[vol. 1] 35. Are You Hurt?

5.3K 846 398
                                    

Mulai sekarang biarin saya untuk jagain kamu.

***

Sekitar sekian menit yang lalu Andre mendapati Angkasa baru saja pulang dari latihan basket bersama Galen, tak lama Andre mendapati anaknya kembali ke luar dengan pakaian yang sudah berganti.

Sejenak Andre melihat ke arah jam dinding di ruang tamu. "Sudah jam segini, mau ke mana lagi kamu Angkasa?"

"Ada urusan. Sebentar," sahut Angkasa cuek.

Sedangkan Andre yang tidak berkesempatan untuk menahan, hanya berpesan, "Hati-hati."

Seperti orang terburu-buru, Angkasa bahkan tidak ada waktu untuk menimpali kembali ucapan papanya. Angkasa langsung masuk ke dalam mobilnya, yang kemudian berlalu dengan kecepatan yang lumayan tinggi.

Sekali-dua kali, Angkasa melirik arloji hitam berian Sakura yang saat ini melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul 10.13. Pastilah saat ini Sakura sudah menyelesaikan pekerjaannya. Tinggal berharap saja gadis itu tidak langsung pulang, agar ia tidak terlambat menjemputnya.

💕

Tin!

Tiba-tiba Sakura dikejutkan oleh suara klakson, dan kilauan cahaya kuning yang berasal dari lampu sebuah mobil berwarna hitam yang benar-benar berhenti tepat di belakang sepedanya diparkir. Sakura terkejut, akan tetapi ia lebih terkejut lagi saat melihat plat yang terpasang di bagian depannya.

Oh, tidak! Sakura hafal betul mobil orang asing yang ingin mencelakainya itu!

Belum sempat melihat seseorang di dalam mobil itu, belum juga sempat membenarkan rantai sepedanya sampai tuntas, Sakura langsung berjalan setengah berlari, menuntun sepedanya yang belum bisa digunakan saat itu. Sakura tidak tahu apakah orang itu mengejarnya atau tidak, tetapi Sakura hanya terus berjalan cepat supaya dirinya selamat.

Meskipun sialnya, semakin Sakura berjalan cepat, bukannya semakin aman, suasana malah justru semakin menakutkan bagi Sakura. Karena Sakura lihat semakin dalam ia memasuki area perumahan itu, terlihat keadaannya malah semakin sepi. Bahkan penerang jalan yang biasa menyala, entah bagaimana bisa kali ini malah padam.

Sakura mempercepat langkahnya. Lebih cepat. Lebih cepat lagi. Bahkan saking panik dan takutnya, langkah Sakura hampir bisa disebut berlari. Tidak peduli akan peluh yang membanjiri sekujur tubuhnya. Tidak peduli akan deru napasnya yang sudah terdengar persis seperti orang sekarat. Terengah-engah, naik turun sungguh tidak teratur. Karena Sakura sungguh tidak memikirkan itu. Yang Sakura pikirkan hanyalah, bagaimana caranya agar ia bisa menyelamatkan diri.

Namun syukurlah saat Sakura menoleh ke belakang, tidak ada siapapun yang didapati mengejarnya. Saat itu barulah Sakura bisa bernapas sedikit lega.

Alih-alih melanjutkan langkah cepatnya menuju rumah, Sakura memilih untuk bersembunyi terlebih dahulu di sebuah gang sempit yang besarnya tidak jauh berbeda dengan gang rumahnya, setidaknya sampai situasi benar-benar aman. Walaupun ia sendiri tidak tahu di mana dirinya sedang berada.

Ini sudah kali ketiga Sakura merasa dirinya terancam seperti ini. Sakura tidak tahu siapa orang itu. Sakura juga tidak tahu kenapa dia sampai sebegitu gencar ingin mencelakai dirinya. Maka wajar saja kalau sekarang Sakura nampak benar-benar ketakutan hebat, bahkan sampai tubuhnya bergetar. Wajahnya pucat pasi. Suhu tubuhnya mendingin, dibalur keringat. Kalau boleh jujur, Sakura takut. Sangat takut. Namun Sakura sungguh tidak tahu bagaimana ia harus mengepresikan ketakutnya sekarang.

Sekian menit sekali, Sakura mengintip ke luar gang dengan menyembulkan kepalanya. Memantau jalan yang dilewatinya, apa benar orang itu masih mengikuti atau sudah tidak lagi seperti dugaannya. Jalanan di depan terlihat sepi. Hening, tidak ada suara sedikit pun. Yang ada hanya suara kicauan burung hantu dan desau angin yang tak kasat mata.

Cold EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang