Aku Sayang Kamu

65 26 7
                                    

Gak terasa banget aku udah di akhir masa SMA, masa dimana yang kata orang begitu indah dengan sejuta kisah yang ada. Banyak planning yang mesti kupersiapkan kedepan, bagaimana aku bakalan lanjut pendidikan dikota orang, jauh dari keluarga, dan lain sebagainya.

Aku disini ceritanya monoton ya sebagai (Tokoh aku serba tau)

Jika dihitung dari tahun masuk, seharusnya aku masih duduk di kelas XI, tapi karna ada sistem akselerasi, jadi dari kelasku langsung singkat dan menempuh pendidikan selama dua tahun saja. Dan yang mengejutkan adalah, aku gak sengaja harus dipertemukan dalam satu kelas yang sama dengan Farhan. Dia duduk pas didepanku dengan Theo sebagai teman sebangkunya, dan aku sebangku dengan Obiel.

Gak ada yang aneh sih sebenernya. Dia santai, ngobrol pun hanya seperlunya. Dia emang tipikal cuek sepertinya, buktinya dia ngobrol dengan Theo aja hanya sebatas perlu. Gak ada bercanda bercanda seperti aku dan Obiel.

Hari itu dimalam puncak SMA, dari SMA Garuda emang udah rutinitas acara tahunan, buat adakan kumpul bareng di sekolah. Dari nyanyi yel-yel bareng bareng, buat game, main api unggun, sebelum akhirnya bermalam dikelas masing-masing. Hal itu dilakukan dimalam sehari setelah ujian nasional selesai. Sebagai ucapan trimakasih atas kebersamaan kita hingga detik detik masa ini menemukan titik akhirnya, ya kami wisuda.

Kali itu aku, Obiel, dan beberapa temanku yang lain sedang membentuk lingkaran untuk buat yel-yel yang bakalan dilombakan antar kelompok sebentar lagi. Namun tiba-tiba Farhan datang ntah dari mana, yang ku tau Farhan bukan dari kelompokku. Dan dia baru terlihat batang hidungnya dari tadi.

"Boleh minta waktunya sebentar?" (Ucap Farhan)

"Boleh boleh." (Ucap kami serempak)

"Saya ada perlunya dengan, Syifa. Boleh ikut dengan saya sebentar." (Ucapnya dengan menebar senyuman)

"Kenapa tak disini aja sih ngomongnya?" (Tanya Tania, salah satu temanku)

Namun Farhan tak menjawab dengan perkataan, hanya senyum dibibirnya dan melirik kepadaku.

"Udahlah gak papa." (Ucapku, kemudian berdiri menghampiri Farhan)

Dia pun tampak senang melihatku mau menerima ajakannya, sebentar.

"Bentar ya guys." (Ucapku pada mereka)

"Ok" (Ucap Indri)

"Jangan lama-lama ntar aku rindu." (Ucap Obiel menambahi)

Aku pun tertawa mendenger ucapan Obiel, sebelum akhirnya mengikuti arah langkah Farhan. Hingga tibalah di depan mussolah sekolah, yang letaknya agak menepi dari keramaian anak-anak yang lain, yang tengah sibuk di halaman sekolah.

"Kok kesini Han." (Ucapanku cemas, karna memang penerangan agak redup, dan jujur aku takut kegelapan)

"Kamu takut?" (Balasnya)

"Iya, sedikit."

"Gak papa, aku cuma mau ngomong sebentar."

"Ngomong apa kok sampai ketempat sepi gini?" (Ucapku penuh menekanan)

Dia pun tersenyum, sembari membuka layar ponselnya. Dia menunjukan sebuah pdf yang kemudian ia tunjukan padaku. Aku pun membaca isinya

"Wah kamu lulus beasiswa di Jepang?" (Ucapku berenergik)

"Iya Alhamdullilah." (Ucapnya malu malu)

"Wah selamat ya, aku ikutan senang melihatnya." (Ucapku)

"Iya, Trimakasih. Kamu lanjut kemana bentar lagi?"

"Di salah satu universitas di kota malang."

"Sukses ya buat kamu." (Jawabnya)

"Iya trimakasih, kamu juga." (Jawabku)

TRANSITION AND MISSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang