Chapter 6

4.1K 630 186
                                    

Warning:
Minna-san~ ketika baca, harap teliti ya^^ baca dgn perasaan gitu loh, bukannya apa.. story kali ini banyak muter-muter nya:"
Kalo dibaca seksama, InshaaAllah mudah dipahami koq^~^ Happy Reading~\(≧▽≦)/~


-Iblis Terkuat yang menyedihkan-


.
.
.
.
.
.
.
.
.

♪ ¦¦⑅¦¦⑅¦¦ ♪

"Shinobu-san, tunggu!"

Shinobu yang tengah sibuk bergegas pergi ke kediaman Kagaya berhenti kala merasa dirinya terpanggil. Dia menoleh ke belakangnya. Mendapati Tanjirou yang ngos-ngosan mengejarnya.

"Tanjirou-kun?"

Tanjirou menelan salivanya, mengontrol nafas nya yang naik-turun. Dia lalu berseru, "Biarkan aku ikut bersamamu! Ke kediaman Oyakata-sama... Hanako ada disana! Aku takut terjadi apa-apa dengannya. Kumo-"

"Kau tak perlu ikut. Ini adalah urusan para Pillar. Lagipula lukamu belum sembuh, istirahatlah. Aku sedang tergesa-gesa, mengertilah." kata Shinobu menyela, dia membalikkan badannya, hendak melanjutkan langkahnya.

Tap!

Tanjirou mencegah Shinobu dengan menepuk pundak si gadis berHaori kupu-kupu itu.

"Aku benar-benar mohon padamu! Ini bukan masalah peraturan ataupun kode etik, ini masalah Hanako! Aku mencium bau Muzan yang sangat dekat dari sini, karena itulah... Aku mohon, biarkan aku ikut." Tanjirou yang keras kepala memohon dengan sangat pada Shinobu.

Shinobu diam berpikir. Sela beberapa menit, Shinobu menghela nafas. Dia tak bisa menang dengan sifat keras kepala Tanjirou.

"Baiklah. Kau boleh ikut. Dengan syarat, berhati-hatilah. Aku tak bisa bertarung sambil melindungi seseorang. Mengerti?" Shinobu memperingatkan, yang dibalas dengan sebuah anggukan semangat dari Tanjirou.

Setelah itu, mereka berangkat.

"
¤
,,

Hanako masih diam di tengah-tengah ruang yang--sudah hancur berkeping-keping oleh ulahnya sendiri. Dia memperhatikan Kagaya yang terlengkup-terkapar ditanah. Kagaya berusaha bangkit, tapi usahanya itu sia-sia. Dia tak kuat berdiri dengan sendirinya.

Hanako tertawa mengejek. Berjalan perlahan dengan langkah kaki yang pelan. Matanya yang merah semerah darah tak luput menatap Kagaya-senang.

Hanako sudah berdiri disamping Kagaya sekarang, kedua kakinya selurus dengan kepala Kagaya. Hanako melebarkan senyumannya--menyeringai, "Hei, biar kuulangi perkataanku. Aku akan membunuhmu. Memotong lehermu, memisahkannya dari tubuhmu. Dan semua anak-anakmu sang para Pillar akan menjadi bonekaku."

Kagaya tersentak.

"Bagaimana? Menarik, kan?" Hanako terkekeh.

Kagaya berkata pelan, "Anak-anakku... jangan libatkan mereka. Aku bermaksud baik padamu. Aku ingin kau mendengarkan penjelasanku yang belum ku katakan padamu-"

better stay away ; tomioka giyuuWhere stories live. Discover now