5.2 Bukan Itik Buruk Rupa

4K 1K 44
                                    

"Kamu itu kenapa sih selalu lebih milih Damar dibanding aku?? Aku kan pacar kamu!" Omel Nero saat motornya keluar dari halaman rumah Damar.

"Harusnya lo mikir kenapa gue lebih milih dia dibanding elo!" jawab Muti dengan ketus.

Nero mengerem motornya dengan mendadak hingga membuat Muti tersungkur ke depan menabrak punggung cowok itu. "Nero, apa-apaan sih!"

"Turun," ucap Nero dingin.

Tidak perlu disuruh dua kali, Muti segera melompat turun dari motor sialan itu. Kebetulan, ia memang tidak mau pulang dengan cowok ini.

Namun, bukannya membiarkan Muti pulang, Nero malah ikut turun dari motornya. Ia berdiri berkacak pinggang di depan Muti. "Lo gue?? Kamu kok kasar sih ngomongnya??"

Astaga, jadi sekarang hal seperti ini juga menjadi masalah?? Sialan! Sekarang Muti hampir menyesal karena menyukai cowok ini.

"Aku ini pacar kamu, kalo kamu lupa. Jangan bicara seperti aku ini teman-teman kamu yang lain!" lanjut Nero lagi.

Muti mencibir. "Lo maksa gue jadi pacar lo, kalo lo lupa!" balas Muti dengan sengit.

Oke, jika memang Muti ditakdirkan untuk tidak menikmati masa-masa pacaran di SMU, ia akan terima. Oh, ia lebih memilih menjadi jomblo daripada harus punya cowok seperti ini.

"Pokoknya aku nggak suka kamu deket-deket sama Damar terus."

"Gue juga nggak suka lo ngatur-ngatur gue mesti deket sama siapa. Kalau lo masih mau pacaran sama gue, jangan paksa-paksa gue harus sama lo terus. Ini bisa jadi toxic tahu nggak?"

"Mutiara ..."

"Bodo amat lo mau ngomong apa! Kalau lo nggak mau, kita putus!"

Muti berlari kembali ke rumah Damar tanpa memedulikan teriakan Nero. Ia tidak pernah bertengkar di pinggir jalan seperti itu sebelumnya. Dan itu akan menjadi terakhir kalinya. Hal seperti itu benar-benar memalukan. Bertengkar di jalanan hanya dilakukan oleh orang-orang tidak beradab dan tidak berpendidikan.

"Lho, Mbak Muti ..."

"Pak, kalau cowok tadi balik lagi, jangan bukain pintu!" pesan Muti pada satpam keluarga Widjaya dan langsung berlari ke dalam.

Ia tahu ini tidak sopan karena ia harus memasuki rumah keluarga Widjaya tanpa ijin, tetapi Muti tidak punya pilihan lain. Akan lebih mudah kabur kembali kemari daripada ia harus berlarian sepanjang jalan komplek dan menjadi tontonan orang.

"Damar!" teriaknya begitu ia membuka pintu depan. Muti mendengar suara langkah kaki dan Damar muncul dari balik ruang tengah.

"Marmut!"

Damar berlari ke arahnya dan segera memeluknya dengan erat. Sangat erat hingga Muti hampir kesulitan bernapas. Namun, Muti tidak ingin melepaskan pelukan Damar ini. Ia justru malah memiliki dorongan kuat untuk menangis. Tangan Damar memeluk bahunya dengan kokoh dan melindungi. Damar tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Lo nggak diapa-apain sama kunyuk bego itu kan?"

Muti terkekeh mendengar julukan yang Damar tujukan untuk Nero. Ia mendongak dan tangan Damar mencubit kedua pipinya dengan gemas.

"Sakiiiiit!" Muti melepas tangan Damar dan cemberut.

"Dia di mana sekarang?"

Muti mengangkat bahu. "Di depan kali. Aku udah bilang Pak Satpam buat nggak bukain dia pintu."

"Kamu temuin Mama, aku lihat di depan sebentar."

"Jangan berantem."

Damar menoleh dan tersenyum. "Enggak, Marmut. Udah sana ke dapur."

Muti masuk dengan ragu. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan pada Tante Violet. Ia merasa tidak enak karena telah membuat keributan di rumah ini. Apalagi Violet tidak pernah mengenal Muti sebelumnya. Entah apa pendapat wanita itu tentang dirinya sekarang.

"Tante," panggilnya dengan ragu.

Wanita cantik itu menoleh dan tersenyum. "Nah, untung kamu balik lagi. Baru Tante mau beresin bahan-bahan ini. Yuk lanjut bikin kuenya."

"Muti minta maaf udah bikin ribut di rumah Tante."

Kembali wanita cantik itu tersenyum. "Sini bantuin Tante. Katanya mau belajar bikin cupcakes."

Muti tahu itu adalah tanda jika Violet tidak mau membahasnya lebih lanjut. Ia mendekat dan meraih mangkuk lalu memecahkan telur. Violet tidak bicara hal lain selain bagaimana cara membuat cupcakes yang benar dan Muti bersyukur untuk itu.

"Dia nggak ada di depan." Damar masuk dan duduk di bangku di hadapan Muti. "Mungkin dia langsung pulang. Lo apain dia sampe jiper gitu?"

Seharusnya itu bisa menjadi berita bagus, tetapi Muti tidak merasakan itu sebagai berita bagus. Kemungkinan besar Nero tidak pulang. Cowok itu pasti ke rumah Muti dan menunggunya di sana. Bahkan mungkin, ia akan bicara macam-macam pada Mama.

Muti pura-pura mencibir untuk menutupi kekhawatirannya. "Muti dilawan!"

"Lain kali, lo kunciin aja dia di kamar mandi kalau lo mau kabur."

"Damar!" Violet menegur.

Damar tertawa. "Apa sih, Ma? Bener kan? Kunciin aja biar dia nggak ngikut-ngikut. Timbang cewek jelek begini aja takut banget kehilangan."

Muti meraih sejumput tepung dan mencubit bibir Damar dengan gemas.

"Marmuuuuutttt!" Damar balas meraih tepung dan akhirnya, bisa ditebak, dapur menjadi sarang perkelahian dua anak itu. Mereka berlarian di dapur sambil saling melempar tepung seperti anak balita.

"Stoooopp, anak-anaaakkk!!"

Damar hanya cengengesan sementara Muti tertunduk malu. Rambut dan wajah mereka sudah putih semua oleh tepung. Pun dengan lantai yang memutih seperti telah terjadi hujan tepung.

"Marmut yang mulai, Ma."

Muti melotot pada Damar. "Elo tuh!"

"Pokoknya kalian beresin dapur Mama! Muti lihat kalau kue ini sudah matang! Awas jangan sampai gosong," ucap Violet sambil meninggalkan dapur.

Damar kembali terkikik ketika Violet keluar dapur. Muti kembali melotot padanya.

"Elo sih!"

"Lho kok gue? Gue kan ngomong kenyataan. Elo kan emang jelek." Damar menjauh dari Muti sebelum tepung kembali terbang ke arahnya.

"Awas aja lo minta bantuin gue kabur dari Acha lagi!" ujar Muti sambil mulai mengelap meja.

"Nggak bakal. Dia kan udah suka sama pacar lo. Ngapain juga ngejar-ngejar gue lagi. Gue juga nggak bakalan mau sama dia. Bukan tipe gue."

Muti menghentikan kegiatannya dan mengamati Damar yang sedang menyapu. "Terus tipe cewek lo kayak apa?"

"Kepo!"

"Damdam, kayak apa??"

"Lo mau nyariin cewek buat gue?"

Muti mengangguk sementara Damar mencibir.

"Milih cowok aja nggak bener lo, mau gegayaan nyariin gue cewek."

"Gue nggak bakalan salah kalau buat lo. Beneran deh! Kayak apa tipe cewek lo?"

Damar tersenyum dan menatapnya. "Yang cantik, pinter, pendiam, feminin. Pokoknya yang nggak kayak elo!"



=====TBC=====

Yakin lu, Tong, demennya bukan yang kayak Muti??
😏😏
Yuk, cariin Damar cewek.
😬😬

Big hugs and kisses,
😘😘
Niken
#290919#

(Not) An Ugly DucklingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang