prolog

463 18 2
                                    

kehilangan seseorang yang ia sayang membuat Dewa Mahendra tak ingin lagi mengenal cinta, bahkan ia mengabaikan anak perempuannya hanya untuk bekerja. sesungguhnya ia tak tega namun apalah daya karena hanya dengan begitu ia bisa melupakan almarhumah sang istri yang telah tiada. sebenarnya banyak yang menyukainya tanpa ia harus mencari, tetapi ia tak ingin ada yang menggantikan sosok wanita yang ia cintai. mungkin ia egois tak memikirkan sang anak yang membutuhkan sosok ibu, entahlah semua rumit untuknya.

tuntutan dari sang mama jika ia harus mencari sosok pengganti istri dan juga ibu untuk anaknya membuat pikirannya terpecah belah, masih ada ketakutan di hatinya jika ia akan di tinggalkan kembali, seolah kematian adalah momok yang menghantui setiap harinya sehingga ia trauma. intinya Dewa tak ingin kehilangan lagi, sehingga ia membentengi hatinya dengan bongkahan es yan beku.

"dewa, kau mau kemana sepagi ini nak,"tanya mama Dewa lembut

"aku akan bekerja mah, ada yang harus aku urus."

"sepagi ini Dewa? kau tidak ingin melihat  Kiara di kamarnya?"

"tidak mah, jika Dewa masuk maka Kiara tak ingin di tinggalkan"

mama Dewa hanya menghela nafas berat, anaknya bertambah gila kerja semenjak kehilangan sang istri. ia harus mengembalikan senyum bahagia Dewa.

"mama mohon carilah pengganti istrimu Wa, setidaknya ini demi kebahagiaan Kiara"

"mah, Dewa mohon jangan bahas ini lagi"

tubuhnya melenggang pergi meninggalkan sang mama yang menatapnya sendu. bagaimana lagi ia harus berucap pada mamanya jika ia tak ingin menikah lagi. Dewa lelah dengan cinta, ia lelah dengan kehilangan. dewa tak ingin merasakan sakit hati yang mendalam kembali.


****

Dewa menatap foto pernikahannya dengan tatapan kosong, pikirannya bercabang antara pekerjaan dan perkataan sang mama.

"sayang seandainya kamu masih ada, aku tidak akan seperti ini dan Kiara tidak akan kehilangan sosok ibu"

"harus bagaimana lagi aku meyakinkan mama jika kau tidak akan terganti dengan yang lain"

"aku mencintaimu"

Dewa mendongak agar lelehan bening itu tidak terjatuh, ia masih mengingat jika ia masih di kantor. Dewa tak ingin ada yang melihat menjadi pria yang lemah. karena dewa yang sesungguhnya di kantor adalah dewa yang dingin tanpa ekspresi di wajahnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

my dudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang