Chapter Three: Bonjour Trouble

Mulai dari awal
                                    

Dave mengangkat tangannya, "Tidak perlu. Aku percaya dengan hasil kerjamu." Ia mengatakan itu tanpa berpaling sedikitpun dari layar ponselnya. Mendengar itu, Charlotte menutup kembali tasnya. Ia baru saja akan mengeluarkan notes kecilnya tapi tidak jadi.

Setelahnya tidak terjadi percakapan apapun di antara mereka berdua. Satu jam perjalanan Charlotte habiskan hanya dengan usaha menahan kantuk. Semalam ia susah tidur, mempersiapkan barang-barang untuk perjalanan ke Paris dan mengatur ulang jadwal pertemuan Dave dengan pemimpin-pemimpin bisnis kelas dunia itu benar-benar memakan waktu yang tidak sedikit. Ia hanya sempat tidur kurang dari satu jam karena takut tidak bisa bersiap-siap tepat waktu. Ia tidak bisa tidur di dalam mobil karena cemas tidak bisa mengontrol ekspresi wajahnya saat tidur. Bayang-bayang Dave menertawakannya menjadi penangkal ampuh agar ia tidak tertidur di dalam mobil. Selain itu, perutnya juga terasa sedikit perih.

Taksi menurunkan Dave dan Charlotte tepat di pintu masuk utama terminal keberangkatan mereka berdua. Charlotte menunggu Dave memberikan tip pada sopir taksi itu, sebelum akhirnya mereka masuk bersama ke dalam pemeriksaan security. Setelah selesai mengurus bagasi dan check in, Dave menggiring Charlotte memasuki lounge maskapai perjalanan mereka. Ini pertama kalinya Charlotte menggunakan tiket bussiness class, jadi ia sedikit kikuk saat memasuki ruang tunggu keberangkatan khusus penumpang kelas bisnis ini.

Masih ada sekitar 45 menit lagi sebelum keberangkatan mereka. Waktu yang lebih dari cukup untuk sekedar menghabiskan segelas coklat panas dan sandwich seperti yang Dave katakan di mobil tadi. Pesanan mereka berdua sama dan Dave yang membayar tagihannya. Charlotte tidak menolak saat pria itu menyodorkan kartu debit terlebih dahulu ke kasir, ia tidak berusaha menghalangi. Baginya, hanya orang bodoh yang bertindak seolah-olah ingin menolak tapi kemudian menerima di akhir. Mereka memang tidak memakan makanan mereka di tempat ini, melainkan membawanya ke dalam ruang tunggu di gerbang keberangkatan mereka di dalam. Charlotte yang mengusulkan. Ia khawatir mereka akan keasyikan berada di dalam dan tidak mendengar pemberitahuan dari maskapai. Dave setuju, pria itu menyadari sifatnya yang bisa tidak memperdulikan keadaan sekitar jika sudah fokus ke satu hal.

Sepertinya itu merupakan keputusan yang tepat. Berselang beberapa menit mereka sampai di ruang tunggu, pengumuman keberangkatan mereka pun mengudara lebih cepat 10 menit dari yang jadwal boarding. Dave dan Charlotte berjalan berdampingan mendahului penumpang lain yang berada di kelas ekonomi. Sepertinya penerbangan mereka tidak memiliki penumpang terlalu banyak. Saat seluruh penumpang pesawat berada di dalam, Charlotte mengamati sekitarnya yang penuh dengan keluarga dan anak-anak. Gadis itu sempat berpikir, betapa beruntungnya mereka yang bepergian untuk liburan, sementara dirinya terjebak di sebuah perjalanan bisnis bersama Dave.

Setelah meletakkan tasnya di dalam bagasi kabin, Charlotte duduk. Dave sudah asyik mendengarkan lagu sambil membaca berita bisnis dari koran yang disediakan pesawat. Charlotte berusaha mengabaikan rasa sakit di perutnya yang masih tidak bersahabat. Ia benar-benar mengutuk Gina yang menantang dirinya minum banyak lewat permainan bodoh yang mereka mainkan semalam.

"Hei, Charly. Look at that.." nada bicara Dave terdengar sangat genit. Ia menunjuk dua orang pramugari cantik dengan tubuh yang bagus, sembari mengenakan sabuk pengamannya. Pria itu duduk di pinggir luar, dekat dengan lorong jalan, dan Charlotte duduk di samping jendela.

Charlotte menoleh ke arah Dave, memutar bola matanya-menunjukan ekspresi jijik hingga pria itu tertawa. Ia sama sekali tidak merasa tersindir dengan sikap Charlotte. "Jangan mempermalukan aku di sini," protes Charlotte. "Jangan coba-coba merayu pramugari-pramugari itu dan membawaku ke dalam masalah yang timbul nantinya karena tingkahmu!"

Dave mulai berkilah, "Aku sudah biasa bermain cantik, Sugar." Ia mendekatkan bibirnya ke telinga Charlotte, "Kau bisa memintaku mencobanya padamu kalau kau penasaran."

Mr. TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang