[vol. 2] 16. Kilas Balik

Mulai dari awal
                                    

Sampai tak lama kemudian, hanya sirine mobil polisi disusul dengan sirine ambulance terdengar begitu nyaring, memecah suasana.

Lalu tiba-tiba ada banyak orang yang bertugas dari kepolisian yang ramai-ramai mendatangi rumahnya.

"Bawa anak itu. Dia bisa dijadikan saksi mata," titah salah satu di antaranya, yang memerintah pada salah satu yang lainnya.

"Siap, Dan!" Sarjani Widiantoro. Itulah nama lengkap yang Sakura baca, walau samar-samar dalam ingatannya, saat orang itu mengambil posisi jongkok di hadapannya. "Mari Adik ikut saya."

Seperti semut yang mengerumuni gula, saat polisi itu mengajaknya keluar, Sakura melihat ada puluhan orang mengerumuni rumahnya. Dan tidak tahu kenapa, kala itu semua orang benar-benar terlihat menakutkan di mata Sakura. Terlalu menakutkan sampai-sampai ia menggenggam tangan polisi itu dengan sangat erat.

Sementara Yuli sudah diringkus dengan kedua tangan terikat borgol yang terkunci. Digiring menuju mobil mereka dengan sirine yang menyala, tanpa ada yang peduli akan sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya, yang terucap berulang-ulang.

"Bukan saya! Bukan saya pelakunya! Saya tidak membunuh suami saya!" Bahkan sampai dirinya tiba di kantor polisi, hanya tiga kalimat itu yang terus Yuli jeritkan sambil menangis dan memberontak.

💕

Lantaran ada urusan kantor yang tidak bisa ditinggali, Erik datang terlambat. Sehingga setibanya ia di Tempat Kejadian Perkara, rumah adiknya sendiri, Angga, semua sudah ditangani. Yuli sudah dibawa dan ditangani oleh pihak kepolisian. Sakura sudah diamankan oleh pihak kepolisian juga, namun tetap didampingi oleh pihak dari Komisi Perlindungan Anak. Dan jasad Angga pun sudah ditangani oleh pihak rumah sakit, yang didampingi oleh pihak dari kepolisian.

Sehingga kini Erik tidak memiliki pilihan lain lagi, selain memantau tim penyelidik, dalam menyelidiki kasus pembunuhan ini.

"Bagaimana, Pak? Apa benar pelakunya adalah Yuli?" tanya Erik dengan tergesa-gesa, pada Kepala Tim Penyelidik.

"Untuk sementara, kami akan menahan Ibu Yuli, dan mengumpulkan bukti-bukti terlebih dahulu, yang kemudian akan kami serahkan pada Tim Forensik. Lalu setelah hasilnya keluar, barulah kami bisa menindaklanjuti kasus ini," jelas Kepala Tim tersebut, kemudian.

Erik mendesah. "Berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai hasilnya keluar?"

"Kurang-lebih sekitar satu minggu. Kami akan kabari jika memang hasilnya sudah keluar dan dapat dijadikan bukti."

💕

"Tahanan 3443, atas nama Yulianita. Ditunggu oleh seseorang."

Dengan mengenakan baju tahanan, Yuli berjalan gontai dituntun sekaligus diawasi oleh dua orang yang merupakan Penjaga Tahanan, sampai benar-benar memasuki ruangan khusus yang hanya di sana ia bisa berbicara dengan orang luar.

Walau tidak mengenali seseorang yang ingin menemuinya itu, tetapi Yuli tetap duduk acuh tak acuh, berhadap-hadapan dengan hanya bersekat kaca yang terdapat beberapa lubang, supaya keduanya bisa saling mendengar suara satu sama lain.

"Kamu siapa?"

Orang itu tersenyum. Lalu melebarkan selembar kertas, yang kemudian menempelkannya pada kaca yang menjadi sekat di antara mereka, sehingga Yuli otomatis membacanya.

Yuli,

Seharusnya kamu tahu saat pertama kali kita berjumpa. Saat pertama kali istriku mengenalkan kita berdua di kedai roti itu.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang