakan rok pensil juga high heels.

"Gaya."

Wanita yang dipanggil Gaya itu menatap Seline seolah ingin memakannya hidup-hidup.

"Alih profesi kamu sekarang, jadi baby sitter?" Seline sadar ada nada ejekan pada kalimat itu.

"Gaya, bisa sopan?"

Gaya menaikkan bahunya, "Untuk apa? Oh ini calon istrimu yang membuatmu mutusin aku?"

Deg!

"Gaya!"

"Hai loli." Dia melambaikan tangannya pada Seline. 'Loli?'

"Kami sudah menikah," kata Arya.

Terlihat wajah Gaya pucat mendengar ucapan Arya itu.

"Kamu hamil Loli?" tanya wanita itu.

Hamil?

"Gaya sudah cukup. Marah padaku saja jangan libatkan dia."

"Kamu bajingan!"

"Berhenti!" kata Seline nyaris berteriak. Dia merangkulkan tangannya di leher Arya.

"A-ayo pulang saja." Seline tak mau meneruskan perdebatan dengan mantan kekasih Arya, terlebih dia bilang Arya memutuskannya karena Seline. Hati Seline sakit.

"Kami pergi," ucap Arya meninggalkan wanita itu.

Seline melihat wajahnya yang penuh kemarahan, dia berjalan tertatih. Seraya tangan Arya melingkar di pinggangnya. Air mata Seline menetes.

🌹🌹🌹

Loli? Seline mencari tau arti kata itu di internet. Dia sakit hati saat mengetahui artinya.

Seline telah diam sejak mereka pulang dan kembali ke apartemen. Mengingat sosok Gaya tadi seperti bumi dan langit dengan dia. Arya memutuskan wanita seperti itu karena dia?

Seline tergugu di atas tempat tidur, di kamar yang berbeda dari Arya.

Pintu kamarnya terbuka.

"Seline." Arya duduk di sampingnya. "Kenapa menangis?"

Seline menggeleng pelan.

"Kakinya masih sakit atau ...."
Arya sepertinya mengerti kalau dia terguncang dengan peristiwa tadi.

Tercium aroma maskulin, aroma kayu dari tubuh pria itu.

"Kenapa O-om mau menikah denganku?" ucap Seline terisak.

Arya terdiam, "Kamu tidak usah pikirkan kejadian tadi ya?"

"A-aku nggak bisa."

"Sudah jangan menangis, kamu tidak salah di sini."

Seline menggeleng lagi. Kenapa dia jadi cengeng sekali? Gimana Arya akan memandangnya sebagai perempuan dewasa?

Arya menggenggam tangan Seline. Melayangkan sebuah kecupan di bibir gadis itu. Seline tersentak.

"Hmmm ... kalau menangis aku akan menghukum kamu seperti itu."

Seline merasakan debar jantungnya meningkat lagi lebih cepat.

"Uuh ...."

"Gimana kalau kita pacaran saja dulu?" tanya Arya.

Pacaran? Bukankah mereka telah menikah.

Good Morning, Uncle! (END)Where stories live. Discover now