"Saya sudah suruh dia datang sejak bulan lalu. Tapi dia nggak pernah datang sekalipun."

Terdengar suara seorang wanita yang tidak asing lagi baginya berjalan masuk ke dalam ruangan. Hyunjin tetap menutup mata, berpura-pura terlelap sambil mendengarkan.

"Ahrang, firasat saya nggak mungkin benar. Saya cuman khawatir berlebihan sama Hyunjin. Hasil tes itu pasti bohong. Dia sehat, Ahrang."

"Hasil tes itu benar, Seohyun-ssi. Dia positif leukemia myeloid akut."

•••

"Gue mohon banget sama lo, jangan bilang sama siapa pun. Ini rahasia kita berdua. Gue belum siap, Lix. Gue belum siap kalo harus disuruh rest." Hyunjin memelankan suaranya, takut terdengar orang.

Ruangannya dalam keadaan kosong. Mama sedang mengurus pemindahan kamar, karena dia akan menempati ruang VIP mulai besok, dan seterusnya.

Bukan apa-apa, tapi pasien di ruang VIP lebih terjaga privasinya. Apalagi Hyunjin, yang saat ini statusnya adalah idol.

"Gue nggak mungkin ngekhianatin lo, Hyun."

Hyunjin terisak. "Gue takut," lirihnya.

Di seberang sana, Felix menghembuskan napasnya yang terasa berat. Jujur, dia sendiri masih percaya tidak percaya dengan apa yang dibacanya dua minggu ke belakang.

"Tapi lusa, lo harus udah pulang ke asrama. Kita mulai latihan buat Levanter," katanya.

Setelah percakapan singkat itu, Hyunjin mematikan sambungan. Mama masuk ke dalam ruangannya, mengatakan pada Hyunjin bahwa ia sudah menyediakan satu kamar khusus.

Hyunjin yang masih lemas untuk berjalan akhirnya duduk di atas kursi roda. Mama yang mendorongnya, bersama dengan Dokter Ahrang juga. Kamar Hyunjin berada di lantai tiga, dua lantai ke atas.

Hyunjin tidak buta, dia bisa membaca dengan jelas tulisan bahwa lantai ini memang diperuntukkan untuk pasien kanker.

Sedih, marah, semuanya bercampur menjadi satu. Tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa, takdir yang membawanya kemari.

Dari arah berlawanan, seorang Dokter berjalan mendekat. Lalu menghentikan Ahrang, mengajaknya berbicara sebentar.

"Pasien baru?" tanyanya. Ahrang mengangguk dengan sopan.

Dokter itu menilik wajah Hyunjin, yang rasanya familiar, tidak asing. Ia pernah mengenalnya, tapi entah di mana. Sebaliknya, Hyunjin juga sama. Ia bertukar pandang dengan dokter itu cukup lama. Keduanya sama-sama berusaha untuk mengingat.

"Tuhan..." Dokter dengan name tag Kang D. Itu menutup kedua mulutnya, tercekat.

Bertahun-tahun lamanya mereka tidak pernah bertemu, atau barangkali bertegur sapa. Mungkin Hyunjin lupa tentang siapa Daniel Kang. Tapi untuk Dokter Kang, Hyunjin adalah pasien pertama yang berhasil disembuhkannya sepuluh tahun yang lalu.

"Kamu..." Ia menggantung ucapannya, masih merasa tidak percaya.

Sementara itu, Ahrang dan Seohyun kikuk. Mereka tidak tahu apa-apa, hanya memperhatikan perilaku Dokter Kang yang nampak begitu senang bertemu dengan Hyunjin.

Bahkan Mama sempat berpikir kalau dokter ini mengidolakan Hyunjin.

"Hwang, kamu Sam Hwang?"

Barulah Hyunjin mengingat sedikit tentang sesuatu di masa lalunya.

"Dia di ruangan mana, Ahrang-ssi?" Tanya Dokter Kang.

"Dua, dia di ruangan nomor dua VIP." Balas Dokter Ahrang yang masih kebingungan.

Grow Up [ ✓ ]Where stories live. Discover now