19. Putri Kebanggaan

Start from the beginning
                                    

"..." Jill langsung membuang pandangnya ke samping untuk menghindari tatapan Kai yang menyelidik.

Kai yang jeli langsung dapat menangkap kejanggalan yang lain. "Jill, kamu ada di rumah sakit?"

"..." Jill merasa semakin serba salah. Ia tidak ingin menjadikan sakitnya sang ayah sebagai alasan.

"Siapa yang sakit, Jill?"

Jill tetap diam saja.

"Jill, jawab saya." Suara Kai terdengar rendah dan datar, namun Jill menangkap ancaman di dalamnya.

"Papa saya, Pak," jawab Jill akhirnya.

"Papa kamu kenapa?"

"Papa saya kena pneumonia, Pak."

Kening Kai berkerut. "Gimana kondisi papa kamu sekarang?"

"Udah jauh lebih baik, Pak."

"Di rumah sakit apa, Jill?"

"Jauh, Pak. Bukan di Jakarta." Jill meringis.

"Kamu di mana?" desak Kai.

"Lampung."

"Lampung?" Kai terkejut.

"Iya, Pak."

"Jill, kenapa nggak kasih kabar apa-apa saya?" Entah kenapa ia merasa tidak suka ketika mengetahui hal ini. Kai tidak suka karena Jill tidak mengatakan apa-apa padanya. Padahal memang bukan kewajiban Jill untuk mengabarinya juga. Entahlah, Kai heran.

"..." Jill bingung harus menjawab apa. Ide untuk memberitahu Kai tentang kondisi ayahnya sama sekali tidak terlintas dalam kepalanya.

"Saya ke sana. Berikan nama rumah sakitnya," putus Kai tiba-tiba.

"Pak, jangan-"

"Jangan bawel, Jill!" Kai langsung mematikan sambungan tanpa mau mendengar bantahan Jill lebih lanjut.

***

Jill tidak lagi memikirkan percakapannya dengan sang bos besar pagi tadi, pikirannya teralih dengan berbagai hal yang perlu dikerjakannya, hingga Kai kembali menghubunginya sore ini.

"Jill, kamu bisa turun?"

"Bapak di mana?"

"Di kantin. Saya tidak bisa naik karena ada Jou."

"Sebentar saya turun, Pak." Jill menutup ponselnya kemudian cepat-cepat mencari Jeanna. "Jean, Kakak turun dulu, ya!"

"Mau ngapain, Kak?"

"Ketemu teman di kantin." Jill berjalan tergesa menuju kantin untuk menemui dua sosok yang menunggunya. Begitu memasuki area kantin, mata Jill langsung mencari kedua sosok itu dan akhirnya menemukan mereka tengah duduk di kursi dekat jendela. Jourell yang melihat kedatangan Jill langsung melompat turun dari pangkuan Kai dan berlari ke arah Jill.

"Jou!" Jill mengangkat Jourell dan menggendongnya. Dipeluknya bocah mungil itu dengan perasaan rindu. Jill terus menggendong Jourell sampai ke meja tempat Kai berada. Ia duduk perlahan dan berniat mendudukan Jourell di kursi sebelahnya, namun bocah itu menolak. Jourell tetap berkeras untuk duduk di pangkuan Jill.

Jill tertawa melihat kelakuan Jourell. "Kangen nggak sama Jill?" tanyanya sambil menjawil hidung Jourell.

Jourell yang duduk di pangkuan Jill dengan posisi menghadap gadis itu, langsung menaikkan kedua tangannya dan menangkup pipi Jill. Tangan kecilnya menangkup erat pipi gadis itu sambil matanya memandangi Jill penuh sayang. Setelahnya Jourell memindahkan tangannya ke leher Jill, merangkulnya erat, dan membenamkan kepalanya di ceruk leher Jill.

COOL Single DaddyWhere stories live. Discover now